TCV 57 | Pelayan Pembantai
Malam itu...
Nona Sophia kembali keluar diam-diam.
Alexi yang melihat kini tidak lagi bisa berdiam diri, kemarin malam sang nona baru kembali saat akan fajar. Alexi merasa khawatir, terlebih saat dirinya mendengar omong kosong hari ini. Meski lancang, akhirnya Alexi memberanikan diri untuk mengikuti Sophia.
Sophia berkuda dengan sangat cepat selama sekitar tiga jam...
Akhirnya, Sophia menghentikan laju kudanya saat sampai di sebuah bangunan tua. Bangunan itu cukup besar, dijaga oleh beberapa pria dengan pakaian hitam bergaris merah—sama seperti yang nonanya kenakan. Sang nona masuk setelah memberikan tali kudanya kepada seorang anak yang tampaknya seusia dengan Raimund.
'Semua orang disana memperlakukan sang nona dengan hormat,' Alexi tidak tahu siapa mereka. Namun melihat pakaian yang mereka kenakan, Alexi menduga mereka adalah klan Akuji. Kelompok prajurit bayaran yang sebenarnya terdiri dari para pembunuh bayaran. Mereka bukan melakukan pengawalan namun sebuah...
Alexi mengerjapkan matanya selama beberapa saat.
'Pembantaian.'
Apa yang sang nona lakukan dengan mereka? Apa nonanya di peras?
Pemikiran itu sangatlah tidak berguna, melihat bagaimana mereka memperlakukan sang nona dengan begitu hormat.
Alexi menyusup, melihat ke dalam bangunan dengan berada di atas atap. Alexi menahan nafasnya saat melihat tujuh belas pelayan yang ia yakini merupakan mantan pelayan Sophia.
Namun mengapa sang nona ada disana? Apa semua ini perbuatannya? Namun mengapa nonanya melakukan semua itu? Untuk apa? Karena dendam masa lalu?
Deretan pertanyaan itu tidak bisa dirinya urai, Alexi tidak bisa menemukan satupun jawaban yang tepat.
"Nona saya mohon," pelayan yang dulu menginjak kepala Sophia kini membenturkan kepalanya sambil bersujud di hadapan Sophia. "Nona sudah membebaskan kami. Mengapa kembali melakukan ini?" Sophia bersandar di kursinya dengan malas.
"Aku tidak pernah membebaskan kalian," jawab Sophia dengan santai.
"Kalian melupakan perkataanku?" Tanya Sophia, memasang wajah kecewa.
"Aku, tidak akan pernah memaafkan semua tindakanmu pada tubuhku ini. Kau hanya perlu mengingat hal tersebut baik-baik. Bukankah dulu aku pernah mengatakan hal itu? Ah, apa mungkin aku mengatakannya saat tidak ada kalian?" Sophia memperhatikan raut wajah mantan pelayannya.
"Satu tahun empat bulan dan 17 hari. Pelaku memang biasanya selalu lupa, aku akan memaklumi hal tersebut." Sophia beranjak dari kursinya, berjalan menghampiri si kepala pelayan yang dulu bahkan berani menggelapkan anggaran dan menusuk-nusuk tubuh Sophia dengan jarum saat mengukur tubuh.
Sophia masih mengingatnya...
Sebenarnya ia sudah tidak terlalu kesal...
Sebenarnya ia tidak berniat melakukan hal ini sekarang. Meski akan tetap melakukannya, Sophia akan melakukannya nanti. Sophia berniat membuat kekacauan seperti saat ini saat pembicaraan mengenai pernikahannya mulai dibahas, para pelayan ini semacam asuransinya di masa depan. Namun, guncangan yang Sophia rasakan saat bertemu dengan George membuat Sophia menata ulang rencananya.
Semua rencana yang sudah dirinya bangun seolah kehilangan pijakan utama.
Pedangnya menumpul...
Sophia mengeluarkan belati dari balik jubahnya, menusuk jantung si pelayan secara tiba-tiba dan menatap raut wajah penuh air mata si pelayan yang menghembuskan nafas terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...