TCV 15 | Menjadi Anak Jahat, Cukup Menyenangkan

389 45 0
                                    

TCV 15 | Menjadi Anak Jahat, Cukup Menyenangkan

Malam sebelumnya...

"Sepertinya sebentar lagi," Sophia menutup buku yang telah selesai dibacanya. Gadis itu melihat tumpukan buku yang selesai dibacanya dan berserakan di sekitar tempat tidur. Sophia bangkit dan meregangkan tubuhnya yang terasa begitu kaku.

Sudah satu bulan lamanya sejak malam dari ingatan mengerikan itu datang.

Banyak ingatan dari insiden-insiden yang akan terjadi dalam novel yang sudah kembali padanya. Sophia sudah merumuskan beberapa insiden yang terjadi dan tindakan apa yang akan diambilnya.

Sebelum semua itu datang, Sophia akan membersihkan hama di kediamannya.

Terlalu banyak parasit yang tidak menguntungkan.

Terlebih, ia tidak memiliki kaki tangan. Sophia, membutuhkan pelayan yang loyal padanya, yang bersedia menjadi kaki tangannya.

Untuk saat ini, dirinya bahkan tidak memiliki kuasa akan hal tersebut.

Karena ia sebatas anak buangan yang diabaikan...

"Namun, semua itu akan berbeda," Sophia menginjak beberapa buku di kakinya dan naik ke atas tempat tidur. "Untuk menciptakan takdir cemerlang aku membutuhkan 5 hal," Sophia menatap langit-langit dan tersenyum tipis.

"Pengetahuan, kekayaan, kekuasaan, masa dan yang terpenting, orang." Sophia menghela nafas berat. "Saat ini yang kumiliki hanya pengetahuan," kembali menghela nafas.

"Banyak sekali yang harus kulakukan," keluh gadis itu.

Tok Tok Tok

Ketukan pada jendela kamarnya membuat Sophia bangkit dengan bersemangat. Gadis itu langsung menghampiri si kesatria yang sesekali mampir memberikan apel. Padahal Sophia tidak pernah memberikan tanda apapun di pohon sesuai dengan yang diinstruksikan oleh kesatria yang bernama Evans itu.

Sepanjang hari, Sophia hanya mengumpulkan informasi dari semua buku yang bisa ditemukannya selama satu bulan terakhir.

Gadis itu terus menyusun rencana dan mencatat beberapa hal dengan menggunakan bahasa latin yang tentu tidak dimengerti di kerajaan ini.

Buku yang ditulisnya tersimpan dengan rapi.

Bahkan jika buku tersebut ditemukan, tidak akan ada yang bisa membacanya.

"Anda datang lagi," sambut Sophia yang langsung menerima apel yang diulurkan oleh pria itu.

"Mau bagaimana lagi, saat saya akan pulang ke rumah, apel ini jatuh di hadapan saya. Karena saya tidak begitu suka buah apel, saya jadi tidak punya pilihan." Pria itu tertawa kecil sedangkan Sophia hanya duduk di kusen jendela sambil menggigit apel yang diterimanya.

"Anda bisa memberikannya pada keluarga Anda saat pulang," Sophia bersandar pada kusen jendela sambil terus menatap Evans.

"Istri saya yang sedang hamil saat ini sangat amat membenci saya. Sebisa mungkin saya harus menghindar. Sedangkan putra saya? Hem bagaimana mengatakannya yah? Dia itu punya temperamen yang buruk. Tidak mau bicara saat diajak bicara dan mengabaikan saya sesuka hati. Dia hanya anak lelaki membosankan yang tergila-gila pada pedang." Evans mengeluh dengan santai pada Sophia.

Hubungan keduanya memang mulai akrab, sampai rasanya Sophia jadi merasa miris. Hal itu dikarenakan fakta bahwa, pria di hadapannya itu akan segera mati.

"Bukankah itu bagus? Jika dia tergila-gila pada pedang, mungkin dia akan menjadi sword master di usia muda. Anda pasti akan bangga dan menyombongkannya kemana-mana jika hal itu terjadi." Sophia memberikan ekspresi mengejek yang membuat Evans kembali tertawa.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang