Sementara itu di ruang kerja yang tenang, Taehyung duduk dengan serius memeriksa tumpukan pekerjaannya. Wajahnya tampak penuh konsentrasi, tanpa senyuman atau tanda-tanda keceriaan. Sepertinya dunia di sekitarnya tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari tugas yang sedang dihadapinya.
Namun, tiba-tiba ada ketukan lembut yang mengganggu keheningan ruangan. Pintu terbuka perlahan, memecah konsentrasi Taehyung."Masuk," ucap Taehyung tanpa sekalipun mengalihkan atensinya ke arah pintu.
Beberapa saat setelah kata-kata itu terlontar, dalam sekejap, suasana di ruang kerja Taehyung berubah. Langkah ringan Jennie menghiasi ruangan dengan kehadirannya yang anggun. Ia memasuki ruangan dengan penuh keyakinan, membawa sebuah berkas yang tampak penting di tangannya.
Sorot mata Taehyung terangkat dari pekerjaannya saat Jennie mendekatinya dengan langkah lembut. Dalam keheningan yang penuh antusiasme, Jennie menyerahkan berkas itu kepada Taehyung."Ehm, pak Tae. Ini berkas-berkas yang besok akan dipergunakan untuk rapat bersama klien kita. Sebelumnya saya sudah mengaturnya dan merevisinya ulang. Ehm, pak, untuk pertemuan dengan klien kita besok jam sepuluh pagi itu akan dilangsungkan di cafe permata indah di jalan kenari nomor sepuluh. Saya sudah melakukan reservasi dan membooking tempat untuk pertemuannya besok, jadi besok kita tinggal berangkat saja." ucap Jennie beberapa saat setelah Taehyung meraih berkas-berkas yang dia serahkan dan membolak-balikkan berkas itu.
Lalu Taehyung yang mendengar semua ucapan Jennie hanya menganggukkan kepalanya tanpa sedikitpun mau mengalihkan atensinya dari berkas-berkas yang sedang ia periksa.
"Baiklah, klien kita sudah kamu hubungin? nanti kamu minta sama mereka buat datang sebelum jam sepuluh ya, kita akan langsung OTW besok jam sembilan tiga lima. Lokasinya ada cukup jauh dari sini, jadi daripada telat lebih baik lebih awal kan? nih, berkasnya kamu cek lagi, tadi saya ada nemuin beberapa yang keliru." sahut Taehyung sembari menyerahkan ulang berkas yang dipegangnya kepada Jennie.
Tangannya terulur menyerahkan berkas itu kepada Jennie dan menunggu Jennie menyambutnya, namun ketika berkas itu dia sodorkan ke arah Jennie dan tiba-tiba Jennie meraih berkas itu, tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan Taehyung yang sontak membuat keduanya terdiam dan terlarut dalam kecanggungan yang tiada terkira.
Sekejap waktu terasa berhenti. Keduanya terdiam, terpaku dalam keheningan yang memenuhi ruangan. Sentuhan yang tak disengaja itu memancarkan kecanggungan yang sulit diungkapkan. Taehyung, dengan perasaan campur aduk, memutuskan untuk mengalihkan tangannya dari sentuhan lembut Jennie.
Sementara itu, Jennie, dengan pipi yang memerah, tersenyum malu-malu menanggapi respons Taehyung."Baiklah Pak, saya izin keluar ya." setelah mengatakan itu tampak Jennie membalikkan badannya dan pergi dari ruangan Taehyung.
Langkahnya yang malu-malu dan juga sorot wajahnya yang masih juga tersenyum membuat Taehyung heran sendiri kepadanya.
"Aneh sekali dia, setelah menyentuh tanganku tiba-tiba tersenyum begitu. Apa dia suka padaku? halah, nggak mungkin. Baru juga masuk masa bisa langsung suka sih. Nggak mungkin." Taehyung terus menepis pikirannya mengenai Jennie yang dikiranya menyukainya.
Entah mengapa, tiba-tiba Taehyung merasa jika Jennie menyukainya, meski ini hanyalah pikirannya saja.
.................................................
"Mau apalagi sih kamu, Mas? nggak cukup kamu buat aku marah, buat aku cemburu, hah?! dari kemarin kamu bilang kalau kamu itu cinta banget sama aku, kamu sama dia cuma pura-pura buat ngelanjutin rencanamu itu, tapi apa Mas, semua kelakuanmu sama dia itu nggak nunjukin kalau kamu itu cuma pura-pura sama dia. Kayak kamu itu sungguhan suka sama dia. Sekarang kamu bilang sama aku, kamu masih suka sama dia atau enggak? kalau kamu masih suka sama dia, ya udah sama dia aja kita cerai. Aku nggak peduli lagi Mas sama teror-teror dan masalah yang datang ke hidup kita beberapa bulan lalu. Aku nggak mikirin itu sama sekali toh masalah itu nggak membahayakan hidup kita dan juga anak kita kan? Jadi aku nggak terlalu mikirin hal itu. Tapi kamu, kamu dengan kekeh pengen banget buat nyelesain masalahnya. Aku seneng sih kamu pengen menyelesaikan masalah itu, tapi kenapa harus dengan mendekati perempuan itu kamu tahu kan kalau aku itu orangnya cemburuan apalagi perempuan itu adalah perempuan yang dari dulu aku benci banget ...,"
"Kamu nggak ingat ya, dulu dia itu pernah ngaku-ngaku kalau Taehyung itu adalah anaknya sama kamu. Dia hampir saja nyulik Taehyung setelah Taehyung pulang sekolah dengan jemput dia di pagar. Awalnya aku kira wanita itu gila dia udah nggak waras sampai ngaku-ngaku Taehyung sebagai anaknya, tapi setelah beberapa hari kemudian dia tiba-tiba dengan sengaja membawa lari Taehyung hingga kita nyari Taehyung kemana-mana nggak ketemu dan ternyata Taehyung malah ada di rumahnya membuatku pengen banget buat ngelemparin dia ke neraka. Aku marah banget, aku nggak bisa ngontrol emosiku saat itu. Langsung saja setelah aku sampai di rumahnya aku ngelampiasin kemarahanku sama dia. Aku bawa Taehyung pergi dari rumahnya dan membuat wanita itu tersungkur tak sadarkan diri ...,"
"Mas, wanita yang sudah melahirkan Taehyung itu aku, yang sudah mengandungnya itu aku. Tapi kenapa harus wanita itu yang mengaku-ngaku sebagai ibu kandung Taehyung. Memang saat melahirkan Taehyung dulu aku sempat pingsan tak sadarkan diri, tapi kamu bilang sama aku kalau Taehyung itu anak kita kan? dan aku juga ada feeling yang kuat terhadap Taehyung. Lalu kenapa wanita itu masih juga mengaku-ngaku kalau Taehyung itu anaknya? sebenarnya dia itu gila atau apa, kenapa tidak juga sadar akan hal itu?
"Oh iya, tentang pencarian kamu soal siapa yang udah neror kita beberapa bulan lalu itu yang mengatasnamakan mantan pacar aku, kamu lupain aja. Nggak usah ngelanjutin rencana itu, aku udah cukup bosan melihat kamu setiap hari harus pura-pura pacaran sama dia. Romantis-romantisan sama perempuan itu dan bikin dia semakin kegatelan sama kamu. Aku melihatnya cukup marah ya, cemburu aku melihat suami aku yang paling aku sayang ini harus romantis romantisan sama perempuan lain. Sekarang kamu putusin aja dia dan blokir nomornya. Kamu nggak usah ngelanjutin hubungan itu dan lupain aja semua rencanamu. Cukup sabar aku melihat kamu sama dia selama ini." ucap Hye Kyo panjang lebar dan penuh dengan perasaan yang mendalam.
Sedari Joong Ki mendatangi Hye Kyo di butik miliknya dan berbicara empat mata dengan istrinya itu di ruangan kerjanya, Joong Ki tak juga sempat mengatakan apapun, Hye Kyo dengan kemarahan yang meluap-luap mencurahkan semua perasaan yang mengganjal di hati serta pikirannya dan melontarkannya kepada Joong Ki.
Pria itu hanya terdiam di tempatnya, membiarkan tatapannya terfokus pada Hye Kyo yang gelisah, berjalan bolak-balik di sekitarnya sambil meluapkan semua perasaannya.
"Oke, aku akan putusin dia sekarang juga dan semua rencanaku untuk mencari tahu siapa peneror yang udah neror kita beberapa bulan lalu itu bakal aku batalin. Sayang, please maafin aku ya, maafin aku kalau selama ini aku udah bikin kamu cemburu, kamu marah dan sampai bikin kamu emosi seperti beberapa hari lalu. Sebenarnya aku nggak ada niatan buat bikin kamu cemburu seperti itu, tapi nggak ada acara lain sayang yang bisa aku lakuin. Aku terlalu cinta sama kamu dan aku nggak ingin keselamatan istri serta anak-anak aku itu harus terancam gara-gara teror itu. Maafin aku ya, aku janji nggak akan lanjutin rencanaku itu. Sekalipun dia terus menghubungiku aku nggak akan pernah membalasnya. Oh iya, tentang Taehyung yang kenapa Soo Hee terus juga menganggap Taehyung itu anaknya aku sendiri juga tidak tahu. Jujur aku nggak tahu sama sekali soal itu. Sudah ya, kamu nggak usah mikirin itu lagi. Aku nggak akan lagi berhubungan sama dia. Kamu mau maafin aku kan? jangan marah lagi ya," ucap Joong Ki.
Di sini segala keraguan memenuhi kepala Hye Kyo. Membuatnya bingung dan bertanya-tanya tentang apa maksud dari wanita itu yang mengaku-ngaku Taehyung adalah anaknya. Tidak mungkin Taehyung adalah anak dari wanita itu, kan?
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta setelah Cinta
Fanfiction"Dasar wanita murahan, apa dengan menggoda suamiku seperti ini kau merasa hebat, hah?!" ucap Jisoo dengan suara yang penuh amarah. Jennie menoleh ke arah Jisoo dengan tatapan yang penuh keterkejutan. Ia tahu bahwa cepat atau lambat hal ini pasti ter...