TCV 54 | Primadona Pergaulan Kelas Atas

291 39 15
                                    

TCV 54 | Primadona Pergaulan Kelas Atas

"Bagaimana aku harus memilih caraku untuk hidup?" Sophia menatap rembulan.

Menenggelamkan diri dalam kesunyian, bersembunyi tatkala malam menghilangkan bayangan. Selubung duka masih menyelimuti, membawa keruntuhan akan rasa percaya diri yang sempat meninggi.

Selama beberapa saat, Sophia akhirnya berhasil menenangkan diri. Waktu berurai air mata telah usai.

Sophia tidak tahu, apakah yang dilihatnya adalah kehidupan Sophia seorang, atau terdapat kesadaran Aurelie di dalamnya. Tidak ada cara untuk memastikannya. Meski ia meyakini tidak ada kesadaran Aurelie, ia tetap merasa begitu terhina.

Dunia dengan penjahat yang memperoleh kejayaan...

Mulai membuatnya semakin muak!

Aurelie tidak pernah mengharapkan kembali ke kehidupannya sebagai Aurelie. Namun jika kehidupan Sophia semenjengkelkan ini, dirinya bisa kehilangan kendali.

Waktu dimana Aurelie memutuskan untuk menjadi Sophia seutuhnya, adalah saat dimana dirinya memutuskan untuk menjadi bagian dari kehidupan Sophia.

Fakta dimana Sophia mendapatkan pelecehan luar biasa pada kehidupan keduanya memancing amarah yang sudah sempat mereda.

Ada satu hal yang dirinya curigai.

'Bagaimana Aurelie mati?'

Fakta itu tidak bisa Sophia jawab. Namun satu hal yang pasti, Sophia tidak begitu tertarik untuk mengetahuinya...

Mustahil tubuh Aurelie masih hidup, sudah bertahun-tahun ia menjalani kehidupan sebagai Sophia, secara naluriah ia menduga bahwa Aurelie kemungkinan besar juga sudah mati hingga ia berakhir dengan menjalani kehidupan Sophia seperti saat ini. Ia hanya tidak mengingat kematian Aurelie.

Ingatan yang datang terlambat, selalu menyakitkan...

"Orang-orang itu..." Sophia mengingat wajah orang-orang yang melecehkannya di kehidupan pertama dan kedua dengan sangat jelas seolah hal tersebut baru terjadi kemarin. "Apa aku juga akan tidak berdaya seperti tadi saat aku melihat mereka?" Sophia menunduk kecil.

"Aku berencana melumpuhkan mereka karena mereka akan menjadi kekuatan besar George di masa depan, juga karena ingatan pada kehidupan Sophia yang pertama. Secara bersamaan, aku akan memanfaatkan mereka di masa mendatang untuk kepentingan politik. Tapi setelah mendapatkan ingatan pada kehidupan kedua Sophia, aku jadi ragu dengan rencanaku sendiri. Aku yang saat ini tidak akan mampu merangkul musuh." Sophia memeluk kedua kakinya dan menyandarkan kepala sambil terus menatap pantulan rembulan pada air kolam.

"Sophia, emosimu terlalu mempengaruhi pikiranku... Aku jadi kesulitan..." Sophia menarik nafas dalam, "akan sulit menikah dengan George dan memanfaatkan statusnya dalam situasi ini, entah membiasakan diri atau mencari jalan memutar..." Sophia mengetuk jemarinya di atas lutut. Pikirannya kian kalut, secara bersamaan ia merasa aneh dengan kondisi Sophia.

"Aku kesulitan mengontrol kebiasaan makan Sophia, apa aku bahkan bisa mengontrol ketakutannya?" Pertanyaan-pertanyaan yang tiada henti itu terus bermunculan di kepalanya, Sophia mulai merasa tidak percaya diri.

"Aku bisa, aku pasti bisa mengontrol semuanya..."

"Tapi, mustahil aku bisa mengontrol ketakutan ini dalam satu tahun kan? Aku tidak pernah memikirkannya, hati lemah Sophia yang bisa merusak rencanaku sedalam ini..."

"Apa kali ini..." Sophia mencengkram gaunnya dengan kuat.

"Akan berbeda?" Sophia memejamkan matanya.

"Tentu saja berbeda," Sophia kembali mengangkat kepalanya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Memberikan semangat kepada dirinya sendiri karena hanya itulah yang bisa dirinya lakukan saat ini.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang