TCV 91 | Kisah Monster Kecil Dimulai
"Anda yakin?" Evans lagi-lagi menanyakan kondisi Sophia. Pria itu mengantar Sophia memasuki kediaman Brunswick.
"Kau serius dengan sumpahmu bukan?" Tanya Sophia di depan kediaman utama. "Saat kau kembali dari perang, kau serius dengan sumpahmu bukan?" Sophia kembali bertanya. Evans langsung membungkuk, "sumpah seorang kesatria adalah hal mutlak, saya tidak akan melanggar sumpah saya," Sophia menyentuh tangan Evans, membuat laki-laki yang kerap kali memperlakukan Sophia seperti putrinya sendiri itu menatap dirinya. Sepertinya di tempat ini pula lah dulu Evans melakukan sumpah setianya kepada Sophia.
"Semua yang kau ketahui, semua yang terjadi sejauh ini, kubur semua itu dalam ingatan. Bahkan duke Brunswick sekalipun tidak akan tahu bagaimana caraku mendapatkan artefak itu. Setelah bermain-main dan mengunjungi berbagai pasar gelap, aku kembali dengan membawa sebuah artefak langka yang aku bayar menggunakan uang yang dicuri dari Aefar. Fakta itulah yang akan menggantikan semua ingatan Anda. Laporkan seperti yang saya katakan." Evans menatap Sophia, jelas pria itu tidak membantah.
"Sesuai kehendak Anda, Lady Brunswick," ujar Evans, ia kembali menunduk. Sophia akan beranjak pergi memasuki kastil, namun Evans menghentikan langkahnya.
"Anda berjanji akan menceritakan semuanya, terima kasih karena Anda mempercayai saya. Tapi, nona izinkan saya menanyakan satu hal lagi," Sophia kembali menatap Evans, mengangguk memberi izin.
"Mengapa Anda mati-matian berusaha menyembunyikannya? Kondisi Anda, kerja keras Anda dan cara Anda mendapatkan artefak itu dengan tangan Anda sendiri. Semua itu bukanlah aib, saya tidak bisa mengerti mengapa Anda berusaha keras menyembunyikan semuanya?" Sophia memasang wajah tanpa ekspresi.
"Kau tidak mengerti? Atau berpura-pura tidak mengerti?" Sophia menyentuh kepalanya sendiri, setelah makan dan beristirahat selama beberapa waktu, Sophia langsung kembali ke kediaman Brunswick, kondisinya saat ini bisa dibilang masih sangat buruk. Meski setidaknya Sophia tidak lagi sekarat.
Sophia mendekat beberapa langkah. "Kau hanya ingin mendengarnya dari mulutku sendiri bukan?" Sophia tertawa kecil.
"Karena aku adalah anak buangan," ujar Sophia pelan, Evans yang mendengarnya mengerjapkan matanya. Mungkin bukan jawaban itu yang pria itu harapkan keluar dari bibir sang nona.
"Tidak ada yang menginginkanku..."
"Tidak ada yang mengharapkan keberadaanku..."
"Aku hanyalah kesalahan besar bagi keluargaku. Mereka menyadari seberapa cepat otakku bekerja. Sanjungan mungkin diberikan untuk sesaat..."
"Tapi, menurutmu, apa yang akan terjadi jika mereka melihat sendiri seberapa cepat otakku berpikir? Jika mereka menyadari bahwa aku benar-benar mendapatkan artefak itu dengan mempertimbangkan segala hal dan mengandalkan kemampuan juga pengetahuanku? Hanya dengan bermodalkan peta yang didapatkan pelayanku di pasar gelap."
"Apa mereka akan bersyukur dan bangga?"
"Tidak akan..."
"Aku justru akan semakin terlihat menakutkan di mata mereka..."
"Dilihat sebagai ancaman paling mematikan..."
"Kematianku, mungkin akan menjadi satu-satunya yang mereka harapkan."
"Meski begitu, aku tetap ingin hidup. Aku benar-benar ingin hidup untuk diriku sendiri..."
"Aku selalu dipanggil dengan sebutan anak monster. Ibuku sangat membenciku, kedua kakakku merasa terusik dengan keberadaanku dan ayahku, dia tidak pernah memanggil namaku. 'Anak itu' itulah namaku di kediaman Brunswick." Sophia memiringkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Ficção HistóricaKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...