TCV 10 | Tuan Kesatria

441 42 0
                                    

TCV 10 | Tuan Kesatria

"Kau anak yang baik kan?"

"Kau harus ingat bahwa kau adalah anak baik Aurelie."

"Kau putri terbaikku, Aurelie."

"Jadilah anak baik, Aurelie!"

Aurelie memaksa matanya terbuka. Aurelie melihat kedua tangannya dan bernafas lega. Semua yang dilihat dan dirasakannya terasa begitu nyata hingga membuatnya hilang akal. Aurelie mencubit dirinya sendiri dan meringis saat tangannya membiru karena ulahnya sendiri. "Syukurlah aku benar-benar ada di sini. Kupikir, inilah yang ilusi."

Mimpi panjang itu terasa begitu menyiksa, dan kini perutnya pun terasa kelaparan di tengah malam.

Wajar saja karena Aurelie memang tidak mendapatkan makanan yang layak.

Aurelie yang tidak tahan akhirnya beranjak dari tempat tidur, menyelinap keluar secara diam-diam demi mencari makanan untuk mengganjal rasa lapar yang terasa menyiksa.

Namun, dapur kecil bagian kastil utara dikunci. Ruang santai juga dikunci begitu pula dengan ruang persedian. Semua tempat makanan terkunci dengan rapat. Tidak ada anting-anting atau benda runcing yang bisa Aurelie gunakan untuk membuka pintu yang terkunci. Kedepannya, Aurelie harus membawa benda runcing kemanapun.

Aurelie hanya bisa menghela nafas sambil bersandar pada salah satu tiang bangunan. Namun secara tiba-tiba ia teringat, tidak jauh dari sini ada pohon apel yang memiliki banyak buah. Aurelie jelas mengingatnya saat ia berjalan menuju kastil utama untuk memberi salam pagi.

Jika mengambil satu apel, tidak akan menjadi masalah bukan?

Asal tidak ketahuan, nama baik Sophia tidak akan tercemar.

Rumor adalah hal mematikan, Aurelie menyadari hal tersebut. Terlebih, ia tidak memiliki satu orangpun yang membelanya di kastil sejauh ini.

Aurelie memang belum bertemu dengan ibu Sophia, mungkin saja wanita itu akan berada di sisi Sophia namun saat ini jelas ia tidak berada di kastil. Mungkin berada di kastil Brunswick di wilayah kekuasaan. Duke sendiri memang lebih banyak menghabiskan waktu di ibukota. Kedua putranya pun demikian karena masih menempuh pendidikan di akademi. Dengan kata lain, ibu, saudari kembar dan adik bungsu Sophia saat ini masih di Duchy. Lalu kenapa Sophia di ibu kota padahal tidak punya kepentingan? Aurelie menggeleng kecil, berpikir bahwa dia akan mendapatkan jawabannya dalam waktu dekat.

Sophia saat ini bahkan belum resmi menjadi seorang bangsawan, karena itulah Aurelie harus lebih berhati-hati.

Larut dalam pikirannya, Aurelie tidak sadar bahwa dirinya sudah sampai di pohon yang diingatnya. Aurelie tersenyum miris karena tinggi badanya tidak mendukung situasi. Bahkan dirinya yang sudah meloncat demi menggapai buah yang menjuntai, tetap tidak bisa menggapainya.

"Sophia tidak mungkin bisa memanjat pohon." Apa saat ini dirinya hanya bisa pasrah? Saat hampir menyerah, Aurelie tiba-tiba teringat bahwa dirinya dulu pernah melakukan olah raga panjat tebing, hal itu dikarenakan sang papa pernah menyukai olahraga tersebut semasa mudanya.

"Ahh, rupanya aku banyak melakukan hal yang tidak begitu penting," gumam Aurelie saat ingatannya tiba-tiba terlintas.

"Pohonnya tidak tinggi, hanya Sophia saja yang masih pendek. Jadi pasti bisa kan? Seperti kemampuan berenang yang tiba-tiba bisa dilakukan." Aurelie mulai mendekati pohon dan memanjatnya dengan perlahan.

Tidak mudah namun masih bisa dilakukannya dengan usaha.

Ingatan-ingatan itu kembali secara acak sesuai dengan aktifitas yang dirinya lakukan. Bahkan saat dirinya tidak melakukan apapun, terkadang ia mendapatkan ingatan. Itu artinya ingatan yang datang memang tidak bisa diprediksi. Namun sudah pasti kembali, mengetahui kepastian tersebut sudah lebih dari cukup bagi Aurelie.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang