"Ini semua salahku, jika saja tadi aku tidak menerima ajakan kak Joohyun untuk pergi ke tempat ini mungkin sekarang kak Joohyun baik-baik saja. Dia takkan jatuh dari rooftop setinggi ini dan berakhir di rumah sakit."
"OMG, no! ini semua salahku. Salahku. Aku penyebab kak Joohyun jatuh. Dia jatuh karenaku. Aku penyebabnya."
"Tidak. Kak Joohyun, please, bertahanlah. Kamu pasti baik-baik saja."
"Jatuh dari rooftop ini tidak akan membuatmu terluka. Kak Joohyun, maafkan aku. Maafkan aku,"
"Aku tidak sengaja,"
Dengan hati yang remuk, Jisoo berdiri di ujung rooftop, menatap ke bawah ke arah tubuh Joohyun yang tergeletak tak bergerak di tanah. Hatinya terasa berat, penuh dengan rasa bersalah dan penyesalan. Dia tidak pernah mengira perselisihan kecil mereka akan berakhir sedemikian tragis.
"Sayang, ini semua salahku," ucap Taehyung sambil memeluk Jisoo erat. "Kamu tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri atas kejadian ini."
Jisoo menangis di pelukan Taehyung, merasa hancur dan terpukul oleh kejadian yang baru saja terjadi. Dia merasa bersalah karena sebelumnya dia dan Joohyun terlibat dalam pertengkaran yang memicu tragedi ini.
"Kenapa ini semua harus terjadi, Tae? Kenapa dia sampai sebegitu ambisinya untuk merebutmu demi adiknya? Kenapa dia sampai mengorbankan nyawanya sendiri hanya demi Jennie?" tanya Jisoo dengan suara gemetar.
Taehyung dengan lembut mengusap air mata yang mengalir di pipi Jisoo, mencoba memberikan sedikit kelegaan pada hatinya yang terluka. "Jennie terlalu terobsesi denganku, sayang," ucap Taehyung perlahan, mencoba menjelaskan situasi yang rumit.
"Dia tak bisa menerima kenyataan bahwa aku bahagia bersamamu. Keegoisannya membuatnya melupakan perasaan orang lain, termasukmu." Dia menatap Jisoo dengan penuh empati, "Kakaknya mungkin sangat menyayangi Jennie, rela melakukan segala cara untuk membuatnya bahagia. Namun, upayanya itu terbalik, karena keberhasilannya hanya berujung pada kesedihan dan kehancuran."
Taehyung menarik napas dalam, "Jangan terus merasa bersalah, ini bukan kesalahanmu. Ini adalah musibah yang tak terduga." Dia memandang langit malam yang gelap, "Jika saja Kakak Jennie tidak terlalu gegabah dalam mengambil keputusan, jika dia lebih memikirkan konsekuensi dari tindakannya, mungkin kejadian tragis ini bisa dihindari. Dia terlalu terburu-buru, terlalu terobsesi, hingga melupakan dirinya sendiri." Dengan penuh penyesalan, Taehyung berharap bahwa semua ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua yang terlibat.
Jisoo menatap Taehyung dengan mata yang penuh dengan rasa campur aduk. Dia merasa lega mendengar penjelasan dari Taehyung, namun hatinya masih terasa berat. "Aku tahu Jennie sangat mencintaimu dan kak Joohyun sangat menyayangi Jennie, namun dia juga harus memikirkan perasaan orang lain," ucap Jisoo pelan.
Taehyung mengangguk setuju, "Benar, cinta sejati bukanlah tentang memiliki seseorang sepenuhnya, namun juga tentang menghormati dan memahami perasaan orang lain. Jennie harus belajar untuk tidak egois dan memikirkan konsekuensi dari tindakannya."
Mereka berdua terdiam sejenak, membiarkan suasana malam yang tenang menghiasi keheningan di antara mereka. Kemudian, Taehyung mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pipi Jisoo yang masih basah oleh air mata. "Kamu jangan menangis lagi ya, jangan terus merasa bersalah atas jatuhnya Kakak Jennie. Ini semua bukan salahmu, Sayang, ini musibah. Tapi jika pun ada yang harus disalahkan dalam hal ini itu bukan kamu, tapi aku. Karena tujuan Kakak Jennie melakukan semua ini juga untuk mendapatkanku. Kamu sabar ya, kuatkan hati kamu. Setelah ini nggak akan ada apa-apa kok. Kakak Jennie pasti baik-baik saja."
Jisoo menatap Taehyung dengan mata yang penuh kebingungan dan kekhawatiran. Dia merasa bersalah atas kejadian tragis yang menimpa Kakak Jennie, seorang wanita yang berjuang keras untuk memenuhi keinginan adiknya, hingga nyawalah yang menjadi taruhannya. Namun, Taehyung dengan tegas menegaskan bahwa ini bukanlah kesalahannya.
...................................
Sementara itu di rumah sakit, Jennie duduk gelisah di kursi di depan ruang ICU, menunggu kabar tentang kakaknya, Joohyun, yang sedang dirawat di dalam sana. Dia merasa gelisah dan cemas, tidak bisa membayangkan apa yang sedang terjadi pada kakaknya.Tiba-tiba, seorang dokter keluar dari ruang ICU dan mendekati Jennie dengan ekspresi serius di wajahnya. "Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien," ucap Dr. Lee dengan tulus. "Namun, dampak dari benturan keras yang dialami di kepalanya sangat fatal. Maaf, kami tidak dapat menyelamatkannya."
Jennie terdiam, tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Air mata mulai mengalir deras dari matanya, dan dia merasakan kehancuran yang begitu besar di dalam hatinya. Kakaknya, satu-satunya keluarganya yang paling peduli dengannya, telah pergi untuk selamanya.
Tapi kemudian, rasa sedih Jennie berubah menjadi kemarahan yang membara. Dia tahu bahwa ada seseorang yang harus bertanggung jawab atas kematian kakaknya. Dan orang itu adalah Jisoo.
Jennie terus memaki-maki nama Jisoo di lorong rumah sakit itu. Kata-kata pedas dan penuh amarah meluncur tajam dari bibirnya, menciptakan aura ketegangan di sekelilingnya. Namun, di balik kemarahan yang meluap, tersembunyi luka dan kehilangan yang begitu dalam.
Saat akhirnya Jennie hendak menekan handle pintu ruang ICU, hatinya berdebar kencang. Dengan perasaan campur aduk antara kebencian dan kesedihan, ia memasuki ruangan yang penuh dengan aroma obat dan suara alat medis yang berdenyut. Di sana, jenasah kakaknya terbaring tenang di atas ranjang putih, tak bergerak dan tak bernyawa.
Jennie terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca saat melihat sosok yang telah lama dikenalnya terbaring tanpa kehidupan. Segala kata-kata kesal dan amarah yang sebelumnya ia tuangkan kepada Jisoo, kini sirna dihadapan pemandangan yang menyayat hati ini.
................................
Di tempat lain, di tengah hiruk-pikuk lalu lintas kota yang sibuk, Jisoo dan Taehyung duduk di dalam mobil, menuju ke rumah sakit tempat Jennie membawa kakaknya, Joohyun, setelah kejadian tragis terjatuh dari rooftop beberapa saat lalu. Suasana dalam mobil terasa tegang, dengan ekspresi cemas dan khawatir melintas di wajah keduanya.
"Sayang, aku merasa harus pergi ke sana. Aku tidak bisa hanya berlalu gitu aja, tanpa menjenguknya. Dia adalah kakak Jennie, Jennie dulu adalah temanku. Saat kakaknya dalam keadaan seperti ini, apalagi itu setelah berselisih denganku aku sangat merasa tidak nyaman," ucap Jisoo dengan suara lembut namun penuh tekad.
Taehyung menatap Jisoo dengan ekspresi khawatir, "Sayang, aku tahu niat kamu baik. Tapi jika kamu pergi menjenguk kakaknya ke rumah sakit, Jennie pasti akan marah padamu. Dia mungkin akan menyalahkanmu atas kejadian ini. Bukankah lebih baik kita pulang saja ke apartemen?"
Namun, Jisoo tetap kukuh dengan keputusannya, "Aku tidak bisa hanya berpangku tangan, sayang. Aku merasa iba dan tidak enak hati. Aku harus pergi ke sana, tidak peduli apa yang akan Jennie katakan."
Setelah beberapa pertimbangan, Taehyung akhirnya mengalah, "Baiklah, kita akan pergi bersama. Aku akan selalu menemanimu."
Ketika mereka tiba di rumah sakit, suasana tegang semakin terasa ketika Jennie muncul di depan ruang ICU. Dengan tatapan penuh amarah, Jennie langsung memaki-maki Jisoo, menyalahkan atas segala sesuatu yang menimpa kakaknya. "Kau, Jisoo! Semua ini karenamu! Kakakku telah meninggal karena ulahmu!" ucap Jennie dengan suara gemetar, terbata-bata.
Jisoo terdiam sejenak, merasakan kepedihan yang tak terkatakan. Namun, dengan tenang ia menjawab, "Aku tidak bermaksud untuk menyakiti siapapun, Jennie. Aku turut berduka cita atas kehilangan kakakmu." Suara Jisoo terdengar lembut namun penuh dengan ketegasan dan kejujuran.
Bersambung ...

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta setelah Cinta
Fanfic"Dasar wanita murahan, apa dengan menggoda suamiku seperti ini kau merasa hebat, hah?!" ucap Jisoo dengan suara yang penuh amarah. Jennie menoleh ke arah Jisoo dengan tatapan yang penuh keterkejutan. Ia tahu bahwa cepat atau lambat hal ini pasti ter...