TCV 67 | Negosiasi Bersama Duke
"Izinkan saya menghadiri pesta yang diadakan oleh Count Miles," Sophia menatap sang ayah dengan senyuman manisnya. "Akhir-akhir ini kau terus membolos kelas berpedang dan terus bermain. Sekarang kau minta izin untuk ikut berpesta." Harald yang baru saja kembali dari duchy pasti dibuat pusing saat menghadapi laporan mengenai sikap Sophia akhir-akhir ini. Terlebih dengan masalah pembantaian sebuah keluarga dan kasus pembunuhan putra bangsawan kelas atas, Harald merasa cukup gila karena begitu banyak hal yang terjadi selama kepergiannya. Meski Khaled dan Aefar menangani situasi lebih baik dari yang diduga.
"Saya tahu, saya terlalu banyak bermain akhir-akhir ini. Tapi saya juga menyelesaikan pekerjaan rumah saya Yang Mulia." Sophia menyerahkan berkas yang sudah di susunnya kepada sang ayah. "Aku tidak ingat memberikanmu pekerjaan rumah," jawab Harald sambil membuka berkas yang Sophia berikan.
Empat tahun yang lalu. Harald sempat mendesak Sophia untuk memberikan cara pembuatan rompi anti peluru yang dirinya buat untuk Evans. Namun, dengan alasan bahwa dirinya membeli rompi itu di toko kelontong, Sophia membebaskan diri dari segala pertanyaan dengan satu kalimat.
'Mana mungkin saya bisa membuat hal seperti itu, Yang Mulia.'
Harald tidak bisa lagi mendesak Sophia, ia menyuruh beberapa peneliti untuk membuat tiruan. Namun, hasilnya tidak maksimal. Tidak seperti yang Sophia berikan kepada Evans. Jelas karena ada teknik dan kiat khusus dalam pembuatanya.
Harald terkejut saat membuka berkas itu. Penjelasan rinci, lengkap dengan bahan dan cara pembuatannya. Sophia juga memberikan beberapa pembaruan, juga cara melakukan pengetesan untuk menguji kualitas sebelum dipakai. Tidak hanya itu, Sophia juga memberikan rancangan model pistol kepada Harald.
Dengan senyuman Sophia kembali bertanya, "apa saya boleh pergi ke pesta itu, Ayah?" Kata terakhir yang Harald dengar lebih membuat terkejut pria itu. Sudah sangat lama sekali Sophia tidak memanggilnya ayah. Gadis itu tahu bahwa dirinya tidak akan diizinkan keluar untuk sementara waktu. Rosalinde baru saja mengadu dan memberikan ancaman kepada Harald untuk menahan Sophia selama beberapa minggu di kastilnya.
Gadis ini memprediksi dan memberikan penawaran yang tidak bisa Harald tolak.
"Kenapa kau sangat ingin pergi?" Tanya Harald dengan serius. Sophia yang dirinya kenal tidak suka keramaian dan tidak suka menghadiri pesta. Gadis itu cenderung menghindari kerumunan meski bisa berbaur dengan mudah. Dia hanya tidak memperdulikan hal-hal semacam itu dan sibuk dengan urusannya sendiri. "Karena saya masih anak-anak," jawab Sophia dengan tatapan polos.
Harald tertegun–menatap lembaran kertas di tangannya.
'Ahh...'
'Aku selalu lupa bahwa dia masih anak-anak.'
Harald melirik Sophia–terlihat menantikan izinnya. Gadis itu tentu tahu bahwa Harald akan memberikan izin dengan suap yang dirinya berikan. Bahkan meski akan menimbulkan pertengkaran hebat antara sang duke dengan duchess, penawaran Sophia tetap tidak tertandingi.
'Dengan cara berpikir dan kemampuan seperti ini, aku selalu lupa bahwa kau adalah anak-anak yang pastinya masih suka bermain.'
Harald merapikan berkas di mejanya dan mengangguk kecil. "Baiklah," ujar pria itu yang langsung membuat senyuman di bibir Sophia mengembang sempurna.
Dari balik pintu dapat Harald lihat Lorelie mengintip. Mungkin mereka datang ke ruangannya bersama, tampaknya Sophia sangat ingin pergi ke pesta bersama kembarannya. Sampai-sampai dia menyerahkan pengetahuan berharga yang coba dirinya sembunyikan sejak beberapa tahun lalu.
"Terima kasih, saya pamit undur diri Yang Mulia," Sophia membungkuk dan berbalik pergi. Harald terdiam sesaat.
'Yang Mulia lagi yah...'
"Boleh?" Bisik Lorelie dari sela pintu. Dapat Harald lihat Sophia mengangguk kecil, membuat Lorelie langsung berteriak senang dan memeluk kakaknya dengan tawa yang nyaring.
"Sudah kubilang pasti boleh," ujar Lorelie dengan percaya diri. "Aduh bagaimana ini? Gaunnya belum dikirim juga! Padahal kita sudah pesan gaun pasangan." Lorelie menarik Sophia dan berlarian di koridor dengan riang.
"Kakak, nanti kita harus berdansa semalaman yah. Aku sangat iri dengan Kak Aefar! Dia berdansa dengan Kakak sedangkan aku tidak." Lorelie mengeluarkan nada merajuk namun anggukan kecil dari Sophia kembali membuatnya tertawa kegirangan.
"Sejak kapan mereka akrab lagi begitu?" Harald masih memperhatikan. "Pantas saja Rosalinde memberikan desakan tidak masuk akal," gumam Harald saat mengingat bagaimana istrinya memberikan ancaman-ancaman pada dirinya untuk mengurung Sophia, karena akhir-akhir ini Sophia tidak mendengarkannya dan terus menempel padanya.
"Sudah lama aku tidak merasakan suasana rumah begini," Harald menarik senyumannya. Sebenarnya pria itu tidak begitu yakin dengan apa yang terjadi. Semua tuduhan pada Sophia tidak memiliki landasan bukti yang kuat–kecuali kesaksian dari Khaled.
Entah apa yang terjadi...
Harald hanya bisa berharap bahwa ketenangan seperti ini bertahan lebih lama di kediamannya.
***
Brukkkk
Elowen menjatuhkan kotak gaun karena terkejut saat membuka isinya. "Bagaimana ini?" Gumam Elowen ketakutan. Sophia yang tengah duduk sambil membaca buku menoleh–menatap tumpukan kotak berisi gaun yang tengah dibuka oleh para pelayan.
"Tidak ada satupun gaun dalam kondisi baik," salah satu pelayan berujar, terus membuka kotak sambil memeriksa semua isi kotak itu dengan seksama.
"AISHHH duchess benar-benar keterlaluan! Ini pasti ulah duchess kan!" Keluh Elowen. Sophia melihat gaun-gaun itu sambil menarik sudut bibirnya tipis. "Kekanak sekali," komentarnya saat melihat setiap gaun yang tergunting compang-camping, disiram saus bahkan ada yang berbau amis ikan.
"Bagaimana ini Nona? Pestanya nanti malam dan tidak ada satupun gaun yang layak," Elowen mulai terlihat panik.
"Bakar semua gaunnya," pinta Sophia dengan santai. Gadis itu bahkan tidak beranjak dari kursinya sama sekali, untuk mengecek sendiri kondisi gaunnya, seolah tidak peduli. "Nona Anda akan memakai apa ke pesta nanti? Bagaimana ini Nona?" Elowen semakin merengek, panik karena seharusnya Sophia mulai bersiap saat ini.
Suara langkah kaki terdengar masuk ke dalam kamar Sophia. "Hey apa ini tidak keterlaluan? Bagaimana bisa kau menjadikanku pengantar barang? Tuan muda yang memiliki banyak kegiatan sepertiku, kau perlakukan seenaknya! Aku ini sedang sibuk mengurus kasus besar tahu!" Aefar yang masuk bersama Tia terkejut melihat kekacauan di kamar Sophia, dengan beberapa pelayan yang menangis sambil memegang gaun yang hancur.
Sophia melihat Aefar dan berlari ke arahnya–memeluk Aefar dengan kuat sambil menenggelamkan wajahnya dalam pelukan itu. Dengan suara yang sedikit dibuat-buat Sophia berbisik pada Aefar.
"Terima kasih, kau benar-benar penyelamatku. Bisa apa aku tanpa dirimu." Aefar tersentak, melihat sekeliling dan langsung membalas pelukan Sophia. Ia mengira bahwa Sophia mengalami guncangan dan tengah bersedih, pria itu menepuk pelan pundak Sophia. Aefar melihat bagaimana semua gaun miliki Sophia hancur. Aefar jelas sadar atas perlakuan buruk Rosalinde dan Khaled, namun ia tidak bisa berbuat banyak.
'Keterlaluan.' Pikir Aefar saat melihatnya.
'Bagaimana bisa seorang ibu melakukan hal ini kepada putrinya sendiri.'
"Terima kasih, Kak Aefar," gumama Sophia, Aefar tertegun sesaat–kalimat itu begitu terdengar indah di telinganya.
Panggilan kakak dari Sophia...
Dan...
Bagaimana Sophia mengandalkan dirinya adalah hal yang sangat membahagiakan bagi dirinya...
"Aku ada untukmu, Sophia."
~
Jangan lupa tinggalkan jejak, agar saya semakin semangat up yah ;)
Vote + Comment + Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...