TCV 35 | Berlatih Pedang Untuk Kali Pertama

287 34 2
                                    

TCV 35 | Berlatih Pedang Untuk Kali Pertama

"Arena pertempurannya menjadi semakin licin Tuan," Evans yang datang dengan baju zirahnya melapor kepada sang tuan. Badai yang kembali terjadi semalaman membuat arena pertempuran antara dua pasukan menjadi sangat licin dan hal ini akan membuat peperangan menjadi sulit. Para prajurit akan dimusnahkan dengan mudah, karena pasukan suku Grausam lagi-lagi akan menguasai medan.

Harald menyadarinya, cuaca dan medan saat ini sangat merugikan pasukannya.

Pertempuran selama ini berjalan dengan lancar di beberapa wilayah karena strategi yang dirinya buat. Terlebih pasukannya sangat hebat dan terlatih, ia juga melengkapi pasukannya dengan perlengkapan terbaik. Senjata, baju zirah, dan makanan diberikan dengan baik sehingga stamina dan semangat juang pasukan tidak pernah melemah.

Namun wilayah lembab dan curah hujan tinggi yang saat ini mereka pijaki terus merugikan. Pasukan yang bertempur kemarin mengalami kekalahan telak. Meski pertempuran berlangsung singkat karena terhenti saat badai menggila dan suku Grausam memutuskan untuk mundur. Harald tetap saja kehilangan banyak prajuritnya.

Ia tidak bisa kalah dalam pertempuran kali ini.

"Lepaskan baju zirahnya," ujar Harald memberikan perintah. "Mulai sekarang, kita akan fokus pada pertempuran jarak jauh. Pasukan yang turun ke medan perang harus melepaskan sepatu besi dan baju zira mereka. Bawa senjata tertajam dan teringan yang kita miliki." Perintah dari Harald langsung Evans sampaikan. Strategi kali ini sudah dipastikan akan memutar keadaan.

Setidaknya itulah yang diharapkan...

Namun suku Grausam juga bisa beradaptasi. Di tengah pertempuran yang sudah menguntukan pasukan Brunswick, pasukan bantuan dari suku Grausam datang dan mengacaukan pertahanan dengan senjata baru mereka...

Yaitu senapan...

Di tengah-tengah pertempuran, banyak senapan yang mengarah pada sang pemimpin, Duke Brunswick. Mungkin sekitar empat sampai lima suara tembakan terdengar dan sang pemimpin tidak bisa menghindar.

DOR

DOR

Semua suara tembakan tercampur sampai ia tidak lagi bisa mengetahui dari arah mana tembakan-tembakan itu datang.

Srettt

Evans yang tiba-tiba berada di hadapannya menjadi tameng hidup sang tuan. Harald terdiam sesaat dan menatap punggung komandan yang sangat dihormatinya itu. Di setiap pertempuran yang dirinya lakukan, Evans selalu berada disisinya.

Ia mungkin akan kehilangan pria itu dalam pertempuran kali ini.

Evans akhirnya terjatuh. Pasukan penembak akhirnya terlacak oleh pasukan jarak jauh Brunswick. Pasukan tersebut dihancurkan dengan lemparan batu, yang dibakar dan langsung merusak pondasi pasukan lawan.

"Yang Mulia," panggil Evans dimana Harald kini tampak menggenggam tangan komandannya itu. "Suatu kehormatan bertempur denganmu, Evans Ritter," ujar sang duke dengan wajah menunduk.

"Yang Mulia," panggil Evans lagi. Beberapa pasukan yang melihat menatap Evans dengan bergegas mendekat.

"Komandan..."

"Komandan tolong berjuanglah, jangan menyerah dengan mudah."

"Pasukan medis, panggil pasukan medis!" Kekacauan datang, dapat Evans lihat raut sedih dan kalut pasukannya.

"Bertahanlah sebentar, meski kau kesakitan," Harald mengangguk kecil, solah memberi dukungan moral pada Evans.

Evans mendesah kecil dan menyibak pakaiannya, menyentuh jantungnya yang masih berdetak cepat dimana terdapat logam yang tertahan di sana. "Bagaimana bisa kau masih-" Harald terkejut lantaran Evans terlihat baik-baik saja. Harald menatap rompi aneh yang sempat diberikan oleh putrinya. Terpakai di dalam pakaiannya yang sudah robek terkena sayatan pedang. 'Dia masih memakainya?'Pria itu menyentuh bekas tembakan yang ada di tubuh Evans, setidaknya ada beberapa peluru tertancap di bahu, jantung, dan dua di perutnya. Satu peluru lagi tampaknya menggores lengan kananya yang kini bersimba darah.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang