Psycology Might 83

463 46 0
                                    



Mereka semua mulai berkumpul.

"Mao ada apa?"

"Kenapa mengumpulkan kita semua?"

"Mao apa terjadi sesuatu?"

"Orang dari pusat datang."

"Orang dari pusat? Kenapa dengan orang dari pusat?"

"Mereka datang untuk membawa Ao pergi!"

"Apa?!"

"Ao?!"

"Mereka akan melakukan eksperimen lain pada Ao!! Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi! Jadi aku mohon pada kalian untuk melindunginya!"

"Tidak perlu Ketua meminta kami akan melindunginya!"

"Akan kubunuh siapa saja yang melukainya!"

"Eksperimen katamu? Apa tidak cukup eksperimen yang dilakukan pada Ao?"

"Apa perlu kita hancurkan orang pusat?!"

"Kau gila! Kau tahu banyak orang pusat yang memiliki kekuatan yang sama dengan kita!"

"Aku tahu! Tapi jika dia melakukan hal kejam pada Ao! kita harus menghancurkannya!"

Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat Ao berdiri di sana dengan seseorang berdiri di belakangnya membuat Mao terkejut.

"Ao!"

"Mao?"

Panggil Ao bingung dengan semua yang berkumpul tanpa dirinya.

Semuanya menatap pria di belakang Ao yang tersenyum.

Lalu pria itu berbisik pada Ao membuat wajahnya berubah.

"Kalian sedang apa?"

Tanya Ao yang tidak bisa dijawab, tidak mungkin mereka mengatakan berkumpul untuk melindunginya dari orang di belakangnya.

"Ao, ikutlah bersamaku. Mereka tidak membutuhkanmu."

Bisik pria tersebut membuat Ao tertegun. Dia menatap semuanya yang masih diam.

"Ao! menjauh dari sana!"

"Sireo? Ada apa?"

"Menjauh dari sana!!"

Pekik Sireo. Ao benar-benar bingung melihat mereka. Ao pun mendengarkan perkataan Sireo dan berjalan menjauh dari sana.

Tapi tiba-tiba sebuah tarikan membuatnya terhenti.

"Ao, mereka tidak membutuhkanmu lagi. Kau harus ikut denganku."

"Aku tidak mau! Aku hanya mengantarkan dimana Mao berada, bukan berarti aku mau ikut denganmu!"

Balas Ao melepas pegangannya dan menghampiri Sireo. segera Sireo menarik Ao dan menyembunyikannya di belakang,

"Pergi dari sini sebelum kesabaranku habis!"

Ancamnya pada guru Mao. Dia tersenyum.

"Aku akan datang lagi Ao. Tunggu saja."

Pesannya sebelum dia pergi.

"Mao, siapa dia? Dia katanya kenalanmu."

"Iya, dia guruku dulu."

"Gurumu? Tapi kenapa kalian tidak sopan padanya?"

"Dia datang untuk membawamu pergi! kami tidak akan mengizinkannya!"

Pekik Sireo.

"Membawaku?"

"Pusat menginginkanmu Ao, dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi!"

"Aku tidak akan kemana pun, aku akan tetap bersama kalian."

"Aku tahu.."

Jawab Mao, tapi itu bukan mau atau tidak. Mereka pasti akan memaksa.

"Untuk sekarang, Ao jangan keluar dari sini. Tetaplah bersama Sireo."

"............."

"Aku akan menjaganya, tidak akan kubiarkan siapapun mengambilnya!"

"Kuserahkan Ao padamu."

"..............."

Ao hanya diam melihat mereka mulai pembicaraan yang tidak dimengerti. Kenapa pusat menginginkannya? Kenapa mereka tidak mengizinkannya menemui orang pusat? Kenapa mereka bersikap waspada seperti itu? Ao ingin bertanya tapi dia urungkan. Dia memilih diam dari pada bertanya dan membuat masalah semakin kacau nantinya.


"Apa yang sedang kau lakukan Ao?"

Tanya Sireo melihat Ao yang sudah bersiap-siap untuk pergi.

"Pergi dengan Haku."

"Mau kemana?! Kau tidak boleh kemana pun!"

"Kenapa? Aku bisa menjaga diri, Haku juga bersamaku."

"Tetap tidak kuizinkan! Kau sudah dengar perintah ketua? Kau tidak boleh keluar dari sini!"

"Kenapa aku ditahan di rumahku sendiri?!"

"Kau harus mengerti! Semua mengkhawatirkanmu!"

"Apa yang perlu dikhawatirkan? Aku tidak akan mati!"

"Bukan masalah mati atau tidak! Mereka akan melakukan eksperimen kejam padamu!"

Pekik Sireo membuat Ao tertegun, dia baru tahu hal ini. pusat menginginkannya untuk menjadi eksperimen lagi?

Sireo melihat wajah Ao yang berubah, dia tidak sengaja mengucapkannya.

"Ao, dengarkanku.."

"Jadi karena itu? karena itu kalian tidak mengizinkanku keluar?"

"Tentu saja! kami tidak mau kau menjadi eksperimen lagi!"

"............."

Ao pun diam, dia kembali duduk di kursinya lagi. Sireo merasa lega melihatnya tidak nekat pergi.

Sireo memeluknya dari belakang.

"Kami hanya ingin Ao hidup tanpa eksperimen lagi. Aku tahu itu pasti sakit."

".............."

Ao sama sekali tidak bisa bersuara.

Berminggu-minggu Ao tidak keluar dari markas, jika ada tugas dia hanya membantu lewat telepon atau di ruang meeting, otaknya masih bisa diandalkan walau tidak keluar dari markas.

Setelah meeting selesai semuanya segera pergi.

Tinggal Ao dalam ruang meeting, dia duduk diam di sana.

Dia tidak merasa marah atau kesal. Dia tidak juga mengeluh, tapi dia juga merasa bosan.. Tidak melakukan tugas seperti orang pengangguran,

BOOM!

Sebuah ledakan besar membuatnya tersadar dan segera keluar. Dilihatnya ruang Mao sudah hancur berkeping-keping bahkan bagian sekitarnya juga dapat dampak ledakan tersebut.

"Mao!!"

Jerit Ao panik saat melihat Mao yang dalam tumpukan batu yang hancur.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang