TCV 46 | Perpustakaan Rahasia Kastil Utara
Sophia mengayunkan pedangnya, membalas setiap serangan yang diberikan oleh Alexi dengan mata tertutup tanpa melakukan kesalahan satu kalipun. Sophia bertahan dari setiap serangan yang ada dan memperlihatkan kemampuan yang sangat pesat setelah menghilang selama tiga pekan dan istirahat selama dua pekan.
"Itu bukanlah kemampuan dari seseorang yang tidak melakukan apapun selama lebih dari satu bulan terakhir." Keluh salah seorang kesatria saat Sophia selesai melakukan test kepekaannya dan melepaskan penutup matanya. "Ah, apa kau lupa? Aku ini genius!" Sophia tertawa, si kesatria ikut tertawa mendengarnya.
"Tapi tolong jangan lakukan itu lagi Nona, kami tidak bisa tidur dan terus berkeliaran di setiap penjuru untuk mencari jejak Anda." Sophia yang mendengarnya kembali tertawa. "Lain kali aku akan kembali lebih cepat," ujarnya yang membuat beberapa kesatria memprotes tindakan dari Sophia. Sophia memang sudah cukup akrab dengan para kesatria sampai-sampai mereka bisa bercanda seperti ini.
Sophia beraktifitas dan memasang ekspresi biasa, seolah tidak ada yang terjadi.
"Aku harus kembali, banyak buku yang harus kubaca," Sophia memberikan pedangnya kepada Alexi seperti biasa dan beranjak pergi. Beberapa kesatria melambaikan tangannya kepada sang nona.
"Tidak pantas..." Rosalinde melebarkan kipas yang dibawanya. Gadis dengan surai yang sangat menyerupai Rosalinde menatap Sophia yang tengah berjalan jauh dari pandangannya. "Dia tidak bersikap seperti nona terhormat kediaman Brunswick, ingat Lorelie kau tidak boleh bersikap seronok seperti anak itu. Seorang lady terhormat tidak memegang pedang dan menyakiti orang lain," ucapan Rosalinde membuat gadis bernama Lorelie itu tersenyum manis dan mengangguk. "Tentu saja ibu," ujarnya sambil tersenyum.
Sophia yang baru saja sampai di kediamannya melihat Raimund yang tampaknya baru saja kembali dari akademi dan langsung menuju kediaman Sophia seperti saat ini. Sophia meraih lengan Raimund yang terulur kepadanya dan keduanya masuk ke dalam kastil sambil bergandengan.
"Aku dengar semuanya menjadi heboh saat Kakak menghilang? Kakak terlambat yah, sampai-sampai ketahuan semua orang. Alexi seperti ingin memukulku beberapa waktu lalu, Kakak harus memperingatkannya untuk menjaga sikap. Ah iya, Kakak kapan aku boleh membantu?" Sophia menoleh pada Raimund. Ia memang sudah memperingatkan Raimund bahwa dirinya akan pergi dan melarang Raimund untuk melakukan apapun selama kepergiannya. Aefar sendiri sempat bingung saat Raimund yang seharusnya kesetanan malah bersikap tenang, bahkan tetap menjalankan jadwal hariannya di akademi dan tidak membuat ulah. Karena hal itu, Raimund di introgasi oleh Aefar dan Alexi beberapa waktu lalu.
"Nanti," jawab Sophia pelan. Raimun mempererat genggamannya, dia mengetahui bahwa sang kakak merencanakan sesuatu, Raimun belajar dengan keras dan berpedang dengan rajin untuk bisa membantu Sophia sebisanya. Namun rupanya hal tersebut tidaklah cukup, Sophia belum mengizinkan dirinya terlibat.
Raimund tetap menurut meski ia sangat ingin memprotes kakaknya.
Keduanya kini berada di ruang makan, menyantap makanan masing-masing yang sangat jauh berbeda. "Apa yang sedang Kakak pikirkan," pikiran Sophia adalah hal yang selalu membuat Raimund penasaran. Namun, tidak semua orang memiliki akses dan keberanian menanyakannya secara langsung seperti saat ini.
"Menurutmu, antara ayah dan Khaled siapa yang lebih mudah?" Raimund menatap Sophia tanpa ekspresi. "Jika soal kepala keluarga, aku akan lebih menguntungkan," Sophia tersenyum mendengar ucapan Raimund.
"Kau menginginkannya?" Tanya Sophia sambil memainkan sendok sup di tangannya. "Kakak bisa memberikannya?" Ucapan Raimund membuat Sophia tertawa.
"Ehmm, mungkin dalam lima atau enam tahun, jika aku tidak berubah pikiran. Tapi itu tidak akan menguntungkanku, itu justru akan melemahkanku." Raimund termenung sesaat, ia mengenal raut wajah itu. Saat Sophia memasang mimik muka demikian, sesuatu akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...