Psycology Might 53

638 60 0
                                    


Setelah beberapa hari dirawat, Ao sudah pulih total. Dia tidak pernah lagi bertemu dengan Sireo setelahnya. Dia menghilang.

Ao duduk melamun dalam kamarnya. Ao pun tidak keluar dari kamarnya dan mengurung diri.

Dia menghabiskan harinya dengan membaca buku tebal, berpuluh-puluh buah sudah dia baca.

"Ao.."

Panggil Aki yang membawa makanan datang.

"Apa kau lapar? Neesan buatkan kue pie."

"Aku akan memakannya nanti."

"Tapi pie enaknya dimakan panas."

"Bagaimana dengan Sireo? Apa dia sudah kembali?"

Tanya Ao tiba-tiba tanpa berpaling.

"Dia tidak kembali. Kata Mao, jika dia tidak segera kembali. Maka dia akan mengganti partner baru untukmu."

"..."

"Ao? Bagaimana menurutmu?"

"Lakukan sesukanya. Aku tidak peduli siapapun partnerku. Semuanya sama saja."

Ucapnya dingin. lagi-lagi Ao mengalami hal yang sama dengan partner sebelumnya. Oiichi juga tiba-tiba menghilang seperti Sireo saat ini.

Ao benar-benar akan menutup hatinya karena ini. Dia benar-benar tidak akan peduli lagi.

"Ao.."

Panggil Aki lirih.

"Kalau ada kerjaan jangan sungkan menghubungiku. Sekarang aku ingin sendiri."

Ucapnya pada Aki.

"Baik. Aku akan sampaikan pada Mao."

Ucapnya menutup pintu kamar Ao.

"Kau dengar Mao. Ao tidak peduli lagi dengan semua ini."

Ucapnya pada Mao di sampingnya.

"Sireo. Aku mempercayaimu. Tapi kau lagi-lagi menyakiti Ao seperti ini. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau tidak kembali."

Gumamnya pelan. Dia benar-benar tidak memprediksi hal ini akan terjadi. Pada akhirnya Sireo sama saja dengan Oiichi.

Seminggu berlalu setelahnya.

Ao kembali ditugaskan pada kerjaan dengan partner barunya yang dipilih Mao sendiri. Tapi Ao acuh tak acuh.

"Ao san, kenalkan. Aku Haru."

Ucapnya pada Ao yang hanya diberi tatapan dingin.

"Segera berangkat. Teroris itu memasang bom dan menyandra beberapa karyawan. Lakukan penyelamatan sebelum terlambat."

Ucapnya berjalan pergi meninggalkan partner baru di belakang. Dia pun mengikutinya dan menaiki lift untuk ke lantai 20 tempat teroris menyandra karyawan.

"Ao san, apa tidak apa-apa kita muncul begitu saja?"

"Kalau kau takut, kembalilah ke markas."

Balasnya.

Ting!

Pintu lift berbunyi dan terbuka. Ao menatap beberapa teroris yang memakai topeng sedang memaksa karyawannya mengeluarkan semua uangnya.

"Siapa kau?!"

Pekik salah satunya menodongkan pistolnya pada Ao. Ao tidak peduli dan berjalan mendekatinya. Dia menembak Ao tapi berhasil dia hindari dan dengan serangan kilatnya dia menjatuhkan salah satu orangnya. Ao kembali bangkit dan menghampiri yang lainnya. Dia benar-benar terlihat tidak berperasaan. Mereka menembakinya tapi tak satupun pistol bisa mengenainya.

Dia menghajar semuanya tanpa ampun.

"Dimana bomnya?"

Tanya Ao. Haru sesekali menatapnya sambil menyelamatkan sandera dan bawa ke lift.

"Ao san! Semuanya sudah masuk!"

Ucap Haru pada Ao. Ao pun mendekati lift tersebut.

"Lift tidak akan jalan kalau kelebihan muatan."

"Aku akan keluar kalau begitu, Ao san masuklah."

Ucapnya pada Ao. Ao tersenyum padanya dan menekan tombol lift.

"Kuserahkan orang sandera padamu."

"Tidak Ao san! Bomnya akan meledak!"

Haru mencoba menggapai Ao tapi lift keburu di tutup. Para sandera itu menahan Haru agar pintunya bisa menutup dengan sempurna dan bergerak turun.

"AO SAN!!!"

Ao pun duduk di salah kursinya dan melihat para teroris yang kewalahan.

"Dimana bomnya?"

Tanya Ao.

"Ada di luar."

"Hoo.. jadi kau ingin meledakkan semua gedung ini? Atau kau hanya ingin bunuh diri?"

"..."

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut mereka.

Ao pun melihat keluar jendela dan mendapati bomnya terpasang di sana.

"Heh.. jadi benar-benar hanya bom bunuh diri yah. Pikiran kalian bodoh sekali."

Ucapnya melepaskan bom tersebut.

"Sebentar lagi bomnya akan meledak."

Ucapnya melihat Liftnya sudah mendarat di lantai bawah.

"Jadi selamat tinggal."

Ucapnya melemparkan bom itu ke atas udara.

"Bomnya bukan hanya di luar. Kami memang sudah mempersiapkan semuanya."

Ucap salah satunya dan mendorong Ao dari jendela.

"Kau tidak berhak ikut bersama kami. Kau adalah orang yang baik."

Ucapnya pada Ao yang melayang turun dari lantai 20.

Orang itu tersenyum sebelum gedung itu meledak dan serpihan-serpihannya mengenai Ao tapi tidak membuatnya bergeming.

"Jadi begitu. Lalu apa yang harus kulakukan jika jatuh dari lantai 20. Itu sama saja kan?"

Gumamnya menutup kedua matanya. Ao membiarkan dirinya melayang turun. Entah mengapa dia merasa begitu tenang.

Dia tersenyum sejenak mencoba menangkap langit di atasnya.

"selamat tinggal.."

Ucapnya entah untuk apa.

"AO!!!"

Panggil Sireo segera menangkap tubuh Ao sebelum mendarat. Dan menteleport dirinya ke tempat aman.

"Ao?!! Apa kau mau bunuh diri?! Kenapa begitu bodoh?!"

Marah Sireo pada Ao. Ao menatapnya bingung.

"Kenapa? Apa kau tidak mengenaliku lagi?!"

"Siapa kau?"

Tanya Ao.

"Aku Sireo! Partnermu!"

Pekiknya. Ao hanya tertawa kecil.

"Aku hanya bercanda, Sireo.."

Ucapnya. Sireo merasa senang karena Ao masih mau menerimanya.

"Tapi sayangnya sekarang aku punya partner baru. Jadi Sireo sudah dikeluarkan dari organisasi."

Ucapnya membuat Sireo membatu. Ao turun dari gedongannya dan berjalan pergi.

"TIDAK!! partnermu hanya aku! Sireo!"

Pekiknya segera menteleport dirinya ke markas.

Ao hanya tertawa senang mengerjai Sireo.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang