TCV 64 | Rencana Cacat
Suasana ruangan itu begitu sunyi, hanya denting jam yang terdengar mengisi kekosongan. Alexi duduk diam sambil menikmati tehnya–demikian dengan Sophia. "Apa ada hal penting sehingga kau datang sepagi ini?" Tanya Sophia sambi meraih cangkir teh nya.
Alexi terus memperhatikan Sophia seolah dia tengah mencari tahu banyak hal melalui tatapannya. Alexi tidak mungkin mengetahui mengenai kegiatannya malam ini, Sophia jelas mengetahui bahwa pria itu harus membantu Aefar mengolah berkas dana gelap kediaman Bachmeier untuk persidangan berikutnya, lantaran ia sudah terlanjur melibatkan diri dalam urusan tersebut.
"Ada yang ingin saya tanyakan pada Anda Nona," Alexi menunjukan pembukuan dana gelap milik keluarga Bachmeier di hadapan Sophia. "Bisnis ilegal keluarga Bachmeier memang melesat pesat, namun perdagangan manusia yang mereka lakukan sempat terhenti selama tiga bulan sebelum kembali beroperasi. Belum lama ini mereka menggunakan dana mereka pada beberapa pejabat dan masyarakat dalam upaya menarik simpati publik dan mendapatkan posisi di pemerintahan, jelas banyak uang yang mereka keluarkan untuk hal tersebut. Menurut Anda, apa memungkinkan bagi mereka memiliki kapal mewah?" Sophia sama sekali tidak melirik pembukuan yang Alexi letakan di hadapannya. Sophia menunjukan ketidak tertarikannya dengan jelas.
"Perdagangan manusia adalah hal yang sulit diukur Alexi. Pergerakan mereka baru terbaca setelah insiden itu, namun bukankah kondisi keuangan keluarga Bachmeier sudah membaik sejak tiga tahun terakhir? Cara mereka mengumpulkan dana gelap sangatlah cerdik, salah satu buktinya adalah kalian yang tidak bisa melacak dari mana dana untuk kapal mewah itu. Jika kalian saja tidak bisa menemukannya, bagaimana aku bisa? Terlebih aku bahkan tidak terlibat dalam penyelidikan yang kau dan kesatria lain lakukan." Intonasi tenang dan mata tajam, kombinasi situasi dimana Sophia menunjukan batasan bagi Alexi.
Sophia bangkit dari posisinya dan melirik Alexi. "Kau sudah selesai dengan pertanyaanmu kan?" Sophia langsung membalik badan, hendak kembali ke kamarnya. Namun tiba-tiba kakinya terasa keram dan ia hampir terjatuh kalau saja Alexi tidak menangkapnya.
"Ahhh terima kasih," sambil membetulkan posisi berdiri.
"Anda tidak tidur dengan nyenyak Nona?" Tanya Alexi membuat Sophia hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. "Ibu saya pernah membicarakan sebuah teh yang dapat membantu tidur nyenyak, akan segera saya bawakan ke kediaman Anda" Sophia tersenyum dan mengangguk kecil, sebelum akhirnya beranjak pergi keluar dari ruangan.
Alexi yang menatap kekosongan membuang nafasnya pelan. Pagi ini, seorang putra menteri ditemukan tewas. Panah yang ditinggalkan adalah panah yang digunakan oleh seorang bandit, namun sang ayah yang memeriksa TKP mengatakan bahwa teknik memanah yang terlihat bukanlah teknik dari seorang bandit biasa. Selain itu, tidak banyak barang berharga yang dibawa oleh orang itu. Meski semua harta bendanya menghilang, itu tetap tidak terlihat seperti perampokan biasa.
"Apa Anda bahkan tidur tadi malam? Nona?"' Gumam Alexi dengan mata sayunya. Ia kebingungan, bagaimana dirinya harus bersikap. Ia tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan, namun apa yang dilakukan Sophia saat ini adalah sebuah tindak kejahatan. Sophia, melakukannya dengan sempurna sehingga tidak meninggalkan satu bukti pun.
Sophia, membuat Alexi frustasi...
Tidak mengerti dengan tujuan, dan arti dari setiap tindakannya.
***
"Anda yang melakukannya? Bukankah kita sudah sepakat akan menjalankan rencana satu tahun mendatang? Mengapa Anda tergesah-gesah begini? Ada apa sebenarnya? Terlebih, saya masih belum mengetahui rencana yang sebenarnya. Nona apa Anda benar-benar menganggap saya bagian dari rencana ini?" Damian yang baru saja selesai mengurus beberapa catatan terkait kematian Ervin Martin, putra pertama menteri militer kekaisaran menyadari satu hal. Semalam, nonaya bergerak dan mata-matanya dihadang oleh Killian, sehingga tidak bisa mengikuti Sophia. Jelas Sophia yang memberi perintah kepada Killian untuk menghalangi orang-orangnya. Kebiasaan lama Damian yang memata-matai sang nona belum hilang, ia hanya tidak mau nonanya bertindak gegabah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...