TCV 3 | Apa Sophia Diabaikan?
Pagi belum datang, mentari belum bersinar namun Aurelie sudah membuka matanya sambil menatap keluar jendela. Menatap pemandangan di sela-sela cahaya mentari yang baru mulai menunjukan dirinya.
"Akhhhhh sudah pagi? Pemandangannya begitu..." Aurelie menahan perkataan.
"Ada apa dengan pemandangannya?" Gumam gadis itu sambil menatap taman yang tidak terawat di kediamannya. Tanaman busuk dengan tanah menghitam yang terlihat buruk. Jika diperhatikan, kastil yang Aurelie tinggali sepertinya sayap utara dari kediaman Brunswick di ibukota. Mengapa Sophia tinggal di ibukota? Kenapa juga tinggal di tempat paling dingin di kastil keluarga yang besar ini? Padahal ia bisa tinggal di kediaman utama bukan? Aurelie belum bisa menemukan jawabannya.
Saat mendapatkan kesempatan yang lebih baik dari tubuh tua ringkih, kau akan lebih menghargai kesempatan tersebut. Jika bisa, Aurelie berniat untuk hidup nyaman dan tenang. Aurelie sudah mulai mengingat beberapa hal mengenai kisah ini. Masalah baru datang setelah usia Sophia beranjak remaja, jika Aurelie tidak menunjukan diri dan hidup tenang, mungkin dia bisa aman. Aurelie tahu betul bahwa akhir kisah ini tidak begitu bagus.
Ah, atau Aurelie bisa mengumpulkan uang dan melarikan diri lalu menikmati hidup bebas di sebuah pondok kecil yang bisa membuatnya bersantai sepanjang waktu. Jika uangnya cukup, Aurelie bisa membeli sebuah pulau dan menua dengan tenang di sana. Meski sayang sekali karena tidak menikmati kemewahan, hal tersebut lebih baik ketimbang terjebak dalam alur cerita tragis yang tidak menarik.
Aurelie belum memutuskan rencananya, namun dua hal itu terdengar menyenangkan.
Aurelie sangat keras kepala dalam hal bertahan hidup...
Baginya, dalam situasi apapun, yang dirinya punya hanyalah hidupnya sendiri. Karena hal itulah ia sangat menghargai hidupnya.
Kini, Aurelie akan sangat menghargai hidup Sophia.
Seperti tekad yang sudah dirinya bulatkan, Aurelie akan menjadikan hidup Sophia menjadi kehidupan paling bahagia yang bisa dimiliki seseorang.
Aurelie terdiam sejenak...
"Kenapa tidak terpikir untuk mencari cara kembali ke kehidupanku sendiri? Kenapa aku begitu mudah menerima kehidupan orang lain?" Aurelie juga merasa heran pada dirinya sendiri, ia memiliki kehidupan sempurna, namun ia tidak terpikir untuk kembali? Aneh...
Sayangnya, lagi-lagi ia belum bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Ingatan itu, belum datang menghampirinya.
Aurelie beranjak dari jendela, menatap pantulan tubuhnya pada cermin yang terlihat begitu mungil.
"Surai tidak biasa yang justru terlihat indah," komentar Aurelie sambil menyentuh helaian surainya. Berwarna pirang keemasan seperti seorang Brunswick sejati, dengan helaian perak pada bagian dalam surainya. Cukup unik namun justru membuat Sophia jauh lebih menarik. Lagi-lagi Levana tahu betul cara menarik perhatian tanpa melakukan apapun. Ah apa karena ini dia mewarnai rambutnya seperti itu saat di pesta? Tiba-tiba Aurelie teringat pernah melihat Levana mewarnai surainya seperti ini.
Levana adalah penulis dari kisah ini.
Penulis yang cukup gila...
"Mata merah tajam yang sangat mengintimidasi, padahal dia memiliki mata yang sekuat ini. Mengapa jadi terlihat tanpa sinar dan sayu saat di masa tuanya?" Aurelie menatap sorot mata merah milik Sophia, yang lagi-lagi merupakan ciri dari seorang Brunswick, mata yang seolah memiliki kekuasaan.
"Hidung, bibir dan struktur wajahnya sangat sempurna. Bahkan kulitnya pun tidak memiliki cacat. Dilihat dari tinggi badanya saat ini, Sophia akan memiliki proporsi tubuh wanita yang diidam-idamkan." Aurelie kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...