Psycology Might 73

475 45 5
                                    



"La-ri-A..o.."

Pesannya. Wanita itu terlihat gila dan frustasi.

"Ini bukan salahku! Bukan salahku!!! Dia yang menyuruhku! Dia yang menyuruhku membunuh siapa saja yang datang!! bukan salahku!! Hahahahahahaha! "

Jeritnya dan kemudian tertawa.

"Bukan salahku! Hahahahah!"

Jeritnya sambil tertawa. Wanita itu melihat Ao dan berlari masuk akan membunuh Ao seperti yang dilakukannya pada Haku.

Ao menghindarinya dan memukulnya hingga dia pingsan.

"Haku!"

Panggil Ao menghampiri Haku yang sekarat.

"Wan-ita gi-la itu merusak-sepertinya.merusak ginjalku.. haa dia sadis-"

Ucapnya masih merokok. Ao menatapnya.

"Ke-napa kau me-natapku?"

Tanyanya dengan tangan yang gemetar, pendarahannya sama sekali tidak berhenti. Satu tangannya memegangi perutnya yang menerima beberapa tusukan.

"Apa kau ingin hidup?"

Tanya Ao padanya. Dia justru tertawa.

"Memang-nya.. kalau aku ingin..hidup..apa yang bisa..Ao lakukan?"

"............."

"Ka-lau menunggu ambulan datang..itu..tidak akan merubah apapun.."

Sambungnya. Ao menatapnya dan menusuk lukanya dengan jarinya.

Haku meringgis.

"Sakit tahu! Uhuk! Uhuk!"

Marahnya kemudian muntah darah. Haku pun berhenti merokok karena tangannya sudah tidak bertenaga. Ao mengambil rokoknya dan memasukkan ke mulut Haku.

"Hah..Kau baik sekali.."

Tawa Haku padanya rokoknya kembali jatuh, Ao memasukkannya lagi.

"Aku akan memberikan hidupku padamu, sebagai gantinya jangan mengungkit tentang Kawaru. Aku menyesal tidak bisa menyelamatkannya. Dan sampai sekarang masih menyesalinya. Dan melihatmu, aku seperti melihat Kawaru dulu. Jika kau mati, aku pasti akan menambah penyesalanku."

"A-pa ya..ng kau bicarakan? Baga-mana bi..sa..manusia.. diselamat-kan..manusia..?"

"Karena aku berbeda."

"A-pa..kau-malaikat? Lelucon-mu lucu.."

Tawanya masih dengan darah yang keluar dari mulutnya karena pendarahan dalam.

"Aku bukan malaikat, aku hanya manusia biasa sepertimu. Tapi aku juga berbeda denganmu,"

Ucapnya sempat terhenti dan mulai menekan perut Haku dengan pelan. Dia memasukkan rokoknya sebelum dia mengucapkan kata,

"Heal!"

Sambungnya menyembuhkan semua luka Haku. Kembali Ao muntah darah karena pendarahan yang diderita Haku pindah kepadanya. Tapi dia tidak berhenti sampai Haku benar-benar pulih.

Haku membuka lebar matanya masih dengan rokok menyala dimulutnya.

Dia memegangi perutnya yang sudah tidak sakit. Dia mengambil rokoknya.

"Aku hidup? Atau sudah sampai di alam baka? Makanya tidak sakit?"

Pekiknya bingung. Ao tertawa mendengarnya. Dan membuat Haku langsung melihat ke arahnya. Ao bersandar di dinding sambil memegangi perutnya. Dia membersihkan darah yang keluar dari mulutnya karena pendarahan dalam.

"A-ao??!"

Pekik Haku kaget dan segera bangkit.

"Ini bukan mimpi?! Aku masih hidup?! Tapi bagaimana bisa!? Apa aku mimpi?!"

Pekiknya tidak percaya.

"Ao? Apa yang terjadi padamu?!"

Tanyanya menyentuh bibir Ao yang berdarah.

"Lukamu dalam sekali, aku sampai tidak kuat menahannya."

Balasnya dengan wajah datarnya lagi. Haku segera membuka bajunya dan tidak ada luka sama sekali. Dia menatap Ao.

"Apa kau benar-benar malaikat?"

Tanyanya tidak percaya. Ao menatapnya.

"Tentu saja kau bukan! Tapi kenapa kau bisa menyembuhkanku?! Bagaimana bisa kau!"

"Aku berbeda denganmu, sudah kubilangkan."

Balasnya. Dia membuka baju Ao kemudian, tidak ada luka tapi kenapa dia berdarah? Pikirnya melihat darah yang masih keluar dari sudut bibir Ao.

"Kau baik-baik saja ?!"

"Sepertinya butuh waktu untuk pulih, ginjalmu pendarahan hebat. Jika tidak segera kupindahkan, kau akan mati saat ini juga."

Jawabnya menutup matanya.

"Ao?!"

"Biarkanku tidur sejenak."

Jawabnya.

"Tidak! bukan saatnya tidur! Kita harus ke rumah sakit!"

"Tidak ada yang bisa menyembuhkanku."

Jawabnya dengan mata tertutup.

"Jangan menyerah! Kita akan pergi dari sini segera!"

Pekiknya segera membantu Ao bangun. Dia melingkarkan tangannya ke pinggang Ao dan melingkarkan satu tangan Ao ke lehernya membantunya jalan.

"Aku baik-baik saja, hanya butuh waktu sesaat."

Balas Ao melihat kepanikan Haku.

Haku tidak peduli dan membawanya keluar dari apartemen kecil tersebut.

Karena terlalu panik, dia tidak menyadari seseorang yang sudah berdiri di belakangnya dan tanpa basa basi dia memukul Haku dengan keras membuatnya jatuh pingsan, Ao yang terkejut dengan serangan mendadak ini segera berbalik melihat orang tersebut. Mata Ao terbuka lebar saat melihat sosok tersebut. Mulutnya seperti terkunci dan tidak bisa mengatakan apapun.

"Ao~ aku menemukanmu~"

Ucapnya dengan nada yang begitu senang sambil tersenyum jahat.

Segera dia menyuntik Ao tepat di lehernya membuatnya kehilangan kesadaran dalam beberapa detik. Haku yang masih sedikit sadar melihat Ao yang pingsan di sampingnya. Dia mencoba memegang Ao tapi keburu tubuh Ao dibawa pergi oleh pria yang sudah memukulnya.

"Ao..."

Panggil Haku sebelum dia kehilangan kesadarannya.

Sedangkan Sireo yang sudah berhasil menangkap pria misteriuspun merasakan panggilan dari Ao,

"Ao?"

Balasnya sambil melihat sekitarnya tapi tidak ada Ao di sana.

Sireo merasakan Ao yang seperti menghilang. Dia mencarinya tapi tidak ada Ao di sana.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang