TCV 82 | Berjumpa Tiga Monster Dalam Satu Hari
"MOMOMO."
"Kita mulai."
Sophia berlari menghampiri monster itu. "Berhari-hari berada di tempat ini, staminaku sudah tidak begitu baik." Sambil memberi sayatan pada kedua tangan super besar yang menggantung.
Snallygaster mengibaskan sayap kecilnya–menyerang Sophia dengan menggunakan ekor besar sambil memutar tubuh dengan bantuan sayapnya.
Sophia berhasil menghindar dengan cepat, meraih ranting dan bergelantungan di atas pohon sebelum akhirnya berhasil mendarat di punggung monster itu.
"Jadi aku harus mengakhirinya secepat mungkin." Sophia mengangkat pedangnya, tangan besar sang monster berusaha menjatuhkan Sophia, meski bobot besar tangannya tidak bisa dikontrol oleh monster itu sendiri.
"Karena kau memiliki stamina tanpa batas," Sophia menebas leher snallygaster dengan sekuat tenaga dari atas. Lehernya tidaklah putus, pedang Sophia justru jadi tersangkut. "Aku bisa mati kelelahan," Sophia meloncat turun sambil mengambil pedangnya.
"MOMOMO."
Saat si monster kesakitan dan tampak begitu marah, Sophia melemparkan pedang di tangan kirinya–membuat snallygaster menatap pedang itu dan di saat ia lengah, Sophia menebas sisi kanan lehernya dan akhirnya leher besar itu terputus.
Darah berlendir membasahi seluruh tubuh, Sophia hampir dibuat muntah saat mencium aroma busuk dari darah snallygaster.
Sophia menyeka wajahnya yang penuh darah dan menghampiri si bayi harimau. "Kita beruntung karena monster itu adalah snallygaster, bayangkan jika yang kita hadapi adalah manticore. Kau tahu manticore? Kita tidak akan selamat jika bertemu monster semacam itu, jadi lain kali kau harus menurut, kau mengerti?" Bayi harimau itu menunduk seolah mengerti dengan maksud Sophia yang tengah memarahinya.
Sophia terjatuh ke tanah. Bagaimanapun juga, ini adalah kali pertama dirinya benar-benar melawan monster setelah sekian lama hanya bersembunyi dan menghindar.
"Kakiku lemas," Sophia melihat tangannya yang masih sedikit bergetar. Bagaimanapun, pengalaman memang sangatlah penting.
"Aku sepertinya terlalu percaya diri, aku kira aku akan baik-baik saja karena sudah berlatih." Sophia menghela nafas dalam. "Rupanya tetap cukup menakutkan."
"Terutama..."
"Aku tidak tahan, aku harus mandi!" Sophia berlari kecil ke arah selatan. Sebelumnya ia memang sempat melihat aliran sungai disana. Sophia tidak tahan dengan rasa mual yang datang. Tidak banyak makanan yang dia santap selama berada di sini, memuntahkan makanan yang tidak seberapa itu bukanlah pilihan bijak.
Setelah berhasil membersihkan diri, Sophia akhirnya bisa bernafas lega.
Namun...
Tiba-tiba ada suara bising dari arah utara yang seolah berjalan menuju dirinya. Sophia mempertajam pendengarannya, namun masih belum bisa menebak dari mahluk apa suara itu berasal. Sophia memanjat salah satu pohon dan melihat gerombolan dari kejauhan.
Rusa-rusa tengah berlarian menuju ke arahnya...
Dengan gerombolan troll yang mengejar sambil bersorak kegirangan. Sophia mendesah, gadis itu langsung turun dari pohon, melepaskan ikatan kudanya dan memacu kudanya agar berlari ke arah barat dengan si bayi harimau di kantung perbekalan.
"Kudaku bukanlah kuda dewasa, staminanya sudah terkuras banyak dan jika aku naik, bobotku hanya akan membuat kami semua tertangkap." Sophia kembali menaiki pohon setinggi yang dirinya bisa. Gadis itu berharap aroma snallygaster masih melekat di tubuhnya sehingga troll itu tidak akan menyadari kehadirannya. Sophia yang sudah duduk di ranting besar pohon mengeluarkan anak panahnya–bersiap kalau-kalau keberadaanya disadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...