TCV 60 | Damian Quinn Typhon

247 28 2
                                    

TCV 60 | Damian Quinn Typhon

"Anda disini. Saya kira Anda tidur di asrama akademi malam ini," Damian yang tiba-tiba masuk ke dalam perpustakaan menatap Raimund yang masih ada di sana sambil membaca bukunya. Raimund menoleh namun tidak memberi tanggapan apapun. Anak itu melirik Damian yang tampaknya mengambil beberapa peta yang entah untuk apa dan tampak akan segera pergi.

"Kau mau pergi ke suatu tempat?" Tanya Raimund pada akhirnya. Damian mengangguk kecil. "Sebelum itu boleh aku bertanya?" Damian tahu betul pertanyaan macam apa yang akan ditanyakan oleh Raimund. Pria itu menggeleng sebagai jawaban. "Saya tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan itu," tolaknya dengan tegas.

Damian kemudian memberikan beberapa buku kepada Raimund. "Nona suka membaca buku-buku sejenis ini juga," ujarnya sebelum akhirnya meninggalkan perpustakaan dan kastil Brunswick, hendak pulang ke kediamannya sendiri.

Pria itu menaiki kereta kuda dimana sudah ada salah satu orangnya yang menunggu. "Nona pergi keluar, saya tidak bisa mengikuti karena orang-orang Killian membersihkan jalanan. Kami tidak bisa mendekat sama sekali." Damian bersandar di kursi kereta kuda yang sudah melaju keluar area kediaman Brunswick, memejamkan matanya yang lelah. "Tidak apa-apa," gumam Damian pada akhirnya. Pria itu kembali membuka mata dan kini sudah sendirian di dalam kereta. Matanya melirik jalanan malam yang hening karena semua orang mungkin sudah terlelap.

Damian tahu, selama ini Sophia membiarkan dirinya melakukan pengawasan ketat, ia juga sadar bahwa cepat atau lambat Sophia akan menyingkirkan pengawasan itu.

Tidak butuh waktu lama sampai Damian akhirnya sampai di kediamannya. Sebuah kastil besar bernuansa putih dan biru. Letaknya sangat berdekatan dengan kediaman Brunswick di ibu kota.

Damian disambut beberapa pelayan yang memiliki mata dan surai serupa dengannya. Pria itu melihat ke salah satu kamar besar, dimana anak-anak dengan surai yang sama dengannya tengah terlelap dan larut dalam mimpinya. Damian kemudian menaiki tangga dan menuju kamar tidurnya.

Berbaring mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, membuat Damian memikirkan kejadian hari ini, kasus perbudakan yang diselesaikan oleh Aefar yang sedang ramai dibicarakan di kerajaan. Kejadian hari ini membuat Damian kembali mengingat saat dirinya masih kecil dan terjebak dalam perbudakan. Menebak apakah nonanya juga mengetahui bahwa dirinya dulu adalah seorang budak dalam pelelangan, berpikir apakah nonanya itu ragu memberikan tugas ini kepadanya karena fakta tersebut, sampai-sampai menyuruh orang baru yang mengurus kejadian besar ini.

Saat Damian menanyakan keputusan Sophia, yang mengangkat seseorang yang bahkan belum pernah Damian lihat sebagai pemimpin serikat, Sophia hanya menatapnya sambil tersenyum, ia berkata bahwa Damian memiliki bagian sendiri nanti.

Duke Harald saat itu masih menjadi duke muda, ia membeli Damian dari pelelangan dan memberikan Damian tempat tinggal. Jelas Harald menyadari bahwa ia berasal dari klan Typhon. Meski Harald menyembunyikan Damian dari Duke Brunswick saat itu–ayah dari Harald, faktanya Damian tetap dirawat dengan baik dan bisa mempelajari banyak hal.

Sampai akhirnya Harald menjadi Duke Brunswick, Damian kemudian ikut ke duchy dan terus berada di sisinya.

Damian tertawa kecil saat mengingat pertemuannya dengan Sophia. Gadis kecil lancang yang menginginkan dirinya untuk berada disisinya. Tatapan sang nona sangat mirip dengan ayahnya saat itu. Damian merasa konyol mendengarkan perkataan anak kecil, namun ia sangat bersyukur. Pria itu melirik lukisan wanita yang ada di hadapannya. Lukisan yang dibuat oleh Sophia dua tahun lalu sebagai hadiah. Tepat di atas kotak tua yang terpajang di meja kamarnya.

Damian masih mengingat perkataan Sophia hari itu.

"Kau menggambarkan wajahnya dengan sangat baik hingga hasilnya menjadi bagus," komentar Sophia saat ia menyelesaikan lukisan besar yang kini terpajang di kamar Damian dengan cantik.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang