TCV 63 | Pria Asing di Tengah Kekacauan

192 23 6
                                    

TCV 63 | Pria Asing di Tengah Kekacauan

"Aku pikir ini bagian dari rencanamu, ternyata bukan hem" tiba-tiba Sophia mendengar suara asing yang tidak pernah didengarnya. Gadis yang masih kehilangan kewarasannya itu bahkan tidak bisa menoleh, untuk sekedar mengintip siapa yang berbicara.

"Siapa sih sialan, padahal aku sudah hampir sampai, ada saja gangguan!" Ervin menoleh, namun sedetik kemudian lehernya sudah ditebas oleh sebuah pedang yang melayang. Semua darah muncrat dan membasahi kepala juga wajah Sophia. Mata Sophia yang terkena darah, memaksanya terpejam, tubuhnya seketika basah dan terasa lengket. Pasrah dengan keadaan, mungkin orang asing ini juga akan segera melakukan hal yang sama kepada lehernya.

"Si-al-an" tubuh Ervin kehilangan tenaganya dan akan terjatuh, namun Sophia merasakan tangan lain yang menangkap tubuhnya, sebelum ia benar-benar terjatuh ke tanah. Sophia merasakan nafasnya yang tertahan, gadis itu kesulitan bernafas. Sophia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, sakit sekali hingga gadis itu tanpa sadar mengeluarkan suara rintihan.

Tubuhnya diturunkan meski tetap dalam pangkuan. Sophia merasakan tangan nya di tahan saat ia ingin kembali memukul dadanya. "Hey tenang" suara berat itu kembali terdengar. Sophia masih tidak bisa membuka matanya, terlalu perih jika dirinya memaksakan diri untuk mencoba membuka matanya. Sophia masih merasakan darah mengalir di wajahnya.

Setelah keheningan sempat datang, ia kini merasakan tangan pria itu menghapus bercak aliran darah, di mata dan wajah Sophia dengan kain. Pria itu membisikan sesuatu di telinga Sophia dengan suara berat dan nafas yang panas.

"Aku tidak tahu dosa apa yang dilakukan pria ini kepadamu, sampai-sampai kau sangat ingin membunuhnya dengan tanganmu sendiri. Tapi Nona, saat kau ingin balas dendam, hilangkan perasaanmu! Balas dendam hanya bisa berhasil jika kau tak berperasaan." Perkataan itu terasa seolah pria itu mampu membaca pikirannya. Sophia menunduk kecil, ia sudah bisa membuka matanya namun tidak dirinya lakukan.

Bagaimana jika pria ini membunuhnya karena Sophia terlanjur melihat sosoknya?

"Kalimat yang indah" jawab Sophia dengan suara serak. Pria itu tertawa kecil, "Kalau begitu, tidurlah sebentar Nona Sophia" Sophia menarik sudut bibirnya.

'Rupanya, ada yang mengawasi pergerakanku lagi...'

Sophia merasakan lehernya yang disentuh, membuat dirinya kehilangan kesadaran dengan mudah, entah bagaimana caranya.

Pria yang memakai jubah biru gelap itu tersenyum saat melihat Sophia yang terkulai lemas. Pria itu mengangkat tubuh Sophia dengan begitu mudahnya. Samar-samar Sophia mencium aroma yang tidak asing, Sophia merasakan aroma patchouli, wood dan tonka bean yang manis sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.

Aroma asing yang terasa akrab...

Seolah pernah secara tidak sengaja tercium olehnya baru-baru ini.

"Padahal aku hanya ingin melihat saja, tapi apa boleh buat. Entah mengapa aku sangat benci jika ada yang mengusikmu" pria itu berjalan menuju tempat dimana dirinya menyembunyikan kudanya.

"Sejak kapan yah? Aku jadi begini?"

***

"Akhhh" Sophia membuka matanya. Terkejut dengan pemandangan yang dirinya lihat, saat ini ia berada di kastil yang dibelinya beberapa waktu lalu dengan menggunakan nama dari adik Kaivan. Sophia menyentuh kepalanya, terasa pening dan berat. Sedikit gusar begitu melihat bercak darah pada seprai kasur yang ditidurinya. Pakaian penuh darah yang ia kenakan mengeluarkan aroma amis yang kering, membuat Sophia semakin mual.

Gadis itu langsung berjalan menuju kamar mandi, melepaskan semua pakaiannya, dkemudian masuk ke dalam bak mandi yang sudah tersedia, lengkap dengan wewangian dan pakaian baru di nakas.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang