TCV 22 | Makanlah, Seperti Kau Menerima Sebuah Berkah
"Apa dia..."
"Berniat melompat?"
Dengan mempertajam pandangan. Dapat Alexi lihat bahwa Sophia meneteskan air mata dengan wajah sedih penuh kekosongan. Dia berniat melompat ke danau saat larut malam agar tidak ada yang tahu?
"Jangan bilang kejadian sebelumnya bukan berlatih berenang, namun percobaan bunuh diri?" Alexi semakin kebingungan.
Sophia kini tampak membalik badannya, dapat dikatakan bahwa Alexi merasa cukup lega. Karena berpikir bahwa Sophia tidak akan melompat dan akan turun dari pohon besar itu.
Namun, lagi-lagi Alexi dibuat terkejut. Sophia justru menjatuhkan dirinya dengan mundur dari dahan pohon. Gadis kecil itu terjatuh dari pohon dan tenggelam di dasar danau.
Danau itu berkilauan, bermandikan cahaya lembut cahaya bulan. Panorama kala itu begitu indah, keindahan bercampur pemandangan tragis yang membuat degup jantung berpacu cepat. Kala itu waktu seolah melambat, Alexi kehilangan akal untuk mengambil tindakan.
Cahaya bulan menangkap riak air di bawah, menciptakan tarian cahaya dan bayangan yang memukau. Sophia terjun ke kedalaman danau yang sejuk dan tenang, tanpa adanya setitik gerakan di air yang sempat berguncang.
Tidak ada pergerakan apapun. Alexi yang sempat kehilangan pikirannya selama sesaat, akhirnya langsung melepaskan mantel tebal yang sempat dikenakannya, karena benda itu hanya akan membuatnya tenggelam.
"Dia benar-benar melompat," Alexi berlari ke arah jatuhnya Sophia, berniat segera masuk ke dalam air meski dirinya sendiri tidak begitu pandai berenang. Namun niat itu diurungkan saat melihat air yang tenang mulai bergerak.
Keheningan malam dipecahkan hanya oleh cipratan lembut saat Sophia muncul ke permukaan, terengah-engah dan menikmati keindahan dunia yang diterangi cahaya bulan di sekitarnya.
Sorot matanya, tampak tenang...
Alexi langsung bersembunyi di balik pohon kala itu, karena ia tidak mau sang nona menyadari kehadirannya. Dengan sunyi Alexi melihat dibalik pohon bagaimana Sophia berenang dengan begitu telaten. Fakta bahwa dia pandai berenang tidak pernah ia dengar. Jadi saat Aefar menolongnya, dia benar-benar sedang berlatih? Apa mungkin ia terus berlatih sejak dirinya tenggelam hampir delapan bulan yang lalu? Atau memang ia sejak awal pandai berenang?
Alexi menggeleng kecil, 'dia tidak mungkin berniat membunuh dirinya sendiri.' Mendengar pikirannya, Alexi merasa sangat malu. 'Bagaimana dirinya diperlakukan dan bagaimana ia menjalankan hidup, cukup untuk menjadi alasan baginya melepaskan hidupnya.'
Alexi masih memperhatikan. Sang nona berenang dengan begitu tenangnya. Menikmati ketenangan yang mungkin tercipta dari dinginya air dan sunyinya sekitar. Tidak lama setelahnya, Sophia mengakhiri kegiatannya dan beranjak menuju permukaan.
Sophia berjalan menjauh, melihatnya membuat Alexi bisa bernafas lega. Bocah lelak itu akhirnya bangkit dan berniat berjalan menuju mantel yang sempat dilepaskannya sembarangan. Sampai sosok yang tiba-tiba ada di hadapannya, membuat ia kembali terdiam tanpa bisa bergerak.
Sophia yang mengenakan gaun tipis panjang menatap Alexi tanpa berbicara. Alexi yang bingung berkata apa hanya menatap Sophia selama beberapa saat sampai akhirnya ia menundukan kepalanya.
"Saya hanya lewat," ujar Alexi tanpa sadar. Rupanya tatapan Sophia justru membuatnya terusik dan menekannya untuk mencari alasan. Sophia tampak berjalan semakin mendekatinya sampai-sampai mereka benar-benar saling berhadapan saat ini.
Rupanya Sophia mengulurkan sebuah apel kepada Alexi. Bocah lelaki itu kembali menatap Sophia sampai akhirnya menerima apel pemberian Sophia, yang ia yakini ditinggalkan oleh ayahnya di jendela sang nona.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...