TCV 25 | Kaivan Schmidt

297 33 0
                                    

TCV 25 | Kaivan Schmidt

"Kita sepakat? Kaivan Schmidt?"

"Darimana kau tahu namaku?"

"Aku tidak punya banyak waktu, putuskan sekarang pengrajin gagal dari desa alat musik," ucapan Sophia membuat pemuda itu kembali tertawa. "Apa kita sepakat?" Tanya Sophia kembali sambil melangkah maju, meski Alexi menahan lengannya. "Kita bicara di ruang kerjaku, Nona kecil." Kavian melangkah lebih dulu.

"Dia berbahaya," cegah Alexi.

Sophia hanya mengangguk kecil, "kan ada kau disisiku," ujar gadis itu sebelum melangkah mengikuti Kavian. Sophia tidak menyadari seperti apa wajah terkejut Alexi saat ini, karena perkataan sembarangan yang diucapkannya barusan. Alexi menggeleng pelan sambil mengatur nafasnya, bocah lelaki itu jelas berusaha menyadarkan pikirannya sambil mulai mengikuti sang nona dari belakang.

Berusaha untuk terus disisinya...

"Ini ruang kerja yang buruk," komentar Sophia saat sampai di ruang kerja yang seperti kandang sapi di matanya. Sophia mengeluarkan sapu tangannya, menaruhnya di atas kursi sebelum ia duduki. "Kalau begitu cepat jelaskan karena tampaknya tempat ini tidak cocok dengan bangsawan sepertimu," Kaivan menyindir. "Aku bukan bangsawan, hanya kebetulan punya banyak uang saja," Sophia membalas tanpa celah.

"Aku ingin kau membuat sesuatu yang tidak pernah kau buat. Sudah pasti tidak pernah kau lihat juga, tapi aku yakin kau akan bisa membuatnya," Sophia mengeluarkan bukunya, gadis itu menyobek lima kertas dari buku yang dibawanya dan menaruhnya secara berjejer di atas meja. Dua kertas berisi gambar sebuah benda aneh yang terlihat seperti pakaian dalam wanita, sedangkan tiga lainnya berisi sebuah instruksi dan bahan-bahan yang entah dimaksudkan untuk apa.

Kaivan tertawa melihat gambar Sophia, bukan karena Sophia buruk dalam menggambar. Sophia sangat mahir menggambar meski itu adalah kemampuan Aurelie di kehidupan sebelumnya. "Kau ingin aku membuat semacam pakaian dalam Nona?" Pria itu tertawa. Sophia akhirnya bangkit dari posisi duduknya. Gadis itu menaruh dua lembar kertas bergambar di dinding dan mulai menunjuk salah satu gambar di antaranya.

"Apa yang akan kau buat adalah, pelindung tubuh," Alexi yang berada tidak jauh dari Sophia terus memperhatikan gambar Sophia. "Seperti baju zirah? Itu terlihat tidak efektif Nona. Melindungi dari apa pula pakaian seperti itu?" Kaivan jelas merasa ragu.

"Ini efektif saat senjata yang diciptakan belum sempurna," Sophia kini melirik Alexi dan berjalan ke arahnya. "Maaf Alexi, bisa tunggu sebentar di luar?" Permintaan Sophia jelas mendapatkan penolakan. "Saya harus terus berada di sisi Nona untuk melindungi Nona." Alexi tidak berniat keras kepala, hanya saja saat ini Sophia menjadi tanggung jawabnya, ia tentu akan menolak permintaan sang nona.

Sophia akhirnya menoleh pada Kaivan, "apa kau akan menyakitiku?" Tanya gadis itu tiba-tiba, "dan membiarkan pengawal kecilmu memenggal kepalaku? Tidak terima kasih."

Bahkan meski mendengar jawabannya, Alexi masih enggan menuruti keinginan Sophia. Datang ke tempat aneh dan bukan pergi berbelanja seperti yang sang nona katakan saja, sudah membuatnya kebingungan, meski begitu Alexi tidak banyak mengeluh dan diam mengikuti Sophia. Jadi, keinginan Sophia dimana dirinya ingin terlepas dari pengawasan Alexi jelas membuat pemuda itu kesulitan.

Meski, tatapan Sophia dimana ia tampak enggan mendengar penolakan akhirnya meruntuhkan pertahanan Alexi.

Tatapan matanya, selalu menekan di saat-saat tertentu.

Seperti saat Sophia menatap Alexi di danau.

Alexi tidak cukup yakin, sejak kapan ia memiliki rasa segan tak kasat mata yang begitu kuat pada Sophia, sejak dirinya melihat Sophia di labirin, atau saat ia melihat Sophia di danau.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang