Psycology Might 16

1.2K 102 3
                                    


"Untuk merayakan kesembuhan Ao, kita akan ke pantai!"
Ucap Mao kepada ke empat rekannya yang sengaja dikumpulkan pagi ini.
"YAY! Pantai !"
Semua bersorak gembira kecuali Ao kembali dengan wajah datarnya seperti biasa.

Setelah persiapan selesai, mereka pun berangkat menggunakan mobil milik Mao. Semua tampak bahagia. Ini merupakan cara Mao untuk membuat mereka relax sejenak setelah banyak hal yang sudah terjadi akhir-akhir ini. Mereka pasti stress dan lelah melakukan banyak tugas juga menghabiskan banyak tenaga. Karena tidak ada peristiwa akhir-akhir ini, Mao juga tidak menerima order untuk sementara ini jadi mereka akan liburan sejenak.

"Laut!!"
Teriak Sireo dan Kas dan berlari ke arah pantai sambil melepas baju mereka dan membuangnya sembarangan setelah mereka sampai di pantai. Ryu memunguti baju mereka dengan kesal sambil mengumpat.


"Apa mereka anak kecil ??"

Dia marah tapi tetap memunguti pakaian mereka.
Ao dan Mao berjalan dengan santai menuju pantai.
"Bagaimana perasaanmu, Ao ?"
Tanya Mao yang hanya ditanggapi dengan satu kata.
"Baik."
"Ah ahaha.. sebelumnya aku belum minta maaf telah memberitahukan rahasiamu."
"Tidak apa-apa."
Jawaban singkat dan padat.
Mao merasa diacuhkan Ao, diam-diam dia menangis dalam hati sambil bertanya
"Apa kau membenciku Ao ?"

Sampailah mereka ke pantai. Air laut langsung membasahi kaki Ao. Dia pun hanya menatapnya dengan datar. Kakinya pun mulai tenggelam dalam pasir, dia tidak bergeming hingga Sireo memanggilnya.
"Ao! Sedang apa ?"
Tanyanya berlari ke arah Ao. Ao mengacuhkannya, dia menatap lautan yang terpampang luas di depannya.


"Tidak berujung."
Gumamnya.
"Hah ?"
Tanya sireo bingung.
"Bagaimana keadaan anak itu ?"
Tanya Ao tiba-tiba. Membuat Sireo kaget.
"Yaa.. Tidak apa-apa. Dia sudah dikembalikan pada orang tuanya. Ternyata memang ada 2 jiwa dalam tubuhnya. Sang kakak dimanfaatkan adiknya untuk membalaskan keiriannya yang tidak terlahir ke dunia. Aku merasa kasian dengan adiknya."
"..."
"Tentang pembunuhan itu, memang benar pelakunya adalah ken."
ucap sireo agak ragu.
"...."
"Seharusnya ken akan dihukum mati oleh orang-orang pusat, tapi Ketua tidak mengizinkan mereka membunuh anak yang tidak berdosa. Dia membela-bela ken sambil memberikan solusi yang terbaik."
"Begitu."
Ucap Ao memandang ketuanya yang sedang menangis di pantai sambil memainkan pasir karena diacuhkan Ao, Ryu dan Kas hanya melihatnya dengan poker face. Dan berpikir dalam hati.

"Pasti diacuhkan Ao."


"Ya tidak perlu dipikirkan Ao. Sudah tidak apa-apa sekarang. Adiknya sudah tidak ada di tubuh ken. Dan semua ingatanya pun sudah dihapus. Sekarang dia telah jadi anak biasa. Kita kesini bukan untuk memikirkan hal itu. Kita kesini untuk bersenang-senang bukan ?"
Tanya Sireo.
Yang ditanggapi dengan anggukan Ao.

Sireo kemudian menarik Ao ke arah teman-temannya yang tengah asyik bermain bola di lautan. Tubuh mereka terendam setengah dan berlari mengejar bola yang dilemparkan terlalu kuat oleh temannya ke dalam laut. Mereka tampak begitu bahagia seperti anak kecil yang tengah bermain dengan bahagia tanpa beban.


"Ao lemparkan bola nya kesini!"
Teriak Sireo pada Ao yang mendapatkan bola tersebut. Ao ancang-ancang melempar bola tersebut dan kemudian dia melemparnya dengan kuat.

Puk!


Bola itu melayang tepat ke wajah Sireo dan dia pun jatuh ke dalam laut. Semua tertawa melihatnya. Satu detik, dua detik, Sireo tidak muncul lagi ke permukaan bolanya pun mengapung semakin jauh.
"Sireo ?"
panggil Kas yang paling dekat dari Sireo, walau begitu dia tidak melihat tanda-tanda ada Sireo di sana.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang