TCV 55 | Aktivitas Malam Sophia

317 32 1
                                    

TCV 55 | Aktivitas Malam Sophia

"Ini," setelah beberapa hari berlalu sejak pesta kerajaan, akhirnya Aefar memberikan sebuah benda yang sebelumnya pria itu janjikan.

Sophia diam mematung, menatap belati yang begitu indah yang tengah Aefar ulurkan kepadanya. Belati dengan lambang Brunswick pada bagian tengah sarung belatinya. Terdapat permata berwarna merah dan ukiran emas pada belati itu. Sangat cantik dan indah.

Sophia tersenyum dan menerima belati yang Aefar berikan dengan senang hati. "Kau sebegitu sukanya pada benda-benda tajam yang cantik begini? Sampai-sampai kau sering mengajak bertaruh? Ingat kata-kataku, kau tidak boleh mengajak bangsawan pria lain bertaruh semacam ini!" Aefar berdehem kecil saat melihat rona merah di pipi Sophia, saat memperhatikan belatinya.

Aefar menghabiskan banyak uang saat membuat belati itu. Salah satu koleksi terbaiknya. Meski sempat merasa berat hati, semua itu seolah menguap begitu Aefar melihat senyuman Sophia.

Ia memang sempat memamerkannya kepada semua kesatria dan saat itu Sophia hanya melirik sekilas. Aefar meyakini bahwa Sophia menginginkannya sejak saat itu. Ia tahu bahwa uang saku Sophia sangat terbatas, Aefar berpikir karena alasan itu jugalah, Sophia mencuri pedang mahal Alexi yang dihadiahkan oleh sang duke.

Jika berbincang dengan sang ayah, Aefar ingin mendiskusikan mengenai uang saku Sophia yang terlalu terbatas. Aefar takut Sophia mengajak sembarangan orang bertaruh saat ia menginginkan sesuatu. Jika dengannya hal itu bukanlah masalah, namun bagaimana jika bangsawan pria memanfaatkan kesempatan semacam itu? Aefar sudah sangat kesal selama pesta kemarin, karena begitu banyak bangsawan yang mengantri ingin berdansa dengan Sophia setelah dirinya berdansa dengan adiknya itu. Untung saja Sophia menolak semuanya dengan alasan bahwa ia tidak dalam kondisi yang sehat.

"Nona, kiriman persediaan baru saja tiba, namun ada yang harus Anda periksa." Tia si pelayan dengan minim mimik wajah itu menghampiri Sophia, sambil memberikan berkas terkait kiriman persediaan.

"Aku pergi, terima kasih untuk belatinya." Sophia berlalu pergi, samar-samar Aefar mendengar Sophia yang bersenandung, tampaknya merasa senang karena menang taruhan. Aefar menarik sudut bibirnya, saat melihat punggung Sophia yang beranjak menjauh dari pandangan.

Di sisi lain, Alexi memperhatikan dari kejauhan...

"Nona bertaruh dengan Aefar lagi?" Gumam remaja lelaki itu sambil meremas pedangnya. "Kenapa pula aku tidak suka begini. Padahal itu kakak nona," keluh Alexi sambil menggeleng kecil. Sejak Sophia menguasai pedang dengan sangat mahir, kesempatan Alexi untuk mengawalnya semakin menipis. Bahkan saat Alexi menawarkan diri, Sophia selalu menolaknya, kecuali atas perintah sang komandan, Sophia tidak menerima kesatria manapun menemani perjalanannya.

Sayangnya akhir-akhir ini ayah Alexi sangat tidak peka.

Alexi merasakannya, kedekatan yang semula terjalin sejak tujuh tahun lalu perlahan mulai merenggang. Setelah, Alexi tidak menuruti keinginan Sophia.

"Nona..." Alexi masih memandang punggung Sophia, ia takut kalau-kalau Sophia menghilang lagi tanpa jejak seperti sebelumnya. "Tia dan Elowen tampak tenang saat Sophia menghilang, Raimund yang diinterogasi juga terlihat terkejut meski Alexi bisa tahu bahwa semua itu hanya kepura-puraan. Semuanya mengetahui bahwa Sophia pergi, hanya dirinya yang tidak tahu, hanya dirinya yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mengetahui dan lebih dekat dengan sang nona.

Sejak saat itu, saat Alexi berbohong pada Sophia.

Sementara itu, Sophia memperhatikan bunga-bunga yang mulai bermekaran di sepanjang jalan.

"Malam ini?" Tanya Sophia pada Tia. Keduanya berjalan menuju kastil utara dengan menyusuri taman. "Benar Nona, saya sudah menyiapkan rute yang akan Anda tempuh. Anda harus kembali sebelum fajar." Sophia mempercayai Tia untuk beberapa hal, seperti aktivitas malamnya.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang