TCV 70 | Putri Lemah Lembut
Plakkkk.
"Apanya yang berusaha," Aefar yang menepis tangan George, kemudian mendorong bahu pria itu dengan bahunya.
"Minum," Aefar memberikan minuman yang diterima oleh Sophia dengan ragu.
"Aku sudah panggil kereta, kita kembali. Lagipula bukankah kau bilang harus beli kue ulang tahun hari ini?" Sophia menutup bibirnya. "Apa sudah selarut itu?" Aefar langsung mengangguk, "sudah larut sekali!" Tegasnya dengan penuh penekanan.
Sophia langsung menarik lengan Aefar untuk membantunya berdiri. "Benar kita harus kembali, terlebih terlalu banyak lalat yang menatapmu." Aefar melirik George dan beberapa pemuda yang terus bersembunyi sambil mencuri pandang kepada Sophia.
"Aku harus pamit kepada Lorelie," gumam Sophia sambil berjalan menggandeng tangan Aefar. "Raimund yang akan menyampaikannya," Aefar membuat Raimund yang baru datang setelah diganggu banyak lady muda tampak kesal. Jelas pria itu menyuruh Raimund yang sangat ingin ikut pulang bersama mereka, untuk tetap tinggal dan menyampaikan kepergiannya kepada Lorelie dan ayah mereka. Aefar memberikan senyuman licik kepada Raimund karena menggandeng tangan Sophia dengan nyaman dan menghabiskan waktu berdua dalam perjalanan pulang.
Saat akan pergi ke pesta, keduanya sempat berdebat dengan siapa Sophia harus bergandengan. Namun Aefar yang mengejek tinggi badan Raimund yang masih sangat kecil akhirnya menang telak dan berhasil menggandeng Sophia memasuki aula.
"Anak itu berulang tahun dan meminta kau membeli kue dan kado kan?" Tanya Aefar dalam perjalanan. "Aku yang ingin merayakan ulang tahun Elowen," Sophia menjawab. "Kau tidak merayakan ulang tahunku seperti itu," Sophia menatap Aefar tidak percaya.
"Aku kan memberikan kado yang aku buat sendiri. Kado yang akan membuatmu panjang umur!" Sophia tidak mau kalah. "Ahhh aku bisa apa, aku kan saudara kesukaanmu jadi tentu saja kau membuatnya sendiri dan memberikannya kepadaku. Ayah saja bahkan tidak kau berikan kan." Aefar tertawa sambil melewati pintu aula.
"Aku sudah berikan pagi tadi kepada ayah. Rancangan lengkapnya," perkataan Sophia membuat Aefar terkejut tidak percaya. "Bagaimana bisa kau? Bukankah harusnya hanya aku yang diberikan! Tetap saja, kau membuatkan yang spesial untukku, dengan tanganmu sendiri." Sophia kembali tertawa.
"Sebenarnya Kaivan yang membuatnya..." Katanya dengan wajah tanpa dosa.
"Tetap saja, kau berniat memberikannya untukku kan!" Sophia menatap Aefar sambil berjalan. "Soal itu, sebenarnya..." Aefar langsung memotong pembicaraan.
"Jangan dijawab!" Ia merasa takut dengan jawaban Sophia. "Aku memang berniat memberikannya untukmu. Setelah melakukan beberapa peningkatan pada ketahanannya. Jadi bisa dibilang yang kau miliki yang paling kuat, bahkan jika dibandingkan rancangan yang aku berikan kepada ayah." Mendengar ucapan Sophia Aefar tersenyum sempurna.
"Aku tahu itu..." Gumam pria itu dengan percaya diri.
George masih menatap kepergian Sophia dan Aefar–menatap bagaimana Sophia dengan nyaman menggandeng tangan kakaknya itu dan berbicara panjang lebar bersama Aefar dengan leluasa. Selain itu, Sophia banyak tersenyum dan tertawa saat bersama dengan Aefar.
"Haruskah ku singkirkan sampah itu?" Gumamnya.
Pria itu berjalan menuju teras. Melihat Sophia dan Aefar yang memasuki kereta kuda. Memperhatikan kala kereta kuda mulai melaju keluar dari area kastil.
George mengeluarkan sapu tangan yang sebelumnya Aefar gunakan untuk membalut luka Sophia. Noda darah disana, pria itu usap dengan pelan.
"Darah kotor..." Keluh George yang menyinggung status kelahiran Sophia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...