Psycology Might 55

626 55 1
                                    


"kita sebut ini adalah pembunuh barcode."

Ucap Ao mulai mempresentasikan hasil penemuannya kepada semua anggotanya termasuk Mao.

"Pembunuhan barcode?"

"Sejauh penemuanku pada tubuh korban, terdapat tanda barcode yang sama."

Ucapnya sambil menunjukkan foto yang Ryu print.

"Dia seorang pro yah? Pantas saja sulit sekali menangkapnya."

"Bukahkah pembunuh ini mirip dengan motif Murano?"

"Memang benar, tapi pembunuhannya berbeda."

"?"

"Pertama dia terlebih dahulu membuat tanda barcode di dada korban. Setelahnya dia akan langsung membunuhnya."

"Jadi pembunuh ini membunuh secara acak yah? Tidak ada tanda-tanda korban mengenal tersangka."

"Ini memang aneh, kenapa dia membunuh tanpa alasan?"

"Atau dia hanya ingin menunjukkan sesuatu?"

"Menunjukkan dengan cara membunuh?! Bukankah dia orang yang keji!"

"Kita akan menyelidikinya lebih lanjut."

"Baik."

Semuanya bubar dan segera keluar dari ruang meeting.

Ao masih terdiam sambil memandangi poto-poto di meja.

"Sebenarnya apa yang ingin dilakukan pembunuh ini?!"

Gumamnya pelan.

"Ao san! Ao san! Kenapa begitu serius? Ayo makan siang bareng."

"Aku tidak lapar, makanlah dulu."

"Baiklah. Aku akan makan bersama Sireo."

"...."

Ao hanya diam dan tidak membalasnya.

"Ao san!"

Panggilnya membuat Ao berpaling.

"Jangan terlalu menghayatinya. Tidak baik untuk kesehatanmu."

Sambungnya sambil tersenyum dan berlalu pergi.

"....."

Ao tidak mempedulikannya dan kembali melakukan penyelidikan.

Dia begitu serius sampai Sireo yang masuk ke dalam kamarnya tidak dia ketahui.

"Ao? Kenapa kau begitu serius?"

Tanya Sireo sambil membawa teh hangat dan memberikan pada Ao. Ao menatapnya sejenak sebelum melihat tangan Sireo.

"Bukan aku yang membuatnya. Aku memungutnya di depan pintu kamarmu. Sepertinya Aki meninggalkannya di sana karena kau tidak membukakan pintu."

"...."

Ao tidak menjawabnya, dia masih merasa canggung dengan Sireo di sini.

"Aku sedang sibuk. Tinggalkanku sendiri."

"Aku tahu. Jadi ini ku simpan di mejamu yah."

Ucapnya menaruh teh hangat itu di samping meja Ao, dia pun berjalan keluar. Ao menatapnya sejenak, sebelum meneguknya.

Belum habis dia meneguk tehnya dia sudah keburu menjatuhkannya ke lantai sambil memegangi tenggorokannya yang terasa panas.

"Uhukk!! Uhuk!! Uhukk!! Hoek!! Ah! Ah! Uhuk!"

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang