TCV 12 | Sophia, Kehidupan Apa Yang Sebenarnya Kau Lalui?
"APA YANG SEDANG AKU LIHAT INI?"
Aurelie menoleh, menatap mata merah dalam kegelapan yang menyala berang ke arahnya. Dengan langkah tergesah, sosok itu datang menghampiri.
Akhirnya surai keemasan miliknya terlihat. Anak lelaki itu masih menatap murka ketiga pelayan yang terdiam mematung.
Aefar Carl Brunswick, putra kedua keluarga Brunswick sekaligus anak yang sempat menyelamatkan Sophia saat gadis itu tenggelam di danau tiga bulan lalu.
Aurelie terkadang berpapasan dengannya, namun tatapan kesal dan penuh kebencian milik Aefar selalu membuat Aurelie berusaha menghindarinya.
"Pergi ke depan kastil utama, berdiri disana dan tunggu aku datang. Jangan katakan apapun, atau pergi kemanapun. Berdiri disana, sampai aku datang!" Ujar Aefar yang terlihat menahan amarah.
"Tuan Muda, kami hanya tengah mendidik Nona Sophia. Seperti yang Tuan tahu bahwa Nona Sophia selalu membuat masalah. Kami hanya mencoba membantu." Salah seorang pelayan berujar.
'Pelayan yang pernah menampar Sophia saat ia telah diasingkan di masa tuanya, si pelayan berambut hijau yang memutih...'
"Benar Tuan, kami sangat peduli dengan Nona. Karenanya kami ingin membantu." Ujar pelayan lain sambil berlutut.
'Pelayan itu memberikan air keruh pada Sophia setiap pagi selama satu tahun tiga bulan terakhir sebagai air minum Sophia.'
"Lagipula, Nona Sophia memang sedang dalam masa pengawasan, kami hanya ingin mengawasi Nona dengan baik Tuan Muda." Pelayan yang baru saja menginjak Sophia berujar dengan percaya diri.
'Pelayan yang menusuk sekujur tubuh Sophia dengan jarum saat tengah mengukur gaun. Menusukku... Beberapa hari lalu aku tidak bisa mengenakan sabun karena seluruh kulitku terasa begitu sakit.'
'Informasinya belum cukup.'
'Aku harus menahannya.'
'Aku harus tahan.'
"Memang siapa kalian? Sampai berani merendahkan seorang Brunswick? Aku tidak akan memberi perintah dua kali. CEPAT LAKUKAN PERINTAHKU SIALAN!" Aefar yang tengah murka berteriak keras sampai-sampai ketiga pelayan itu berlari ketakutan.
Bagaimanapun, dia memang masih anak kecil. Dia dikenal sebagai anak dengan temperamen buruk yang mudah mengamuk dan tidak bisa mengontrol amarahnya, lantaran memang bersumbu pendek.
"Kau membiarkan seorang pelayan menginjak darah Brunswick?" Bocah lelaki itu berjongkok, menyibak gaun Aurelie dengan noda sepatu itu dengan kasar dan melihat lebam di kaki Aurelie yang terlihat cukup buruk.
"Bangun," Aefar memerintah seenaknya. "Aku bilang bangun! Kau tuli?" Bocah lelaki itu semakin berkata dengan keras dan kasar.
Aurelie hanya terdiam.
Ingatan kehidupan lalunya, entah bagaimana terlintas begitu saja...
'Ternyata benar-benar mirip...'
Tanpa disadari, air mata menetes. Aurelie yang menunduk, masih terdiam di posisinya. Tetesan air mata yang membasahi lantai membuat Aefar tersadar. Bocah lelaki itu kembali berjongkok dan menunduk demi melihat air muka adiknya yang tengah menangis.
Ia sempat terkejut...
Terduduk membisu lantaran tidak membayangkan bahwa ia akhirnya melihat Sophia menangis.
Aurelie mengingatnya, semua perlakuan sinis dan kasar Aefar dilakukan bocah itu lantaran mengira Sophia tidak memiliki penyesaan dan hanya mengelak mengenai perbuatannya yang mencoba membunuh Lorelei.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...