TCV 85 | Killian Quill

274 33 0
                                    

TCV 85 | Killian Quill

Udara dingin berganti dengan hangatnya sinar mentari. Pagi itu berbeda dengan pagi-pagi lain yang Sophia jalani di hutan ini. Segelas teh hangat yang ada di tangan, membuat Sophia menarik senyuman di bibirnya. Tidak pernah ia merasa sesantai ini sejak memasuki hutan. Jujur, Sophia sempat terbuai untuk kembali pulang.

"Bagaimana membuat penawarnya?" Tanya Sophia yang membuat pria itu menatap gadis di hadapannya tampak berpikir. "Kau bisa membelinya dengan mudah," pria itu mendekat dan menarik satu tangan Sophia sambil menuliskan sebuah tempat di telapak tangan Sophia menggunakan jari-jarinya. Sophia memperhatikan kilatan gelang usang di tangannya saat terkena sinar mentari.

Pria itu menjentikan jarinya dan membuat Sophia menatap matanya. "Pergi ke sana jika ingin menemukan ramuan, potion atau penawar racun apapun. Aku berbaik hati memberikan informasi berharga ini karena merasa lucu melihat seseorang datang tanpa membawa penawar racun ke tempat penuh racun seperti ini. Jika kau mau membayar mahal, kau bisa mendapatkan yang mustahil sekalipun."

Sophia memperhatikan sayatan-sayatan pada pakaian pria di hadapannya dan mengangguk, "terima kasih."

"Ah dosis yang kuberikan tidak akan cukup, kau akan membutuhkan penawarnya lagi. Kau terpapar racun terlalu banyak, sejujurnya kau harusnya sudah mati jika sebanyak itu racun yang masuk ke tubuhmu." Sophia menatap wajah pria yang seolah mengintrogasinya itu. "Tubuhku memang kuat, aku terlahir kuat," jawab Sophia yang bahkan tidak ada niatan dalam membuat kebohongan.

"Yah, kau terlihat kuat sekali, sangat kuat! Wow kuat sekali..." Jawaban penuh sarkastik diberikan. Pria itu kembali duduk di tempatnya–berseberangan dengan Sophia.

"Mau ikut aku keluar hutan?" Sophia yang tengah menyeruput teh hangatnya akhirnya menatap pria yang menyediakan segala kemewahan ini terhadapnya. "Melihat bagaimana persiapan dan semua senjata yang kau bawa, sepertinya kau punya rencana sendiri dan tidak tersesat di hutan ini." Tidak ada jawaban–Sophia tidak bisa memberikan jawaban apapun. "Sepertinya kau juga bukan anak miskin yang bertahan hidup dengan kerja keras," pria itu kini terang-terangan menganalisa Sophia. Karena tahu, introgasi tidak akan berpengaruh terhadapnya.

Sophia bersikap tenang seperti biasanya. Memperhatikan pria itu yang juga memegang cangkir teh dengan tangan kapalan.

"Bantuannya tidak geratis bukan?" Sophia mengerti, pria dengan pakaian bergaris merah itu pernah Sophia dengar rumornya. Mungkin saja dia bagian dari kelompok pembunuh bayaran yang berkamuflase menjadi kelompok pengawalan. Mereka disebut kelompok Akuji.

Sophia menyibak sedikit kerah bajunya, meraih sebuah kalung di lehernya. Gadis itu melemparkan kalung itu dan di tangkap dengan baik oleh pria di hadapannya.

"Kau bisa menjualnya, setidaknya kalung itu senilai dengan sebuah rumah mewah. Tentu jika di jual di pasar gelap nilainya akan sedikit menurun." Sophia meletakan gelasnya yang sudah kosong. Gadis itu membetulkan perlengkapannya dengan kaki tertatih, fungsi gerak kakinya belum sepenuhnya kembali. Seluruh tubuhnya juga masih terasa begitu ngilu dan sakit.

"Perkiraanku kau akan mati dalam satu hari, karena itu seharusnya kau membawa pasukan atau pengawal, kau bisa membayar orang jika tidak memiliki orang kepercayaanmu sendiri." Mendengarnya Sophia menoleh tidak suka.

"Aku bertahan jauh lebih lama dari yang kau kira. Selain itu, aku punya! Dia genius pedang dan sangat hebat, dan..." Sophia menarik nafas dalam dan membuang pandangannya, merasa percuma dengan penjelasan yang datang dari bibirnya. "Dulu... Dulu dia orangku, sebelum dia mengkhianatiku." Pria itu terkekeh kecil, berjalan mendekati Sophia dan kudanya yang belum dewasa, kemudian membetulkan saddle pad pada kuda Sophia. Lapisan tipis yang berada antara punggung kuda dan pelana itu tampak tidak pada posisi semestinya.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang