Psycology Might 66

766 59 1
                                    



Ao membuka matanya. Dia melihat Yuka istri Tobio yang membacakan dongeng pada putrinya.

Ao hanya berbaring dan menatapnya. Di dalam ruangan itu sangatlah bau, tapi dia bisa bertahan karena sudah terbiasa.

Dia sama sekali tidak bisa menggerakkan kakinya, mereka benar-benar patah.

"Kau sudah bangun? Bisakah kau menyembuhkan Saki sekarang?"

Tanyanya memandang Ao dengan mata yang berharap.

"Aku tidak bisa. Mau berapa kali pun kau minta, aku tidak bisa menyelamatkannya."

"Jangan bercanda!"

Marahnya melemparkan air gelas pada Ao dan pecah karena hantaman di kepalanya.

Darah mulai bercampur dengan air putih itu.

"Percuma saja, walau kau membunuhku. Tidak ada yang bisa menyelamatkan mayat yang sudah mengurai dan mengering seperti itu. Dia pasti sudah mati cukup lama."

"Omong kosong! Dia tidak mati!"

Marahnya lagi melemparkan semua piring pecah belah yang berisi makanan pada Ao. Ao menerima semua hantaman itu karena tidak bisa menghindar. Beberapa pecahan tertanam di tubuhnya dan membuatnya tidak bisa menutup lukanya. Dia tidak bergeming.

"Kau harus menyelamatnya! Kumohon! Kau harus menyelamatkannya!"

"Aku tidak bisa."

Ucapnya benar-benar membuat Yuka murka, dia mengambil tongkat bisbol yang pernah dia mainkan bersama putrinya karena hobi. Dia memukuli Ao secara membabi buta, Ao tetap tidak menghindarinya sampai dia lelah.

"Putrimu tidak akan tenang jika kau tidak menguburkannya."

Ucapnya melihat arwah gadis kecil itu sejak pertemuan pertamanya kemarin.

"Sudah kubilang dia tidak mati!"

Marahnya kembali memukul Ao.

"Dia memintamu menghentikan semuanya dan menerima kenyataan bahwa dia sudah tiada. Dia memohon padamu untuk menguburkannya. Dia tersiksa."

Ucap Ao pada Yuka membuatnya terdiam.

"Apa yang kau bicarakan? Kau bicara seolah kau bertemu dengan putriku."

"Dia memang di sini, di sampingmu. Dia sudah ada di sini sejak aku masuk ke dalam sini. Dia menangis memintamu menguburkannya."

"Tidak mungkin! Dia belum mati!"

"Terimalah kenyataan, buka matamu. Dia bukanlah putrimu lagi, melainkan hanya mayat yang sudah mengurai."

"Tidak!"

"Putrimu yang sebenarnya sudah ikhlas meninggalkan kalian, dan dia berkata 'hiduplah seperti biasa. Lupakan dia dan berbahagia bersama Ayah. Aku selalu mendoakan kebahagiaan kalian berdua di alam lain.'"

"Kau tidak berbohong? Putriku di sini? Di mana dia?"

"Dia ada di sampingmu mencoba menyentuhmu. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah sangat memanjakannya dan membahagiakan semua harinya. Dia bersyukur bisa lahir menjadi anak kalian. Jadi tolong relakan kepergiannya."

Yuka pun menangis histeris.

"Maafkan ibu yang tidak bisa menyelamatkanmu! Maafkan kami Saki! Ibu akan segera menguburkanmu, jadi kau bisa tenang sekarang."

Tangisnya. Ao merasa lega, akhirnya dia sadar juga bahwa putrinya telah tiada.

Setelah itu pemakaman Saki pun di lakukan, tapi Ao masih terkurung di dalam kamar Saki.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang