TCV 45 | Pasti Kau Ketakutan....

243 34 5
                                    

TCV 45 | Pasti Kau Ketakutan....

"Apa kau pernah menyesalinya?" Aurelie yang tengah membaca setumpuk jurnal menoleh pada Levana yang tengah menandatangani bertumpuk-tumpuk buku yang baru saja diluncurkannya. "Maksudmu adopsi?" Aurelie menurunkan jurnal yang tengah di bacanya dan menatap Levana yang kepayahan menandatangani begitu banyak tumpukan buku, yang bahkan hampir menenggelamkan kepalanya.

"Ashhhh kenapa aku masih melakukan pekerjaan seperti ini sih?" Keluh Levana. "Tidak" Aurelie menjawab, jawabannya membuat Levana tertawa. "Kau pembohong yang ulung" ujar Levana sambil melempar satu kaleng bir ke arahnya.

Setelahnya keheningan pun datang...

Dalam keheningan itu...

Aurelie mendengar satu gumaman kecil dari balik tumpukan buku yang kini menenggelamkan kepala Levana. Membuat Aurelie bahkan tidak lagi bisa melihat gadis itu dalam pandangannya.

"Pasti kau ketakutan" gumam wanita itu dengan suara yang lirih...

'Itu tidak benar...'

"AKHHHH!"

Sophia akhirnya terbangun, gadis itu melihat tampilan berantakan dari Alexi dengan mata hitamnya dan Evans yang tampak berdiri di depan pintu seolah menjadi seorang penjaga. "Bagaimana bisa Anda menahan diri dalam kondisi tubuh separah itu" dokter itu lagi.

Dokter yang pernah mengobati Sophia saat ia masih umur enam tahun itu menatap Sophia penuh kekhawatiran.

"Berapa lama?" Jelas Sophia menanyakan kondisinya yang tidak sadarkan diri. "Empat hari" jawab sang dokter sambil memberikan segelas minuman kepada Sophia. Sophia menyentuh dadanya yang terasa begitu sesak.

Ada suatu hal yang penting dari diri Aurelie yang ia lupakan. Namun, Sophia tidak bisa mengingatnya sama sekali.

Padahal ia sudah lama tidak mengalami mimpi aneh semacam ini lagi...

Mungkin karena dirinya terlalu kelelahan yang membuat hal itu kembali terjadi...

Anehnya, Sophia merasa tenang saat ingatan mengenai Aurelie yang terlupakan itu tidak kembali. Seolah memang pikirannya lah yang memproses untuk menutup ingatan itu secara paksa, agar ia bisa menjalani hidup yang lebih baik.

Sophia merasa aman...

"Lorelie?" Tanya Sophia membuat Elowen yang sejak tadi menahan tangisan di pojokan ruangan akhirnya menghampiri sang nona, menyentuh kaki Sophia sambil memeluk kedua kaki nonanya itu sambil menangis. Mungkin merasa bersalah, lantaran Sophia menghilang saat dirinya pergi bermain judi.

"Dia sudah bangun, semua penghuni kastil sangat bahagia sampai-sampai tidak ada yang datang saat Nona tidak sadarkan diri selama empat hari begini" Sophia menyentuh surai Elowen dan mengelusnya dengan lembut. "Lorelie tidak membuka matanya hampir sepuluh tahun Elowen, tentu wajar jika semua orang fokus dan bersyukur atas hal ini kan." Elowen masih saja menangis meski ia tidak lagi merengek.

Sophia melirik Alexi yang kondisinya sangat buruk, pria itu saat ini terus menatap Sophia seolah takut Sophia akan hilang lagi. "Pulang, istirahat dan rapikan dirimu Alexi. Aku benci pria jelek" perkataan Sophia membuat Alexi menatap dirinya dengan tatapan enggan pergi. Namun dorongan dari Evans yang kini memasuki ruangan membuat Alexi akhirnya sedikit menjauh dari Sophia. "Beraninya kau mengganggu pandangan Nona Sophia? Pergi sana bocah" Evans tentu khawatir dengan kondisi putranya yang sudah berhari-hari tidak tidur karena kesetanan mencari keberadaan Sophia.

Terlebih hilangnya Sophia diketahui dalam kurun waktu yang sangat terlambat.

"Aku bilang pergi" titah Sophia dengan tegas yang akhirnya membuat Alexi keluar dari kamar Sophia dengan kepala menunduk. "Wah dia seperti zombie" gumam Sophia membuat Evans tertawa. "Saya tidak mengerti namun saya setuju" Evans memasang wajah seriusnya kembali.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang