TCV 77 | Pancingan Dengan Ikan Besar
Beberapa hari sebelumnya
"Nona," Damian mendatangi kastil tersembunyi Sophia dengan tergesah. Pria itu terlihat berkeringat karena memacu kuda dengan menggila. Di ruangan itu ada dua bersaudara Schmidt, Kaivan dan Grizelle. Sophia dan kedua bersaudara bersurai jingga itu tengah membicarakan keuntungan ekspedisi yang dilakukan Grizelle kali ini dan menyusun ekspedisi lanjutan.
Kaivan menatap Damian, mungkin menantikan pria itu bicara meski ia enggan melakukannya saat melihat kehadiran dua orang yang tidak diduga.
"Sepertinya hal yang harus aku dengar seorang diri," gumam Sophia sambil meletakan peta di tangannya. Memberi isyarat kepada Kaivan dan Grizelle untuk sejenak membiarkan dirinya dan Damian berbincang. Ketika Kaivan dan Grizelle akan keluar dari ruangan, Damian justru menahan.
"Kau yang memimpin ekspedisi kan? Anak yang menjadi imbalan dari rompi, Grizelle Schmidt?" Mendengarnya, Grizelle menepis tangan Damian tidak suka. "Kalau begitu kau pasti si pelayan keturunan iblis dari klan yang telah dimusnahkan, Damian Quinn Typhon?" Damian menatap Grizelle tajam, namun Sophia justru tertawa melihat interaksi mereka berdua.
"Perkenalan yang menarik. Baiklah, sepertinya ini adalah hal yang harus didengar oleh pemimpin ekspedisi kita. Kalian harus duduk agar kita bisa memulai diskusinya." Kaivan dan Grizelle masih melirik tajam Damian, sambil duduk di kursi mereka, menantikan dimulainya diskusi.
Damian berjalan mendekat, masih dengan posisi berdiri, pria itu membetulkan kacamata bulat yang dikenakannya dan menghela nafas berat. "Nona, sepertinya Anda benar-benar akan segera di penjara." Perkataan Damian membuat seisi ruangan terdiam. Damian tampak sangat frustasi, pria itu menatap Sophia lekat-lekat.
"Ini bukan masalah yang bisa Anda hindari. Bukan pula masalah yang akan memiliki cela. Tuduhan pembunuhan, penganiayaan, bagian dari sekte sesat dan kekerasan dalam rumah tangga. Saya sudah mencarinya seharian, tidak akan ada jalan keluar." Damian berjongkok memandang Sophia langsung pada matanya. Damian menyentuh lengan Sophia dengan lembut, entah bagaimana hubungan majikan dan ajudan itu sudah berkembang. Damian tidak bisa membiarkan Sophia menghadapi masalah yang tidak akan bisa dirinya lewati.
"Duke mungkin bisa membantu, namun beliau sedang kembali ke duchy jadi akan sedikit sulit menghubunginya. Lalu, keluarga tunangan Anda, mereka yang sangat mementingkan kehormatan dan nilai-nilai bangsawan tidak akan mentoleransi apapun hal yang dapat mencoreng nama mereka. Jadi rasanya tidak mungkin keluarga Wolfenbuttel yang saat ini menjadi tunangan Anda akan memberikan bantuan, mereka cenderung akan memutuskan pertunangan." Damian menatap raut wajah Sophia. Gadis itu masih diam.
"Buktinya sangat kuat, saya sudah memastikan sendiri dengan mata kepala saya. Tidak ada jalan dan hukuman yang diajukan adalah pemenggalan." Suara Damian terdengar parau.
Kaivan dan Grizelle yang mendengarnya terdiam. Tidak bisa mengatakan apapun–terkejut dengan apa yang disampaikan oleh Damian. Jelas itu bukanlah lelucon jika Damian yang mengatakannya.
"Kejadian ini..." Damian bergumam–terus memperhatikan mimik wajah Sophia dengan seksama. Biasanya ia tidak bisa menebak apa yang sang nona pikirkan, namun saat sang nona terlihat seperti panik, pikirannya jadi mudah dibaca.
"Tidak ada dalam perhitungan dan penglihatan Anda bukan?" Sophia akhirnya balas menatap Damian. Tampak air matanya menetes dari retina sang nona.
"Saat terjebak di dalam perangkap, berusahalah keluar sebelum terlambat," pinta Damian, mencoba untuk membuat Sophia kembali fokus. "Citra dan nama baik Anda sudah mulai kembali memburuk, entah bagaimana semua hal ini terjadi diwaktu yang tidak tepat–seolah ada yang sengaja melakukannya." Damian menyentuh pudak Sophia yang masih terdiam–mengguncang pelan untuk menyadarkan sang nona.
"Sampai waktu yang tidak ditentukan, sampai saya menemukan jalan keluar, ikutlah bersama Grizelle pada ekspedisi mendatang. Saya akan berusaha membereskan semuanya saat Anda pergi dan mempersiapkan segalanya sebelum Anda kembali."
"Nona, saya akan mempersiapkan keberangkatan Anda," Grizelle akhirnya bersuara. Menyadari bagaimana seriusnya masalah ini–membuat Sophia harus dengan cepat mengambil tindakan dan menghindari kemungkinan terburuk yang bisa di alaminya.
Apa yang Damian usulkan adalah hal yang sangat tepat.
"Aku..." Gumam Sophia pelan. "Jelaskan padaku bukti kuat yang kau maksud," pinta Sophia dengan mata berkaca-kaca.
Damian menunduk kecil, dia cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya, namun itulah fakta.
"Sebelumnya Anda mengatakan bahwa Anda mungkin akan dipenjara bukan?" Damian melirik Kaivan. "Pelaku yang memperburuk rumor Anda, adalah Anda sendiri, apa saya salah?" Kaivan yang mendapatkan tatapan tajam dari Damian mengalihkan pandangannya. Grizelle ikut menatap Kaivan dengan sinis.
"Entah apa yang Anda rencanakan, pancingan rumor yang Anda buat di tangkap oleh ikan yang lebih besar dan hal itu menjadi tidak terkendali dan berbalik merugikan Anda. Sepertinya pada awalnya Anda ingin membuat skenario kecil lalu pergi dari kediaman Brunswick selama beberapa waktu. Apapun rencana Anda, ada orang lain yang menunggangi rencana itu dan menguasai situasi." Damian menghela nafas dan kembali melirik Kaivan. "Hal sebesar ini seharusnya tidak Anda tugaskan pada seseorang yang bahkan bisa kehilangan kendali situasi."
"Buktinya, adalah sebuah rekaman dari bola sihir," terang Damian pelan. Damian kembali menatap Sophia lekat-lekat.
"Dalam rekaman itu, Anda berusaha membunuh Nona Lorelie dengan sekuat tenaga," Damian menatap raut wajah Sophia, gadis itu tengah terguncang.
"Anda tidak mengingat kejadian malam itu bukan? Karena itulah Anda meminta ramuan itu?" Tebak Damian. "Keadaan akan semakin buruk mulai sekarang. Anda harus segera pergi," Damian mengambil keputusan. Hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, adalah mengambil keputusan untuk sang nona.
"Jika aku pergi, mungkin tidak akan ada kesempatan untuk kembali," gumam Sophia pelan. Damian menatap Sophia menenangkan. "Jika Anda tidak pergi Anda mungkin akan mati Nona,"
Sophia menghela nafas, bangkit dari posisinya, berjalan menuju jendela dan mengambil nafas dalam-dalam. "Melarikan diri bukanlah jawaban. Mungkin aku akan selamat namun aku akan menghadapi kematian lainnya." Sophia membalik tubuh dan menatap ketiga orang yang menatapnya penuh kekhawatiran.
"Aku mungkin bisa menemukan jawabannya," ujar Sophia dengan suara yang sedikit bergetar.
"Tidak ada jawaban untuk ini Nona! Tidak ada!" Damian meninggikan suaranya.
Sophia menggeleng kecil. "Sejujurnya rekaman yang kau sebutkan adalah hal diluar perkiraanku," lagi, suara Sophia lagi-lagi terdengar begitu bergetar.
"Maka, sebelum semakin terlambat, ambilah keputusan terbaik untuk diri Anda." Kaivan akhirnya bersuara. Menatap Sophia dengan mata merah yang menahan air mata.
***
"Dia benar-benar berusaha membunuhnya?"
"Dia harus dihukum gantung."
"Dasar anak iblis."
"PENGGAL KEPALANYA!"
~
Jangan lupa tinggalkan jejak, agar saya semakin semangat up yah ;)
Vote + Comment + Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...