TCV 19 | Apa Kau Mau Menyembahku?
Satu bulan berlalu...
'Terlalu biasa...'
Gadis yang tengah mengetuk-ngetuk mejanya sambil menghela nafas itu tampak bosan dengan apa yang disampaikan oleh guru geografinya.
Bukan karena tidak dapat mengikuti kelas dengan baik, namun karena Sophia sudah bisa menguasai semua pembelajaran dalam waktu singkat. Selain itu, semua guru yang dikirim padanya hanya lah orang berkemampuan standar dengan status tinggi.
'Tidak ada lagi yang bisa aku pelajari lagi.'
'Aku tidak percaya jantungku berdebar untuk hal rendahan seperti ini?'
'Menjengkelkan...'
Gadis itu pada akhirnya memberi salam saat kelas berakhir.
Guru-guru yang dikirimkan untuk mengajari Sophia kini menghadap duke secara bergilir satu persatu. Hal ini dikarenakan tradisi keluarga Brunswick dimana kepala keluarga harus memperhatikan adaptasi pembelajaran keturunan Brunswick pada bulan pertama mereka.
"Bukan maksud saya meragukan, namun saya tidak pernah berpikir bahwa nona Sophia sehebat ini. Ini cukup memalukan Tuan, namun tidak ada lagi yang bisa saya ajarkan. Semua pembelajaran sejarah telah nona kuasai. Seolah nona terbiasa, ia mampu memahami semua pemaparan sejarah yang saya jelaskan dalam waktu sekejap mata." Ujar guru sejarah yang merupakan seorang pria kurus di usia empat puluhan. Pria itu, terlihat bangga karena pernah mengajari anak seperti Sophia.
"Nona Sophia, harus masuk akademi Tuan," ujar guru geografi Sophia yang merupakan wanita muda dari salah satu keluarga bangsawan ternama di tanah kekuasaan Brunswick.
"Saya hanya ingin memastikan, apa bulan ini benar-benar bulan pertama nona mempelajari mengenai manajemen?" Guru lain justru memiliki keraguan terhadap Sophia.
"Sejujurnya ini hal yang mustahil, bagaimana mungkin anak yang bahkan belum berusia tujuh tahun mampu menguasai seni politik dengan begitu mudah? Terlebih pembelajaran yang seharusnya dijalankan selama satu tahun dapat diserap dengan mudah hanya dalam kurun waktu satu bulan. Tuan, nona ini- maksud saya nona Sophia bukanlah anak biasa," kini sang guru politik tampak menggebu-gebu menyampaikan pendapatnya.
Duke yang tengah duduk di kursinya akhirnya bisa memejamkan matanya yang terasa lelah untuk sesaat. Setelah menemui banyak guru yang memberikan pembelajaran pada Sophia, kini rasa lelahnya justru semakin menumpuk.
'Sebelumnya aku yakin dia tidak seperti ini. Dia memang terlihat pintar dan suka membaca buku, namun karena tidak memiliki sikap lugas, hasrat dan ambisi yang semestinya. Ia hanya menelan bulat-bulat isi buku tanpa memahami lebih mendalam. Dengan kata lain, anak itu tidak memiliki ketertarikan pada potensi diri dan dunia.'
'Apa selama ini dia berpura-pura?'
'Ada apa dengan anak itu.'
"Yang Mulia," Damian yang masuk ke dalam ruangan tampak tergesah dengan selembar surat yang ada di tangannya.
"Baron Gerald Herrman, telah dipenggal dan diarak di perbatasan. Jasadnya saat ini masih digantung di tembok perbatasan. Suku Grausam, jelas sudah tidak bisa dibendung lagi, Anda harus mengambil tindakan sekarang." Damian menyerahkan lembar surat dari informan mereka.
Harald, duke dari wilayah Brunswick itu tampak menatap surat tanpa banyak bicara. Selama beberapa saat keduanya hanya diam, tenggelam dalam keheningan tanpa akhir.
"Kita akan berangkat dalam satu bulan. Persiapan harus dilakukan dengan baik, pengawasan juga harus terus dilakukan, karena sepertinya situasi ini akan memakan waktu lama. Damian, aku tidak menginginkan satupun kesalahan yang dapat merugikan." Damian langsung membungkuk hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...