TCV 72 | Pertunangan Yang Ditentukan
"Hemmm," Sophia menarik sudut bibirnya, senandung kecil terdengar dari bibirnya. Sangat kecil hingga hanya seperti sebuah bisikan tanpa arti. Gadis itu kembali menatap Damian dengan tanpa beban.
"Di penjara?"
"Apa maksudnya? Mengapa Anda akan dipenjara? Bagaimana bisa Anda dipenjara?" Damian masih meminta penjelasan. Sophia tampak memiringkan kepalanya saat melihat sebuah surat yang Damian bawa.
"Kau akan tahu dalam beberapa hari kedepan Damian. Satu lagi," Damian menantikan perkataan Sophia. "Damian apa aku sudah mengatakannya? Potion kejujuran yang dibuat oleh keluarga Adler yang terkenal pada awalnya ditemukan oleh klanmu..." Damian belum pernah mendengar hal ini. Gadis itu menatap Damian dengan tatapan yang dibuat-buat.
"Karena itu," Sophia mengeluarkan catatan dari bukunya dan memberikannya kepada Damian. "Aku ingin meminta tolong pada orang-orang di rumahmu untuk membuatnya, aku hanya tahu bahannya tidak dengan cara pembuatannya." Damian menerima kertas yang Sophia berikan dan memasukkannya ke dalam saku.
"Hampir mustahil meniru ramuan itu," keluh Damian.
"Klanmu yang menciptakannya. Apa maksudmu dengan meniru? Kau mau kalah dari seorang peniru?" Damian tertawa. "Anda pandai memberi tekanan," pria itu terdengar frustasi.
"Lalu, kudengar Khaled tidak jadi pergi ke duchy, mungkin duke akan kembali ke duchy dalam waktu dekat. Sertakan Raimund dalam perjalanan, tegaskan pada anak itu bahwa ini perintahku." Sophia tampaknya sudah selesai dengan semua urusannya
"Ah, ada yang ingin kau sampaikan bukan?" Damian menghela nafas berat. Beginilah Sophia, saat Damian ingin meminta penjelasan.
Namun...
Damian menarik sudut bibirnya...
Merasa lega...
Sophia tidak banyak bicara mengenai rencana dan apa yang akan terjadi di masa mendatang, saat dirinya yakin dengan rencana yang telah dibuatnya.
Saat sang nona tidak banyak bicara seperti saat ini, itu berarti semua hal yang terjadi sesuai dengan rencana dalam kepalanya.
Sophia hanya menjelaskan rencana saat dirinya tidak yakin dengan rencananya. Ia melakukan hal tersebut agar lawan bicaranya bisa memberikan kritikan akan cela yang dirinya lewatkan.
Sama seperti kejadian di perpustakaan rahasianya beberapa waktu lalu. Seolah sang nona minta kritik dari Damian dan Raimund. Karena ia tahu ada cela dan cacat dalam rencananya.
Berbeda dari waktu itu, saat ini sang nona justru sangat tenang...
'Dia bahkan juga bersenandung, sama seperti hari itu...' Damian akhirnya mengangguk kecil. Memberikan lembar surat kepada Sophia dan membiarkan Sophia membaca surat tersebut dengan wajah datar tidak tertarik.
"Lagi-lagi, skenario sama yang memuakkan," keluh Sophia sambil kembali memberikan surat tersebut kepada Damian. "Pembicaraan pernikahan Anda sudah menjadi topik hangat saat ini," Sophia menopang dagunya dengan malas.
"Tidak perlu dipikirkan, toh semuanya akan segera berakhir," jawab Sophia dengan malas. "Beberapa hari lalu duke menemui para calon pelamar. Terdiri dari Peter Denzel Wolfenbuttel, putra tunggal keluarga Wolfenbuttel, Putra pertama Marquess Arnesh Aimery Waldemar, Count Aimery Zelig, juga ada lamaran dari luar Oberon. Saat ini, sepertinya duke lebih condong pada Wolfenbuttel."
"Wilayah mereka makmur dan keluarga itu tidak terlibat politik secara aktif. Duke pasti mempertimbangkan karena hal tersebut." Damian menjelaskan dengan hati-hati karena tahu Sophia tidak begitu suka dengan kabar yang dibawanya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...