TCV 81 | Bayi Harimau Putih
Hamparan bunga nemophila begitu memanjakan mata. Bunga yang mendapatkan julukan baby blue eyes itu terlihat begitu indah. Dulu Sophia pernah melihatnya, saat ia berkunjung ke Jepang untuk mengikuti salah satu olimpiade di negeri sakura itu.
Jauh sebelum itu, Sophia pernah melihatnya dalam sebuah potret yang ditunjukan oleh sang bibi di kehidupan sebelumnya.
Hitachi Seaside Park adalah salah satu tempat terindah yang pernah Aurelie kunjungi. Ingatan mengenai keindahan bunga ini cukup melekat di kepalanya.
Bunga nemophila tumbuh pada musim semi. Aurelie datang di saat bunga itu bermekaran, sejauh apapun mata memandang, warna biru muda akan menghiasi indra penglihatan.
"Kenapa ini ada disini?" Sophia terpaku melihat hamparan biru indah itu dengan mata mengerjap. Sudah empat hari ia berada di hutan ini–terus bersembunyi dari para monster dan mencari tempat yang tidak kunjung ditemukan.
Sophia membuang nafas beratnya. Kini Sophia juga melihat keindahan yang pernah membuat Aurelie terpikat. Sesaat, ia ingin beristirahat.
Sophia kemudian mengikat kudanya di pohon dan mulai duduk dengan nyaman di tengah hamparan bunga itu. Gadis itu berbaring dan menatap rembulan yang memancarkan sinarnya dengan begitu terangnya di tengah malam.
"Arti bunganya adalah kesejahteraan," gumam Sophia–memetik satu bunga dan memperhatikan kelopak bunga itu dengan teliti. Di tengah situasi yang tidak pasti ini, Sophia merasakan ketenangan saat berbaring di padang bunga di tengah rembulan.
"Karena kelelahan dan kelaparan, aku jadi memikirkan hal tidak penting." Sophia melemparkan tangkai bunga di tangannya sembarangan.
Padahal ia tidak boleh menurunkan kewaspadaannya.
Sesuatu hinggap di kening Sophia tanpa permisi, lagi-lagi kupu kupu datang mengganggunya. Namun, ia benar-benar ingin beristirahat, tidak lagi memiliki tenaga sekedar mengusir kupu-kupu itu.
"Kau tidak beracun kan?" Sophia mengulurkan tangannya, kupu-kupu lain yang berterbangan di sekitarnya hinggap di sana. Sophia tidak pernah benar-benar memperhatikan makhluk itu sebelumnya, ia selalu mengusir mereka karena takut mereka berbahaya.
Namun jika diperhatikan, makhluk itu benar-benar luar biasa. Terlihat cantik, dengan corak unik yang tidak pernah dilihatnya. Kelopak sayapnya berwarna biru terang dan indah, pola yang ada di sana berwarna perak berkilau dan entah mengapa kelopak sayapnya seolah menyala di kegelapan malam. Sangat indah, terlalu indah bahkan hingga Sophia tidak bisa menyamai keindahannya dengan kupu-kupu yang pernah dilihatnya sepanjang hidupnya.
Sophia memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya di hinggapi kupu-kupu. Sophia mungkin tidak menyadari tampilannya saat ini, bagai dewi yang tengah menunjukan keindahannya melalui makhluk hidup yang memujanya.
Entah mengapa, ia merasa begitu mengantuk. Setelah berbaring di atas hamparan bunga, mata yang terasa berat akhirnya terpejam dengan begitu mudahnya. Suara angin halus yang terdengar membuatnya semakin ingin terlelap, terasa nyaman dan aman, seolah Sophia boleh merasa tentram meski sesaat.
KRUKKK
Sophia diam sejenak, tubuhnya menegang dan ia membuka mata dengan waspada. Sophia segera mengeluarkan belati dipinggang, membuat kupu-kupu yang sempat hinggap berhamburan terbang dengan bebas. Belati milik Aefar itu ia genggam dengan kuat–meningkatkan kewaspadaan tanpa banyak bergerak. Padang bunga ini akan dengan mudah menunjukan posisinya.
BRUKKK
Sophia menoleh ke sisi kanannya. Saat angin berhembus, dengan cepat Sophia bangkit meski tetap dalam posisi berjongkok. Hembusan angin menyamarkan pergerakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...