TCV 83 | Manticore
SRETTT
SRETTT
SRETTT
Manticore, adalah salah satu makhluk mengerikan dengan penampilan yang sulit dibayangkan. Tubuhnya besar, diselimuti rambut layaknya singa, namun memiliki wajah yang tampak seperti manusia. Sayapnya sangat lebar dan kokoh, berwarna gelap layaknya kelelawar. Senjata manticore yang membuatnya semakin tak terkalahkan adalah ekor kalajengking yang beracun.
Berdasarkan buku yang Sophia baca, manticore adalah monster tak kenal ampun yang cukup piawai. Ia bisa menirukan suara dan percakapan manusia untuk mengelabui korbannya. Setelah tertangkap, ia akan memakan korban secara perlahan-lahan sambil bernyanyi. Bahkan dalam dunia permonsteran manticore dianggap sebagai psikopat!
Ia menyukai mangsa yang lemah dan bodoh...
Seolah bermain dengan perlahan, manticore tidak pernah langsung membunuh mangsanya.
Seperti saat ini...
Monster itu terbang ke arah Sophia–menyayat kaki kanan Sophia dengan sayatan tipis di tempat yang sama secara berulang menggunakan ekor kalajengking besarnya.
Monster yang punya kecerdasan dan kegilaan secara bersamaan adalah yang terburuk.
"Benar, seperti kucing dia akan bermain denganku seharian." Sophia akhirnya berhasil mencapai ranting pohon yang lebih rendah. Gadis itu berjuang keras menuruni pohon namun saat manticore kembali mendekat–Sophia terpaksa melepas pegangannya pada ranting pohon itu dan terjatuh, menghantam tanah basah penuh kerikil tajam di samping sungai.
"Akhhh!!!" Rasanya beberapa tulang rusuk Sophia patah, lengkap dengan banyak sayatan akibat kerikil tajam di seluruh punggungnya. Bahkan Sophia merasakan aliran darah pada kepala belakangnya, Sophia berharap semua itu bukanlah luka yang terlalu berbahaya.
Jelas harapan itu hanya sia-sia. Sophia bisa merasakan separah apa kondisi tubuhnya saat ini, dia hanya ingin menipu diri.
"AUUUUMMMM..." Suara manticore menggelegar. Seketika suasana menjadi semakin hening–seolah monster lain pun enggan keluar dan ikut campur saat sang raja tengah bermain.
Sophia melihat luka di kaki kanannya. Meski disayat dengan tipis–monster itu melakukannya secara berulang sambil terbang melewati Sophia berkali-kali. Luka itu menjadi cukup dalam dan tentu saja penuh racun. Saat ini Sophia merasa bahwa kakinya mulai mati rasa.
Seandainya Sophia tidak membiasakan diri dan meningkatkan toleransi racun dalam tubuhnya, dia pasti sudah tidak bisa bergerak saat ini.
"Lari tidak akan menjadi solusi." Sophia melihat langit-langit, mencari keberadaan si monster bersayap yang tengah bersembunyi. Nafas Sophia memburu, degup jantung yang terpacu menyambut ketakutan yang merangkak naik ke permukaan.
"Hanya aku yang bisa menyelamatkan diriku..." Sophia mengepal kuat tangannya.
"Ada pepatah yang pernah aku dengar," ia meraih busurnya. Sophia kemudian mengambil dua anak panah dan menancapkannya pada luka sayatan yang ada di kaki kanannya. Sophia menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Kedua anak panah itu penuh darah hitam yang terkena racun mematikan dari sang manticore.
"Kekalahan, dimulai dengan ketakutan..." Sophia mengarahkan anak panahnya pada salah satu dahan dari sisi kanannya. Saat melihat pergerakan, Sophia melepaskan satu anak panahnya. Namun dirinya salah, monster itu menipunya.
Sophia kembali mengarahkan anak panahnya pada sisi kirinya. Namun penglihatannya bermasalah–Sophia seolah berhalusinasi. Monster itu tidak menipunya, dia hanya menunggu Sophia menggila karena efek racunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...