TCV 78 | Kebohongan Dalam Persidangan
"Dasar anak iblis."
"Penggal dia!!!"
Riuh dari para penonton sidang semakin kencang. Kebanyakan dari mereka mulai geram lantaran sang hakim yang masih belum memberikan putusan padahal terdapat bukti yang sudah sangat jelas dan sangat berat. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh si pelaku untuk membuktikan ketidak bersalahannya.
"Yang Mulia Hakim, saya mohon dengan sangat. Tolong berikan keadilan untuk Lorelie. Bagaimana dia bisa menjalani hidup berdampingan dengan orang yang berusaha membunuhnya?" Rosalinde berteriak sambil tersedu-sedu. Perkataan langsung disetujui oleh semua orang yang hadir.
"Tuduhan penganiayaannya memang terbukti, namun tuduhan pembunuhan dan keterkaitan dengan sekte iblis tidaklah terbukti. Dibutuhkan evaluasi lanjutan untuk menentukan hukuman." Sang hakim menatap Sophia. Entah mengapa, tatapan itu terlihat seperti rasa iba.
"Ada satu bukti lagi Yang Mulia Hakim." Khaled mengeluarkan sebuah artefak dengan permata putih besar. Semua orang terkejut melihat apa yang ada di tangan Khaled.
"Artefak ini adalah artefak kuno yang keberadaannya tersembunyi selama ribuan tahun. Sebuah buku berisi sihir kuno dan peta yang diperkirakan menunjukan lokasi artefak, telah dicuri klan D'Arcy dari istana. Semoga orang meyakini bahwa saat ini artefak-artefak kuno itu sudah berada di tangan klan yang kita kenal sebagai klan penyembah iblis, sejak insiden pemberontakan terjadi dua ratus tahun lalu. Apa masuk akal? Anak itu menyerahkan artefak untuk membangkitkan Lorelie dari tidur panjangnya, menggunakan artefak yang tidak pernah ditemukan. Apakah keterlibatannya dengan klan D'Arcy masih perlu dipertanyakan?" Sophia hanya diam, menatap Khaled yang begitu percaya diri menyudutkan adiknya. Khaled bertemu pandang dengan Sophia, dengan mata memerah Sophia hanya bisa diam. Menampakkan raut wajah panik yang dapat dilihat semua orang.
"Anda mengakuinya Nona Sophia?" Sophia menunduk. Menoleh kepada sang hakim dan tertawa kecil. "Dalam situasi seperti ini, apakah kesaksian saya dapat dipercaya?" Tanya Sophia dengan suara bergetar. "Katakan kesaksianmu," Sophia menatap sang hakim. "Saya mendapatkannya dengan usaha saya sendiri," jawab Sophia.
Perkataan Sophia rupanya memperkeruh suasana. Semua orang yang hadir makin riuh, beramai-ramai mengkritik Sophia yang terkesan sangat tidak tahu diri.
"Usaha? Yang benar saja usaha bersama klan penyembah iblis?"
"Tidak tahu malu."
"Dia benar-benar aib kerajaan."
Suasana keruh itu kembali tenang saat palu sang hakim dibunyikan. Sophia masih diam, enggan memberikan kesaksian lanjutan.
"Sebelum membahas soal artefak, berikan kesaksian mengenai kejadian malam itu," sang hakim masih memberikan kesempatan bagi Sophia untuk membela diri. Tampaknya pria bersurai putih dengan keriput halus itu mencoba meringankan hukuman Sophia. Rupanya, ikatannya dengan Harald jauh lebih kuat dari yang Sophia kira.
"Dia tidak mengingatnya. Baik anak itu maupun Lorelie, keduanya tidak mengingat kejadian malam itu." Khaled kembali berujar. Mendengarnya sang hakim memijat pangkal hidung.
Hakim itu benar-benar tidak menunjukan tanda-tanda memojokan Sophia...
Padahal ia sudah siap dengan skenario terburuk...
Meski saat ini keadaannya sudah sangat buruk.
"Kakakku tidak mungkin melakukan hal itu!" Lorelie dengan wajah pucat akhirnya berteriak. Rosalinde menarik tangan Lorelie yang berdiri sambil berteriak dengan lantang.
"TIDAK IBU! AKU SUDAH TIDAK TAHAN!" Lorelie semakin mengamuk. Sambil menangis terisak gadis itu memohon kepada sang hakim.
"Jangan hukum kakakku. Jika dia berniat membunuhku, mengapa dia memberikan artefak yang bisa memberatkan posisinya? Kakakku tidak mungkin–tidak akan mungkin melakukan kejahatan itu. Pasti ada alasan, ada alasan yang tidak bisa dia ungkapkan." Lorelie semakin berlinang air mata, memohon kepada sang hakim dengan putus asa. "Jangan ambil kakakku aku mohon," pinta Lorelie dengan suara serak yang parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...