TCV 28 | Batu Pertama

282 27 0
                                    

TCV 28 | Batu Pertama

"Berlutut." Sophia memerintah tanpa basa-basi pada Evans yang membuat beberapa orang tersentak, tidak percaya dengan sikap lancang yang baru saja dilihat mereka.

"Sophia apa yang sedang kau lakukan," Harald akhirnya angkat bicara. "Damian bawa anak itu kembali!" Perintah sang duke kepada sekretarisnya yang memang hanya mengantar dan tidak ikut berperang. Namun Damian justru malah memandang Sophia yang masih menatap Evans 'orang yang dia pilih?' Pikiran itulah yang tengah terlintas di kepala pria itu.

Meski lancang, Evans nyatanya tetap menurut dan berlutut di hadapan Sophia.

"Aku membawa hadiah," Sophia melepaskan baju zira Evans tanpa peringatan. Sikapnya ini semakin membuat sebagian besar kesatria diambang batas, lantaran melihat komandan mereka diperlakukan demikian.

"Nona Anda tidak boleh bersikap begini," Evans menegur meski tetap membiarkan Sophia. Setelah melepaskan baju zira besar itu, Sophia mengeluarkan rompi dari tas di punggungnya dan memakaikannya kepada Evans sambil menunjukan cara memakainya pada kesatria itu. Setelahnya Sophia kembali memasangkan baju zira itu, dibantu Alexi yang tahu bahwa Sophia tidak akan kuat mengangkatnya seorang diri.

"Pakai selalu, dimanapun dan kapanpun. Pakai itu selalu, karena itu hadiah dariku," Sophia memerintahkan dengan tegas. "Saya berterima kasih atas hadiah yang Anda berikan Nona, namun ke depannya tolong jangan seperti ini," pinta pria itu, ia jelas tampak khawatir. Jika Sophia dimusuhi oleh para kesatria, hal itu hanya mendatangkan kerugian bagi Sophia sendiri.

Namun bagi Sophia, saat ini ia tengah menaruh batu pertamanya. Meski perlahan, menara yang Sophia susun akan tinggi dan kokoh.

"Tidak akan," balas Sophia sambil melangkah mundur. Sophia menatap Damian dan berjalan menuju kereta kuda yang akan dinaiki pria itu untuk kembali. Sebelum menaiki kereta kudanya, Sophia kembali menatap Evans.

"Karena ke depannya, kau akan berlutut tanpa aku minta. Sir Evans Ritter." Sophia tersenyum dengan percaya diri. Gadis yang sudah memasuki kereta kudanya itu hanya berdiam diri di dalam setelahnya.

"Kita berangkat Tuan?" Tanya Evans kepada Harald yang membuat sang duke Brunswick kembali melangkah memasuki kapal. Puluhan kapal yang siap berangkat menunggu perintah dari duke yang berdiri di atas dek.

'Anak itu, bahkan tidak menatapku.'

Pikir Harald sambil melihat kereta kuda Sophia yang mulai berjalan pergi.

***

"Pilihan pertama?" Tanya Damian yang kini berada di dalam kereta kuda bersama Sophia. Sophia tetap melihat keluar jendela, melihat pepohonan lebat di jalanan hutan tanpa membalas tatapan Damian.

"Nona, mengapa Anda menginginkan saya?" Tanya Damian lagi yang kali ini enggan berbasa-basi. "Karena kau akan berguna," jawab Sophia. "Kalau begitu mengapa saya harus memilih Anda?" Sophia melirik kecil, sampai akhirnya pandangannya kembali mengarah keluar jendela. "Karena hanya aku yang bisa mewujudkan keinginanmu," Sophia tampak sangat percaya diri saat mengatakannya.

"Dua tahun satu bulan?" Damian mengajukan pertanyaan atas perkataan Sophia sebelumnya. Sophia mengabaikan, dengan retina yang masih memperhatikan orang-orang di pusat kota, saat kereta mulai memasuki area jalanan umum. "Apa maksud Anda?" Damian jelas masih tidak mengerti dengan perkataan Sophia yang satu itu. Sayangnya, Sophia diam tanpa respon pasti, mungkin terlalu malas menjelaskan.

Damian kehabisan kata-kata, pemuda itu larut dalam pikirannya sendiri sepanjang perjalanan. Sampai akhirnya mereka sampai di kediaman Brunswick. Sophia meminta kereta dihentikan secara tiba-tiba dan membuka jendela, tersenyum pada Kaivan yang sudah berdiri di luar keretanya.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang