TCV 24 | Perjalanan Keluar Dari Kastil Brunswick

300 34 0
                                    

TCV 24 | Perjalanan Keluar Dari Kastil Brunswick

"Anda tidak akan merindukan saya kan?" Evans yang saat ini berjalan di taman dengan Sophia menoleh dan tersenyum kepada gadis itu dengan lembut. "Sayang sekali, Anda tidak bisa makan apel sementara waktu. Namun saat saya kembali, saya akan membawakan apel dan ah bagaimana jika Anda juga mengunjungi kediaman saya dan melihat bayi kecil yang akan menjadi adik Alexi? Nona saya pastikan Anda akan menyukai bayi saya." Evans masih tersenyum sambil menyesuaikan langkah kecil Sophia di sisinya.

"Kau pasti sangat ingin melihat bayimu yang belum terlahir," Sophia masih fokus menatap jalanan. "Tentu saja, karena saya tahu bahwa dia akan terlahir secantik Anda. Saya punya firasat kuat soal itu," Sophia menoleh. "Anda benar, dia seorang perempuan," ujar gadis itu yang membuat Evans tersenyum lantaran mengira Sophia mempercayai ucapannya.

Tragedi dalam kehidupan orang lain sama sekali tidak membuat dirinya bersimpati. Hanya saja, terkadang Sophia ingin mencobanya, bermain dengan tragedi orang lain dan mengubahnya seolah dirinya adalah Tuhan, juga mengambil keuntungan dari semua situasi yang ada.

Mana yang akan membuat anjing lebih memujanya? Membuatnya sebatang kara atau memberikan semua yang diinginkannya?

Sophia melirik Evans, pria itu terus tersenyum dengan cerah dan menceritakan banyak hal pada Sophia. Bahkan di kehidupan Sophia sebelumnya pun, Sophia yang asli sangat menyayanginya.

Namun dalam kisah tanpa kejayaan protagonis, orang seperti Evans akan berakhir menyedihkan dalam kematian, menjadi tumbal cerita. Berperan sebagai bagian dari masa kelam karakter yang menjadi tangan kanan sang pemeran utama laki-laki. Evans hanyalah karakter sampingan yang diciptakan untuk membuat pembaca memaklumi tingkah brutal Alexi saat dimedan perang. Evans hanyalah karakter yang tercipta untuk binasa.

'Karakter yang sebelumnya hanya kubaca, terasa begitu nyata.'

'Alexi akan mudah di kekang, loyalitasnya mungkin akan aku dapatkan setelah kematian pria ini. Itu artinya aku harus segera memutuskan hubungan dengan Brunswick begitu insiden besar itu datang. Namun, saat mulai menjalankan rencana, dia akan menyadari bahwa aku sudah memprediksi kematian ayahnya.'

'Jika keraguan muncul di hatinya, Alexi mungkin akan berbalik mengigitku.'

'Lalu skenario dimana membuat Alexi sebatang kara demi mendapatkan loyalitasnya akan menjadi rencana cacat. Kalau begitu apakah cara dimana memberikan yang diinginkannya akan lebih tepat? Cara yang sama dengan yang kulakukan pada Damian, namun orang itu tidak merespon cara ini. Cara baik-baik tidak cocok denganku, aku lebih suka menekan dan memaksa mereka, namun jelas semua itu tidak aman. Aku bukan rubah dengan sembilan nyawa yang bisa bertindak gegabah.'

Bersikap seolah menghargai, mengerti, menjadi teman, memberikan segalanya untuk mendapatkan loyalitas. Cara yang biasa digunakan oleh para penguasa pada bawahannya untuk membutakan pikiran dan pilihan mereka.

'Cara yang tepat, meski membutuhkan waktu panjang.'

'Lagipula, yang kuinginkan adalah kesetiaan mutlak.'

"Baiklah, akan aku kabulkan," Sophia berujar pelan dan berjalan lebih cepat. "Kita sudahi jalan-jalan sorenya, saya akan sibuk mulai hari ini," ujar Sophia sambil mempercepat langkahnya. Evans hanya menatap punggung kecil Sophia yang terus menjauh dari pandangannya.

'Satu minggu.'

'Hanya itu waktu yang kupunya.'

Sophia yang sudah kembali ke kediamannya langsung memerintahkan pelayan kastil utara untuk menyiapkan pakaian keluarnya, karena ia ingin pergi berbelanja. Sebagian besar pelayan merasa gembira karena memang sejak lama mereka ingin sang nyonya bermain keluar kastil dan menikmati waktu di luar dengan berbelanja dan melihat-lihat hal menarik lainnya.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang