TCV 74 | Pertunangan dan Jeruji Besi
Dinginnya udara malam seolah menusuk hingga ke tulang. Dapat dirasakan, tubuh Kaivan bahkan bergetar saat diterpa hembusan udara malam yang berhembus di tengah kesunyian.
"Malam tak pernah gagal membunuh jiwa yang sunyi," gumam Sophia, menatap pohon besar yang berdiri di samping danau dengan begitu kokohnya. Sophia melirik Kaivan yang diam mematung, menautkan kedua tangannya sendiri seolah mencari kehangatan.
"Mereka merencanakan sesuatu. Kali ini, akan cukup berbahaya Nona. Bagaimana jika untuk sementara waktu Nona bersembunyi di desa? Killian akan menjaga Anda dan saya akan berusaha membereskan masalah yang coba wanita itu buat. Jika terlambat, mungkin tidak akan ada jalan keluar Nona. Kali ini saja, tolong dengarkan pendapat saya." Kaivan memohon dengan suara sedikit serak. Ia baru saja menjelaskan situasi kepada sang nona, namun majikannya itu masih diam dan malah memberikan perintah tidak masuk akal terhadapnya.
"Sepertinya saya tidak bisa fokus menjalankan tugas yang Anda berikan. Saya tidak mengerti, mengapa kita tidak membereskan masalah mendesak terlebih dulu?" Kaivan masih saja keras kepala.
"Bicaralah ketika apa yang kamu bicarakan lebih baik dari pada keheningan." Sebuah suara yang datang dari arah pohon akhirnya membuat Kaivan berdecak kesal. Melihat Alister Quill, keponakan dari Killian sang ketua klan Akuiji, melompat menghampiri Sophia dengan senyuman cerahnya.
"Saya lulus ujian masuk pelatihan kesatria Brunswick," ujarnya sambil menunjukan surat kelulusannya dengan begitu bangganya.
"Ah ujian dilakukan hari ini yah?" Gumam Sophia pelan. "Yang benar saja? Anda yang menyuruh saya tapi Anda bahkan tidak tahu kapan ujian itu dilakukan?" Alister bertolak pinggang, menunjukan dengan jelas bahwa dirinya merasa kecewa.
"Aku terus mengurung diri di kamarku, tidak banyak informasi yang sampai ke telingaku," Sophia memberi alasan bodoh. Anehnya, Alister tampak memilih untuk percaya.
"Benar, gara-gara rumor sialan itu? Nona, akan saya selidiki siapa yang menyebarkan rumor biadab itu, setelahnya saya akan memenggal kepala orang itu," Sophia terdiam, ia melirik Kaivan dengan perlahan. Sedangkan Kaivan, mengalihkan pandangannya sambil menelan ludah secara paksa.
"Ah mengenai orang yang Anda minta kami cari, masih belum ada kemajuan. Killian merasa malu karena itu dia menyuruh saya yang menyampaikan informasi memalukan ini. Namun dia bilang seluruh anggota tidak akan berhenti mencari nenek tua dan pria yang Anda maksud. Meski kami seperti mencari setangkai bunga di tengah padang pasir." Alister semakin mendekat, ia ingin melihat wajah Sophia lebih jelas.
"Berhenti mencari nenek tua itu... Lalu mengenai pria itu..." Sophia tampak menimang. Ia memang berharap bisa menemukan informasi dari si nenek tua, namun sepertinya Sophia tidak akan berhasil menemukannya. Karena ucapan tidak masuk akal sang nenek, seraya dengan sosoknya yang juga tidak masuk akal. Tidak ada keuntungan bagi Sophia jika larut dalam keinginan untuk menemukannya, toh tidak akan ada yang berubah juga jika Sophia menemukan nenek tua itu.
Sophia tampak menghela nafas, mencari pria itu di masa-masa genting begini juga memang hanya membuang waktu saja. Terlebih Sophia bahkan tidak mengetahui nama, wajah, bahkan ciri-ciri dari pria itu, apa yang Sophia ketahui hanyalah suaranya saja.
"Hentikan. Biarkan semua anggota kembali fokus pada tugas mereka masing-masing dan untuk kelompok pencarian cukup terdiri dari tiga orang dengan kau yang memimpin, kau bisa?" Alister membuka mulutnya terkejut, senang karena dirinya dijadikan pemimpin meski tugas yang diberikan cukup tidak masuk akal.
"Tentu saja Nona, saya tidak akan mengecewakan Nona." Alister bergembira, dengan telinga yang memerah tipis.
"Omong kosong," gumam Kaivan yang membuat Alister memelototinya kesal. "Kembali dan rayakan keberhasilanmu lulus dalam tes masuk hari ini." Sophia mengelus surai Alister, membuat anak itu jadi menunduk malu dan mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...