Psicology Might 3

2.1K 174 3
                                    


Setelah Sireo pergi, Mao segera mengeluarkan handphonenya dan menelepon seseorang.
"Aku mau kau segera melacak dimana Ao dan segera mencarinya!"
"Baik."
Balas seseorang di seberang telepon.

Sireo mengumpat sambil mencari keberadaan Ao dengan instingnya.


#Sireo pov
Sial !! Dimana orang itu ?! Kenapa jadi begini ? Ahh..
Seharusnya aku tidak meninggalkannya, sekarang jadi masalah buatku. Kemana dia sih ? Sedang menggoda cewek ? Tidak mungkin itu. Sudah tahu malam masih tidak mau pulang, merepotkan saja.
Dimana aku harus mencari si pendek ?
pov end

Sireo tampak berpikir keras untuk mencari Ao kemana. Dia belum mengenal Ao partnernya sendiri, jadi untuk mencarinya di kota besar seperti Tokyo ini adalah hal mustahil untuk menemukan Ao.


"Ahh !!"
Teriak Sireo sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. Hingga dia teringat rumah si peramal yang terakhir kali dia bersama dengan Ao. Dan ramalan sebelumnya bermunculan dengan cepat di otaknya. Dia pun berlari kembali ke rumah si peramal.


"Haa.. Haaa.. Haaa..."
Sireo mengambil napas setelah sekian lama berlari dan berdiri tepat di depan rumah si peramal yang terlihat lebih mistik dengan lampunya yang remang.

"Peramal ini satu-satunya cara untuk menemukan Ao. Kalau dia bisa meramal masa depan maka dia mungkin tahu keberadaan Ao. Hanya kemungkinan, tapi belum dicoba belum tahu kan ? Oke! Tapi..."
Sireo merinding ketika melihat rumah tersebut yang lebih mirip rumah hantu.


"Apa semua peramal itu suka suasana seperti ini ? Tadi sepertinya tidak begini?"
Gumamnya sambil berjalan masuk dengan pelan. Tanpa mengetuk pintu Sireo langsung menerobos masuk. Karena sudah tahu dimana ruang si peramal tanpa ragu lagi pun berjalan ke ruangan si peramal dan membuka pintu yang tertutup rapat.

"Permisi.."
Ucapnya sambil berjalan masuk. Dia pun merinding melihat keadaan ruangan itu yang remang dan dingin. Matanya langsung segera menangkap seseorang yang berbaring di atas ranjang kayu tanpa alas. Sireo memincingkan matanya untuk melihat siapa yang berbaring di sana. Si peramal kah ? Dari kejauhan sudah terlihat jelas siapa orang yang memiliki rambut panjang nan indah itu.

"Ao.."
Panggilnya setelah beberapa lama dia melihat orang itu. Dia pun berjalan mendekati orang itu. Sesampainya di sana dia langsung berkacak pinggang dan merasa kesal.


"Katanya tidak boleh dekat-dekat dengannya, tapi kau malah enak-enak kan tidur di sini. Kata-katamu tidak bisa dipercaya Ao."
Ucapnya dengan nada menyindir sambil memandang sekelilingnya seperti mencari seseorang.

Karena Ao tidak merespon dia pun berbalik melihatnya, Ao tetap diam dan matanya tertutup rapat. Sireo semakin kesal.


"Ao !!"
Teriakknya mengguncang tubuh Ao dengan pelan. Tetap saja tidak ada respon.
"Kau tidurnya seperti orang mati Ao. Cepat bangun !"
Sambungnya masih mengguncang bahu Ao dengan pelan. Kemudian dia menyadari kata-katanya.


"Mati ? Tidak mungkin, Ao hanya tidur kan ? Ao ! Ao ! Bangun ! Hey ! Ao !"
Teriaknya mulai panik, dia menyentuh tubuh Ao dan Sireo merasa bajunya Ao basah. Dia segera menarik tangannya dan melihat tangannya yang berdarah. Dilampu yang remang-remang itu, Sireo bisa melihat jelas darah di tangannya.


"Ao !!"
Teriaknya sambil mencari daerah yang disentuhnya tadi. Dia membuka jaket hitam Ao dengan sekali gerakan. Dan apa yang dilihatnya ?
Kaos putih yang dipakai Ao sudah berubah jadi merah. (berlebihan sepertinya)
"Ao ! Ao ! Apa yang terjadi ? Apa yang terjadi padamu ?"
Tanyanya semakin panik.

"Sireo. Kau kenapa begitu telat untuk datang ? Padahal aku sudah menunggumu untuk menyaksikan kematian Partnermu. Tapi sayang kau terlambat. Pertunjukkannya sudah selesai."
Ucap suara di belakang Sireo, Sireo pun berbalik.


"Kau ?! Kau !! Apa yang kau lakukan pada Ao ?!"
"Aku hanya mewujudkan ramalanku. Apa aku salah ?"
"Mewujudkan ?! Kau.. jangan-jangan Kau pembunuh itu ?"

"Ahahahaha kau terlambat lagi. Aku sudah membunuhnya. Kau lihat ini ?"

Ucapnya sambil melambaikan boneka mungil yang mirip dengan Ao dan beberapa jarum yang menancap di tubuh boneka tersebut, sebuah jarum menancap tepat di jantung, kedua tangan dan kedua kakinya. Benar yang dikatakan Ao, bahwa pembunuh ini pasti memiliki kekuatan seperti mereka.


"Ao !! Bangun !! Kau jangan mati !!! AO !!"
Teriak Sireo semakin panik.


"Percuma kau memanggilnya, dia sudah mati. Dan aku juga akan menghabisimu, kau sudah tahu identitasku! Tidak mungkin kubiarkan kau hidup!"
Ucapnya mulai menyerang Sireo dengan dengan sebuah tongkat yang mengeluarkan sinar ledakan besar.

"Tipe Sihir! Kau penyihir sialan!"

Pekik Sireo yang sedikit mengerti kekuatan supranatural yang dia pelajari semalam dengan Mao.

Sireo berhasil mengindarinya bersamaan dengan membawa Ao. Kayu ranjang itu hancur berkeping-keping akibat ledakan barusan. Sireo berlari keluar dari rumah tersebut, tidak mungkin baginya seorang amatir untuk melawan si peramal yang terlihat cukup kuat itu. Dia berlari dengan cepat sayangnya si peramal mendapatkannya dan melemparkan sinar ledakan itu lagi, Ao terlepas dari tangan Sireo dan menggelinding di jalanan. Sireo tersungkur di jalanan kasar tidak jauh dari tempat Ao.

"Ao !"
Teriaknya segera menghampiri Ao, dia pun membawa Ao ke tepi di antara rerumputan hijau.
"Aku harus melawannya sebelum dia membunuhku."
Gumamnya.

"Kenapa kau masih membawa mayat itu. Dia hanya akan jadi beban untukmu."

"Aku tidak akan meninggalkan Ao ! Dia adalah partner ku ! Aku akan melindunginya!"
"Melindunginya ? Apa yang bisa kau lindungi dari mayat itu ? Oh iya.. aku ingat, kau juga bilang akan melindunginya sebelumnya bukan ? Tapi kau tidak melakukannya kan ? Nyatanya dia celaka seperti itu.."
Sireo terdiam mendengar kata-kata si peramal.

Dia benar, dirinya tidak bisa melindungi Ao. Dia mengingkari janjinya. Dia gagal melindungi partnernya sendiri.

"Kenapa kau diam ? Menyesal pun percuma. Kalau begitu pergilah kau menyusulnya."
Si peramal kembali menyerang Sireo dan berhasil menghindar dan membalasnya dengan sebuah pukulan mendadak dan membuat si peramal terbanting cukup jauh hingga muntah darah.


Sireo terlihat kaget dengan kekuatannya barusan, dia tidak pernah menyadari kekuatannya barusan. Kekuatan petarung-nya yang tersembunyi pun sudah bangkit.

"Aku juga punya kekuatan ini selain teleportasi ? Apa aku bisa mengalahkannya ?"
Gumamnya sambil bertanya pada diri sendiri.


Si peramal kembali menyerang Sireo dan berhasil dihindari dengan kekuatan teleportasi, Sireo menghilang dan muncul tepat di depan si peramal sekali serangan lagi pada si peramal dan dia langsung K.O. si peramal terbaring kaku di jalanan sebuah boneka jatuh di samping si peramal. Sireo pun mengambilnya.


"Ao.."
Gumamnya memandang boneka itu, boneka yang menyerupai Ao. Dia berbalik dan kembali ke tempat Ao. Dia menarik semua jarum yang tertancap di tubuh boneka dan dia juga melihat beberapa helai rambut melilit di leher sang boneka.


"Jadi begini caranya dia membunuh ? Dengan mengambil sesuatu dari pemiliknya. Sial !! Kenapa aku tidak menghentikannya untuk menyentuh rambut Ao tadi. Kalau kuhentikan tadi, pasti tidak akan jadi begini. Bagaimana aku harus menemui ketua ???"
Ucapnya lirih sambil menatap mayat di depannya.

"Ao ! Bangun !! Ao !! Bangun !!!!! BANGUN !!!!!!!"

Teriaknya frustasi.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang