Psycology Might 54

608 58 0
                                    


"Ao!"

Panggil Sireo menghampiri Ao yang sedang makan siang dengan Haru.

Sireo memicingkan matanya menatap Haru membuatnya malu.

"Kenapa kau makan siang bersamanya?"

"Karena dia mentraktirku."

"Si-Sireo san, aku Haru salam kenal."

Ucapnya malu-malu menatap Sireo. Sireo hanya acuh tak acuh.

"Ao akan berpartner denganku lagi."

"Siapa bilang?"

"Ketua yang bilang."

"Ini salahmu yang menghilangkan? Kau tidak mau bersamaku? Jadi kenapa kau mau berpartner denganku?"

Tanya Ao menatapnya.

"Aku hanya mau Ao! Aku tidak mau yang lain!"

"Terserah, yang pasti partner baruku adalah Haru."

"Eh..Aku tidak apa-apa. Kita bisa berpartner bertiga."

Usulnya. Ao hanya diam.

"Tentu! Dari pada aku dengan orang lain. Aku hanya mau dengan dewi pelindungku."

"Siapa yang dewi pelindungmu!"

"Ao! Ao dewi pelindungku!"

Ucap Sireo senang. Ao bisanya terdiam. Haru tertawa kecil mendengar pertengkaran keduanya.

"Lalu Sireo san, kau pergi kemana saja? kenapa tiba-tiba menghilang?"

Tanya Haru tiba-tiba membuat Ao terdiam seribu bahasa. Sireo yang melihat ekspresi Ao pun merasa kurang senang.

"Aku hanya ingin sendiri."

"Begitu, kau tidak membenci Ao san kan?"

Tanyanya membuat keduanya tertegun.

"Ah..Maksudku.. Kita akan berpartner dan butuh kerja sama tim. Aku hanya tidak ingin kalian terluka nanti karena tidak saling percaya.."

Ucapnya ragu-ragu.

"Aku tidak mungkin bisa membenci Ao apapun kesalahannya. Aku sangat mencintainya."

Ucapnya tersenyum pada Haru. Ao tidak membalas kata-kata Sireo. Tidak ada yang ingin dia katakan.

Ketiganya hening sampai Ryu memecahkan keheningan.

"Ao! ketua memanggilmu!"

Ucapnya, Ao segera bangkit dan berjalan pergi. Memang dari awal dia sudah ingin sekali pergi, berterima kasihlah pada Ryu yang membawanya pergi.

"Apa yang kalian bicarakan? Kau terlihat kurang senang?"

"Bukan apa-apa. Kenapa Mao memanggilku?"

"Hmm sepertinya misi pembunuhan ini akan kau yang tangani."

"..."

"Pembunuhnya sepertinya profesional sekali. Dia tidak meninggalkan jejak satu pun. Dan dia membunuh secara acak dan sadis."

Ucap Ryu.

"Aku melihat mayatnya. Benar-benar tidak bisa dikenali. Apa yang membuatnya membunuh tanpa tujuan? Apa hanya untuk bersenang-senang?"

Sambungnya.

"Kalau dia membunuh hanya untuk bersenang-senang, dia benar-benar biadab sekali."

Ao hanya terdiam mendengarkan pembicaraan Ryu. Dia belum melihat mayatnya secara langsung.

"Kita harus menangkapnya sebelum korban selanjutnya."

"....."

Sesampainya di ruang Mao. Mao langsung berteriak.

"Ao! Ada mayat baru ditemukan!"

Pekiknya membuat Ao segera bergerak dengan Ryu. Dia berlari cepat dan Ryu segera mengambil kunci mobil dan segera melesat pergi.

Keduanya sampai di TKP yang sudah dibatasi garis polisi. Keduanya masuk tanpa permisi.

Ao menatap mayat di depannya yang sudah membusuk dan bengkak. Ryu menutup hidungnya.

"Astaga! Baunya menyengat sekali! Sudah berapa lama dia terkubur di sini?!"

"Mungkin 4-5 hari."

Jawab Ao melihat semakin dekat. Ryu geleng-geleng kepala melihat Ao yang tidak merasakan apapun terhadap mayat di depannya. Ao pun memakai sarung tangan dan mulai menyentuh mayat yang berjenis kelamin laki-laki.

"pria ini sekitar berumur 30 tahunan. Dia tidaklah gemuk, tapi karena sudah membusuk tubuhnya terlihat besar."

"Darimana kau tahu Ao?"

"Hanya asumsi."

Jawabnya datar. Ryu hanya tertawa bodoh bertanya pada Ao.

Kemudian mata Ao menangkap sesuatu di dada pria ini. dia pikir pria ini melakukan tatto di dadanya. Tapi sepertinya bukan, itu goresan pisau yang menyerupai barcode tepat di dada kanan pria ini.

"Apa semua korban mempunyai tanda barcode ini?"

Tanya Ao pada Ryu yang pernah melihat korban lain.

"Hmm.. Aku kurang yakin Ao. Aku hanya melihatnya sekilas."

"Dimana mayat-mayat ini di simpan?"

Tanya Ao tiba-tiba.

"Di RS xxxx"

"Kita kesana."

Perintahnya melepas sarung tangannya dan membuangnya ke tong sampah.

"Pembunuh barcode! Aku akan menangkapmu hidup-hidup!"

Tekad Ao serius.

Sireo dan Haru masih berbincang di kantin dan tidak mengetahui Ao yang sudah pergi menyelidiki kasus pembunuhan tanda barcode ini.

Ao benar-benar memeriksa semua mayatnya tanpa penutup hidung sedangkan Ryu yang memakai masker saja merasa bau busuk.

Ao melihat dengan seksama tanda barcode di dada korban.

"Tidak salah lagi. Dialah pembunuh barcode. Foto dan bawa ke kantor."

Ucapnya pada Ryu. Ryu mengangguk mengerti.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang