TCV 93 | Tragedi Keluarga Brunswick

253 46 16
                                    

TCV 93 | Tragedi Keluarga Brunswick

"Tidak akan aku biarkan," Sophia terus mengelus lembut surai Lorelie.

"Tidak ada yang akan dibuang di antara kita berdua," Sophia melepaskan pelukan Lorelie, memandang wajah Lorelie dengan tegas.

"Kejadian malam ini, hanya kita berdua yang tahu. Jadi lupakanlah." Sophia berkata hal yang cukup tidak masuk akal.

"Aku membunuh nanny, bagaimana bisa aku melupakan semua itu? Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika dia mengambil alih tubuhku lagi?" Lorelie jelas sangat ketakutan.

"Bagaimana jika ibu tahu bahwa salah satu dari kita adalah pelakunya? Bagaimana kita bisa berbohong pada ibu? Dia tahu segalanya," Lorelie semakin menangis ketakutan.

"Berhenti menangis!" Sophia membentak Lorelie dengan tegas.

"Kalau begitu, katakan bahwa akulah pelakunya," Lorelie langsung menggeleng. "Mana mungkin, jika begitu Kakak lah yang akan dibuang," ucapan Lorelie tidaklah salah. Namun Sophia tidak bisa memikirkan cara apapun lagi.

"Aku takut sekali. Dia pasti kembali menggunakan tubuhku lagi," ucapan Lorelie tidaklah salah. "Sudah aku katakan bilang saja aku yang melakukannya!" Sophia tidak bisa memberikan alternatif lain.

"Tidak! Pada akhirnya aku tidak akan tahan dan akan mengakui semuanya. Begitupun dengan Kakak, pada akhirnya Kakak juga tidak akan tahan dan mengakui semuanya. Kita berdua akan mengakui semua yang terjadi. Ingatan itu, tidak akan bisa hilang dari kepala kita!" Lagi, Lorelie mengatakan hal yang benar. Sophia bahkan tidak bisa membantah kata-kata itu. Meski saat ini dirinya mengatakan bahwa ia bisa menanggung semua kesalahan Lorelie, pada akhirnya Sophia mungkin tidak akan tahan dengan semuanya dan mengakui kebohongannya. Sedangkan Lorelie, rasa bersalah akan membuatnya mengakui semua kebohongan itu pula.

Ingatan dari pembunuhan yang dilakukannya akan menempel di kepalanya, bahkan jika itu tidak membuatnya mengaku–Lorelie akan menggila.

"Pasti ada cara..." Gumam Sophia.

Sophia menatap sekitarnya–melihat rak penuh barang yang berjatuhan tepat di sisi kanannya. Sophia mengingat bahwa rak itu berisi barang-barang unik yang dikumpulkan oleh Aefar sebagai hobi. Kakaknya yang satu itu sangatlah suka mengumpulkan barang-barang aneh dengan berbagai kegunaan.

Ada satu benda yang pernah Aefar sombongkan kepada Sophia beberapa hari lalu. Sophia bangkit dan mencari sebuah botol dan rantai yang pernah Aefar tunjukan kepadanya di antara tumpukan benda-benda yang berjatuhan dari rak.

Akhirnya Sophia menemukannya, sebuah botol berwarna merah muda polos yang memiliki sebuah cairan berwarna biru dengan partikel perak.

"Kau benar, kita berdua mungkin akan mengakuinya. Karena itu melekat pada ingatan. Kalau begitu, mari lupakan semua ingatan itu," Sophia membuka tutup botol itu dan meminumkannya kepada Lorelie setengah botol secara paksa.

"Melupakannya tidak akan membereskan kekacauan ini!" Sophia mengangguk perkataan Lorelie. "Tapi itu mungkin akan menyelamatkan kita berdua," Sophia juga ikut meminum ramuan itu.

"Ini hanya akan menghapus lima jam dari ingatan kita," terang Sophia menenangkan Lorelie yang tampak gusar.

"Tapi itu tidak akan menyembuhkanku..." Lorelie masih memasang raut wajah ketakutan. "Kau ingat kan, dia mengatakan bahwa dia belum ingin membunuhku. Aku tidak mengetahui alasannya. Tapi dia mengatakan sesuatu seperti kekuatan suci."

"Aku akan mencarinya, pemurni, benda suci yang memurnikan atau apapun itu." Sophia mengelus pipi Lorelie dengan lembut.

"Bahkan setelah ingatan ini hilang, aku akan menjadi orang pertama yang mengetahui fakta ini. Bahkan setelah ingatan ini hilang, seperti seorang maniak aku akan mencari cara mengembalikan ingatanku. Bahkan setelah ingatan ini hilang, aku akan tetap berada di sisimu dan saat aku mengetahui semua yang terjadi, aku akan mencari cara untuk menyembuhkanmu. Aku pasti akan menyembuhkanmu. Bahkan jika ingatan ini hilang, aku yakin aku tetap akan mendapatkan jalan untuk menyembuhkanmu. Bahkan jika ingatan ini hilang, aku akan melindungimu." Lorelie menyentuh pipi Sophia lembut, keduanya mendekat dan menyatukan kening mereka dan saling berpelukan.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang