Psycology Might 24

945 79 0
                                    


"Ao, kau tidak apa-apa ?"

"Sa..kit.. "
Dengan sisa tenaganya dia hanya mengatakan sakit, setelah itu matanya mulai terpejam. Membuat sireo panik dan hanya memanggil nama Ao.
"Ao! Ao! Ao! Ao buka matamu, Ao!"
Panggil sireo panik.
"Ada apa sireo? Apa yang terjadi pada Ao ?!"
Tanya Mao yang mulai panik juga.
"Ketua! Ao sepertinya sulit bernapas! Apa yang harus dilakukan?!"
Tanya Sireo.
"Hentikan mobil! Sireo bertukar tempat!"
Perintah Aki, mobil berhenti. Sireo dan Aki bertukar tempat. Ryu dan kas hanya diam di kursi paling belakang.
Aki membaringkan Ao dan membuka bajunya.
"Buka semua jendela, agar Ao dapat menghirup oksigen. Jangan perlambat mobil. Segera ke markas!"
Ucap Aki mulai menekan dada Ao dengan kuat dan memberikan napas buatan pada Ao melalui mulut.

Terus menerus dia lakukan hingga tiba di markas, dengan cepat Sireo membawa Ao ke ruang medis dan Ao bisa mendapatkan perawatan. Keadaannya pun kembali normal. Dia bernapas normal lagi dibantu selang oksigen. Semuanya menghela napas lega karena Ao baik-baik saja.


"System tubuhnya tidak berjalan dengan lancar. Banyak jaringan dalam tubuhnya yang belum pulih. Kekuatannya tidak bisa menyembuhkan Ao. Terutama bagian jantungnya yang paling parah. Sudah kulakukan yang terbaik pada saraf jantungnya, tapi tetap saja tidak ada perkembangan."
Jelas Aki.


"Makanya kukatakan jangan membawa Ao pergi!"
Geram Aki pada yang lain, mereka hanya diam.
"Sudahlah Aki. Jangan salahkan mereka."
Ucap Mao, Aki hanya menghela napas panjang.


"Kembali lah kalian ke kamar dan istirahat. Hari sudah malam."
Perintah Mao pada yang lain. Kas dan Ryu pergi tetapi tidak dengan Sireo.
"Aku akan menemani Ao."
Ucap sireo, Mao pun tidak berkata apa-apa dan pergi bersama Aki.
Sireo menatap wajah tidur Ao sejenak sebelum dia pun terlelap disana.

.....................................................................

Ao kembali terjaga karena mimpi nya yang selalu muncul saat dia tidur. Seorang jenius seperti Ao pasti sedang memikirkan sesuatu tentang mimpi tersebut. Dia terdiam menatap bunga sakura dari kamar jendelanya berterbangan, bunga-bunga itu berterbangan masuk ke dalam kamarnya.
"Woahhmm!"
Sireo terbangun sambil menguap keras. Dia melihat Ao yang diam dan memandang keluar jendela.
"A.."
"Keluar."
"Hah ?"
"keluar dari sini."
"A..Apa maksudmu ?"
"Keluar dan katakan pada yang lain jangan datang ke sini."
"Kenapa ? Kenapa tiba-tiba ?
"keluar kataku."
sireo terdiam mendengar kata Ao, dengan lesu dia pun berjalan keluar.
"Dasar bodoh."
Gumam Ao sambil menghela napas.

"Sepertinya Ao membenciku.."
Isak Sireo pada yang lain,
"Iya. Dia pasti juga membenciku."
Sambung kas yang ikut mojok dengan sireo di dinding. Ryu hanya diam melihat sifat mereka yang kekanakkan.
"Bukan membenci kalian. Ao tidak mungkin membenci temannya. Tenang saja. Mungkin ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Jadi dia mau sendiri."
Ucap Mao menenangkan mereka berdua, dan mereka pun berhenti menangis. Mao benar-benar ketua yang mengerti anggotanya. Tidak ada yang pernah membantah ataupun marah padanya. Dia sangat menyanyangi semua anggotanya.
"Jadi begitu ya ?"
ucap kas,
"Tapi apa yang dipikirkan Ao ?"
Tanya Sireo.

Setelah seminggu berlalu Ao pun sembuh total kekuatan penyembuhnya sudah dapat bekerja dan mengganti semua sel-sel yang rusak menjadi yang baru. Ini berkat Aki yang diam-diam membawa Ao ke lab untuk memantau perkembangannya di sana, dia kembali bersama Sireo dan yang lain.
Mao dan Aki sedang bersantai sambil minum teh.
"Ao sudah berubah."
Ucap Aki.
"Benar. Dia terlihat lebih bersemangat hidup."
"Tapi.. aku takut hal itu terjadi lagi. Apa yang harus kita lakukan ? Ingatannya mungkin saja kembali."
"...."
"Dan jika saat itu terjadi, apa Ao akan menerima kenyataan ini ?"
"...."
Mao tidak bersuara tentang hal ini, mengingat hal yang pernah terjadi dulu. Dia juga tidak tahu harus melakukan apa.

Tok tok tok


Seseorang mengetuk pintu dan terdengar sedikit ribut di luar sana. Kemudian muncul kepala Sireo dan menarik Ao ke dalam bersama yang lain.
Wajah Ao malu-malu.
"Ayo katakan Ao."
Ucap Sireo.
"Ah ? i..iya. Te..terima kasih, sudah menyelamatkanku. Aki san."
Ucap Ao malu-malu. Sireo yang lain senang mendengar kata Ao. Mereka memaksa Ao untuk mengucapkan terima kasih pada penyelamatnya waktu itu.
Aki berjalan mendekatinya, Ao tidak tahu harus melakukan apa. Dia jarang melakukan hal ini, biasanya dia acuh saja.
Dalam sekali hentakan Ao sudah dalam pelukan Aki.
"Ah.. umm.."
Membuatnya salah tingkah karena dadanya yang besar menyentuh dada datarnya.
"Ao terlihat malu-malu.."
Ucap Mao.
"Dia selalu mendapatkan yang baik."
Sambung Sireo.
"Tapi ketua, apa ketua tidak cemburu mereka berpelukan ?"
"cemburu ? Kenapa harus ?"
"YA.. Ao mu direbut Aki.."
Ucapnya asal membuat Mao bersemangat.


"Tidak kuserahkan Ao pada siapapun."
Tekadnya dan berjalan ke arah Aki.
"Aki mau sampai kapan kau memeluknya ?"
"Apa itu masalah ?"
"Tentu saja. Dia adalah anggotaku. Kalau kau memeluknya begitu membuatku tidak suka."
"Terus apa urusannya dengan ku ? Dia bukan milikmu."
Balas Aki mengeratkan pelukannya.
"Ah.. lepaskan pelukanmu Aki, kau membuat Ao tercekik nanti."
Balasnya dengan suara manja.


"Ao baik-baik saja tuh."
"Aki, lepaskan."
"Tidak mau"
"Lepaskan!"
"Tidak mau!"
"Hahaha.. kalian berhentilah bertengkar."
Ucap Ao disela-sela tawanya. Keduanya terdiam dan tersenyum begitu juga yang lain.
Momen-momen yang sangat membahagiakan bagi mereka semua, kenangan yang tidak akan mereka lupakan selama hidup mereka.
Tawa, canda, kebahagiaan hanyalah imajinasi sementara mereka..hanya
Sementara...

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang