TCV 92 | Medya dan Pemurni

178 40 3
                                    

TCV 92 | Medya dan Pemurni

"Nanny?"

Sophia mematung selama beberapa saat. Gadis itu akhirnya menghampiri nannynya, menyentuh wajah sang nanny yang tampaknya sangat kesakitan saat kematiannya.

"Nanny?" Dengan tangan gemetar dan mata penuh air mata, gadis itu terus mengguncang tubuh nannynya. Berharap ada pergerakan kecil meski itu semua sia-sia.

Sophia menangis ketakutan. Gadis kecil itu tidak bisa memikirkan apapun, sampai akhirnya ia menyadari bahwa ia belum menemukan keberadaan Lorelie dan kakaknya. Khaled pasti masih berada di perpustakaan pribadinya tidak jauh dari sini namun Lorelie, Sophia tidak bisa menebak keberadaan anak yang suka berkeliaran kemana-mana itu.

"Lorelie?" Sophia langsung berusaha bangkit namun karena genangan darah, tubuhnya jatuh tersungkur. Seluruh gaun tidur putihnya kini bernoda darah, namun Sophia tidak begitu peduli. Saat ini ada hal yang lebih di takutinya, yaitu kondisi Lorelie.

Apakah adiknya baik-baik saja? Apakah Lorelie juga bernasib sama dengan nannynya.

"Relie" Sophia berteriak kian frustasi, terus mencari keberadaan kembarannya itu. Satu-satunya harapan Sophia, ialah Lorelie belum bertemu dengan pelaku yang melakukan hal keji ini kepada nannynya. Sophia akhirnya melihat Lorelie yang terbaring, tergeletak di lorong menuju perpustakaan pribadi Khaled dengan gaun penuh darah. Sophia menghampiri Lorelie dan langsung memeluk tubuh sang adik.

"Lorelie" Sophia berusaha menyadarkan gadis itu, meski sampai saat ini masih tidak ada jawaban apapun dari Lorelie.

"Kakak" Sophia menatap pintu perpustakaan tempat dimana Khaled kemungkinan besar berada.

"Kakak" panggil Sophia dengan putus asa. Namun tidak ada siapapun yang keluar dari pintu itu. Sophia sendiri tahu bahwa ruang perpustakaan Khaled sengaja dibuat kedap suara untuk membuat si sulung Brunswick fokus dalam kelas dan pembelajarannya sebagai pewaris.

Namun Sophia yang putus asa tidak berhenti memanggil Khaled.

"Kakak" Sophia semakin menangis.

"Kak Khaled" lagi Sophia terus memanggil-manggil Khaled.

"Kak Khaled" Sophia tidak terpikirkan apapun.

"Kak Karl" Lorelie masih tidak kunjung bangun dan hal itu membuat Sophia semakin ketakutan.

"Kak Karl aku takut sekali" lirih Sophia dengan putus asa.

"Kak Karl tolong" isakan tangis Sophia tidak dapat gadis itu kendalikan. Dengan mata penuh air mata ia menyentuh pipi Lorelie, ketakutan kalau-kalau kembarannya itu tidak membuka matanya.

SRETTT

Sophia terkejut saat secara tiba-tiba Lorelie mencekiknya.

"Lo-Lore" cekikan itu sangat kuat sampai-sampai Sophia tidak bisa bernafas. Sophia menatap mata Lorelie yang memutih sepenuhnya.

"Aromamu berbeda dengan anak ini" gumam Lorelie dengan suara yang terdengar menyeramkan. "Aku akan mengurus anak lemah sepertimu nanti."

Sophia merasakan tubuhnya yang terangkat, sebelum akhirnya Lorelie melemparkan tubuh Sophia menghantam sebuah rak yang terletak tepat sebelum pintu masuk ke perpustakaan.

Rak itu milik Aefar, berisi berbagai benda yang sengaja ia pamerkan di tempat yang setiap hari Khaled datangi. Ruang belajar Aefar yang berada tidak jauh dari perpustakaan membuatnya dengan bebas bertindak di lorong itu. Barang-barang koleksi Aefar di rak berjatuhan, sebuah bola ingatan juga terjatuh–aktif secara tidak sengaja.

Sophia menatap Lorelie. Gadis itu justru menoleh ke arah perpustakaan.

Sophia langsung menyadari beberapa hal...

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang