TCV 4 | Menjadi Bagian Dari Keluarga Bonaparte
Aurelie yang telah kembali ke kediaman hanya duduk diam tanpa melakukan apapun. Sampai waktu menjelang sore, tidak ada yang datang menghampirinya. Pintu kamar sang nona kecil selalu tertutup rapat.
Aurelie yang duduk di kursi kamarnya hanya menatap pintu dengan tatapan kosong.
"Tidak ada pelajaran," gumam Aurelie.
"Tidak ada pelayanan dan perawatan bangunan tempat tinggal Sophia tampak buruk."
"Bahkan tidak ada sarapan dan makan siang."
Aurelie menghela nafas berat. Gadis itu memejamkan matanya menahan amarah yang sudah memuncak.
Padahal sempat terlintas dalam pikirannya untuk menjadi anak baik...
Namun sepertinya, banyak masalah yang harus dibereskan jika ia ingin hidup tenang dan nyaman sebagai Sophia.
Padahal ia ingin memulai kehidupan kali ini dengan lebih santai dan merencanakan semuanya secara perlahan, seiring dengan ingatan yang kembali datang. Namun, rasa muak dan amarah ini nyatanya teramat tidak tertahankan.
Aurelie tidak ingat mengapa dia begitu marah...
"Saatnya makan," dua pelayan datang dan menyajikan sebuah makanan pada Sophia, di waktu yang hampir menjelang malam. Tanpa basa-basi, tanpa mengetuk pintu kedua pelayan itu hanya menyajikan tomat setengah busuk dan segelas air.
Setelahnya ia beranjak pergi tanpa pamit undur diri.
"Alasan dari pertanyaan mengapa tubuhnya sangat lemah, sekarang memiliki jawaban." Meski merasakan amarah, Aurelie tetap meraih tomat itu, membelahnya dengan jemari kecilnya dan mengambil bagian yang masih bisa dimakan. Terasa sedikit aneh karena perutnya sangat nyeri dan ia merasakan mual yang menggila saat memasukan potongan tomat ke dalam mulut.
Aurelie berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan makanan mentahnya.
"Apa karena kau kelaparan sampai-sampai tidak ada makanan yang bisa masuk?" Aurelie kebingungan namun ia kembali menuju meja dan memaksa potongan tomat yang sudah dipilihnya itu agar bisa tertelan. Aurelie minum air putihnya sebelum rasa mual itu kembali datang.
"Sebenarnya ada apa dengan tubuhmu Sophia?" Aurelie menutup mulutnya yang terasa hendak memuntahkan kembali makanan yang masuk ke tubuhnya.
Rasa tomat busuk seolah menyebar di pangkal lidahnya.
Padahal, Aurelie berniat menjadi wanita yang kuat dan sehat.
Agar tidak mati karena penyakit seperti Sophia dalam kehidupan sebelumnya.
"Sophia, kau akan menjalankan kehidupan layak yang mewah. Karena aku, kini bersamamu. Aku bahkan tidak ingin tahu bagaimana nasibmu yang menghilang tergantikan diriku. Aku benar-benar tidak begitu peduli." Aurelie yang sudah merasa tidak begitu mual kini bangkit dari posisinya. Setidaknya ia tidak lagi kelaparan meski harus memaksa makanan masuk ke dalam tubuhnya.
"Karena, kaulah yang menyerah. Memberi ruang untuk diriku yang bahkan tidak tahu mengapa aku tidak terpikir dan tidak begitu ingin kembali ke duniaku sendiri."
"Seolah, semua itu keenganan dari alam bawah sadarku sendiri."
Pada akhirnya, Aurelie memilih menahan diri.
Kekurangan informasi membuatnya membutuhkan waktu untuk mencerna situasi. Aurelie tidak mau salah bertindak hingga membuat Sophia dalam situasi yang tidak menguntungkan.
Sophia tinggal menjadi anak baik bukan?
Tidak ingin terlalu merasa penat, Aurelie akhirnya membersihkan diri dan mengganti pakaiannya menjadi gaun tidur seorang diri, lagi-lagi tidak ada pelayan yang seharusnya melakukan tugas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...