TCV 99 | Perpisahan Sebelum Pengasingan

215 27 3
                                    

TCV 99 | Perpisahan Sebelum Pengasingan

Sophia yang sudah di jemput oleh para kesatria kehakiman kini tengah berpisah dengan beberapa pelayan di kastilnya. Mereka semua menangis dan merengek ingin mengikuti Sophia, sayangnya Sophia hanya bisa membawa dua pelayan untuk pergi ke daerah perbatasan utara. Dua pelayan yang Sophia bawa adalah Elowen dan Tia. Kombinasi yang memang Sophia butuhkan.

"Lima tahun bukanlah waktu yang panjang," Sophia seolah menenangkan. Para pelayan itu semakin menangis. "Bagaimana bisa kami melepas putri kecil kami begitu saja? Siapa yang akan mencuci pakaian Nona? Siapa yang akan mengukur tubuh Nona yang akhir-akhir ini semakin tinggi? Siapa pula yang akan menyiapkan makanan Nona yang memiliki selera unik? Lalu air mandi? Apa disana akan ada air hangat? Kulit Nona bisa tetap lembut dan indah meski berlatih pedang karena kami merawatnya mati-matian. Tidak ada satu goresan pun pada tubuh Nona karena kami sangat menyayangi Nona dan merawat Nona dengan segenap hati. Jika Nona pergi bagaimana kami bisa tenang?" Perkataan salah satu pelayan membuat tangisan pelayan lain semakin pecah.

"Kalian anggap apa aku? Tentu saja aku akan merawat Nona dengan sepenuh hati." Elowen menunjuk dirinya sendiri dengan bangga. Tentu dia sudah menyombong sepanjang hari karena dirinya akan ikut dengan Sophia.

Kini Sophia melirik para kesatria yang menatapnya dengan menahan air mata. "Apa ini, kalian akan kehilangan rekan kalian dan kalian terlihat biasa saja?" Sophia memasang wajah cemberut. "Padahal aku ingin mengadakan pesta karena kalian sudah lulus ujian kesatria dengan hasil yang luar biasa. Maaf karena tidak bisa mengadakan pesta dengan semestinya," ucapan Sophia membuat para kesatria yang tumbuh besar dengannya itu akhirnya memalingkan wajah–menangis tanpa suara.

"Nona Anda harus menjaga diri," ujar salah seorang kesatria yang Sophia ingat selalu mengambilkan air minum untuknya semasa mereka latihan bersama, namanya Zoe. "Anda harus cepat kembali," pinta kesatria lainnya yang selalu mengasah pedang Sophia dengan sangat hati-hati. "Jika ada yang mengganggu, kirimkan kami surat. Kami akan langsung melesat menuju utara dan menghabisi semua orang yang mengganggu Anda." Sophia hanya bisa tertawa mendengar suara lirih dari remaja-remaja dengan postur tubuh gagah namun sangat cengeng itu. "Aku akan mengingat semua pesan kalian."

"Kau akan kehilangan rekan berlatih," Sophia memiringkan kepalanya di depan Alexi. Alexi hanya diam sambil memandangi Sophia. Akhir-akhir ini anak itu memang tidak banyak bicara. Setelah kejadian dimana dirinya memergoki perbuatan Sophia–rasanya Alexi sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sophia tidak akan memaksa Alexi untuk mengerti dirinya. Pada dasarnya Alexi adalah sosok yang dibesarkan sebagai anak yang berbudi luhur dan membela kebenaran. Perbuatan sepihak Sophia adalah bentuk dosa dan penyimpangan, wajar jika anak itu terguncang. Rasa kepercayaan inilah yang membuat Alexi kecewa pada sosok asli Sophia, bahkan di kehidupan keduanya kepolosan Alexi lah yang menghantarkan dirinya pada kematian dan menyeret Sophia pada penyiksaan panjang. Sosok yang seperti itu, hanya akan menghambat langkahnya.

Sudah Sophia katakan bahwa harga dari membawa Alexi pada sisinya sangatlah mahal, karena Sophia harus memaafkan anak itu.

Sophia tidak akan melakukan apapun, selama Alexi tidak melakukan tindakan yang dapat merugikannya. Jika itu terjadi...

Sophia sendirilah yang akan memenggal kepalanya. Sebelum itu, Sophia masih akan memanfaatkan Alexi dengan cara yang sesuai dengan anak itu.

Kini Sophia berdiri di hadapan Raimund. Bocah lelaki itu langsung masuk ke dalam pelukan Sophia. Memeluk Sophia dengan erat–menghirup dalam-dalam aroma kakaknya yang akan sangat dirinya rindukan.

Hanya Raimund yang berani melakukan tindakan itu kepada Sophia. Memeluk dan menunjukan seberapa dia menyayangi kakaknya.

Sophia mendekat dan membisikan sesuatu pada Raimund.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang