Psycology Might 25

920 78 1
                                    


"Karena hari ini malam valentine, bagaimana kalau kita buat acara?"

Usul Sireo.

"Tentu!"

Balas Kas cepat. Semuanya hanya diam.

"Bukan saatnya valentine."

"Tidak apa-apa dong, kita juga perlu merayakannya walau jomblo."

Balas Sireo. Semua menatapnya.

"Aku sudah punya Ao."

"Sama."

"Aku juga."

"Oi! Ao milikku!"

Mereka semua mulai berdebat, tapi tidak bagi Ao yang masih terdiam, kepalanya sedikit pusing karena memikirkan mimpinya yang samar-samar dia ingat.

"O!"

"AO!!"

Panggil Sireo menyadarkan Ao.

"Kau tidak apa-apa?"

Tanyanya mengusap wajah Ao. Ao menatapnya.

"Aku mau coklat."

Ucapnya tiba-tiba yang segera mereka keluarkan berbagai rasa coklat.

Hanya Sireo yang tidak membelinya. Mereka semuanya memberikan pada Ao.

"Untukku?"

"Iya. semuanya kami beli untukmu."

"Aku tidak makan banyak. Aku Cuma bercanda tadi."

Ucapnya polos.

"Pokoknya kita akan berpesta coklat malam ini!"

"Ah iya.."

"Mari minum-minum sampai pagi!"

Jerit mereka senang. sireo merasa malu tidak memberikan coklat untuk Ao. dia pun hanya mojok. Ao menghampirinya dan menyuapi Sireo coklat dari Mao.

"Coklatnya enak loh."

Bisiknya pelan. Sireo pun memakannya dengan senang. Ao merasa gembira melihat partnernya tidak murung lagi dan ikut berpesta bir dengan yang lain.

Ao terdiam melihat semuanya tampak bahagia dan tidak ada beban apapun. Tapi entah mengapa hatinya merasa resah. Dia merasa akan ada yang hilang nanti, dia tidak tahu apa. Dia akan kehilangan semuanya.

..................................

Malam yang tenang bagi semua orang dan dapat tidur dengan nyenyaknya, tetapi ada satu orang yang bahkan hanya sekejap menutup matanya sudah kembali terbuka dengan rasa sakit dan ingatan yang membuatnya ketakutan.

Dia memegangi kepalanya, satu persatu adegan bermunculan di kepalanya layaknya sebuah film.


Laboratorium, tabung, bayi, tumpukan mayat bayi semua nya bermunculan dalam ingatannya. Bermunculan terus bermunculan membuatnya tidak kuat lagi dan berteriak kesakitan.
"AKHH!!!! TIDAK! TIDAK! TIDAK!"
Teriaknya histeris, seseorang mendengar teriakannya dan segera ke kamarnya.
"AO!"
Teriaknya berlari masuk dalam ruangan yang merupakan bersebelahan.

Ao hanya bergetar ketakutan, tubuhnya bergetar hebat dan air matanya tidak hentinya keluar.
"Ada apa Ao ? Mimpi buruk ?"
Tanya Sireo khawatir, dia menyentuh pundaknya dan segera ditepis Ao.
"Jangan sentuh!"
Teriaknya berlari keluar.
"Ao! Mau kemana ?!"
Teriak Sireo mengejarnya, tetapi dia kehilangan jejak Ao, kemana dia menghilang Sireo tidak tahu.

Mendengar keributan tersebut semuanya terbangun, Sireo menceritakan ada yang aneh dengan Ao. Dan mereka mulai mencari Ao dalam markasnya yang besar dan luas.

Ao berdiri di depan pintu besi yang digembok lalu dirantai dan bertuliskan

"DILARANG MASUK!!"


Ingatannya tentang pintu dan tempat ini bermunculan lagi membuatnya pening dan sakit, dia memegangi kepalanya kemudian satu tangannya yang bebas mengibaskan kipasnya hingga pintu itu hancur. Dengan pikiran kacau dia pun masuk ke dalam, remang-remang tapi masih cukup terang bagi mata Ao untuk melihat semua isinya, matanya berputar melihat semua nya, alat-alat laboratorium yang familiar di ingatan dan penglihatannya. Tanpa kata-kata dia mulai menyusuri tempat tersebut hingga dia berhenti pada sebuah tabung silinder yang sama dengan tabung dalam mimpinya.


"Tidak.. Ini tidak benar.."
Ucapnya lemah dan tersungkur di lantai.
"Tidak mungkin. Aku bukan bayi tabung kan ?! Bukan hasil eksperimen yang mereka lakukan kan ?!"
Tanya nya frustasi melihat kenyataan ini.


"Haha.. Iya.. Aku bukan! Pasti bukan! Hanya kebetulan saja kan ?!"
Tanyanya lagi sambil tertawa pahit dengan kenyataan yang sebenarnya.

Ingatan nya kembali berputar dalam ingatan Ao hingga membuatnya emosi karena sakit yang dia rasakan.
Dia berdiri dengan senyuman di wajahnya. Senyuman jahat yang pernah dia tampakkan. Dan kemudian dia mulai menghancurkan semua isi dalam lab dengan keras dan emosi.


"Lenyaplah! Lenyaplah! Hilang dari pandanganku!"
Ucapnya disela-sela penghancuran lab yang atapnya sudah mulai roboh, puing-puing bangunan berjatuhan dari atas, tapi tidak menciutkan tekad Ao untuk memusnahkan semua isi dan ruangan itu.


Sireo dan yang lain nya datang karena keributan yang dibuat Ao.


"AO!"
Teriak sireo hendak masuk tapi dihentikan Ryu.


"Jangan gegabah! Di dalam sana berbahaya!"
Ucap Ryu.
"Aku tidak peduli! Ao pasti ada di dalam sana! AO!"
Teriak Sireo lagi. Aki tidak mempercayai pandangannya di depan, begitu juga Mao yang terkejut dengan pandangan di depannya.


"D..Dia mengetahui nya ?!"
Ucap Mao disela-sela kekagetannya.


Sireo bersih keras untuk masuk dalam ruangan yang sudah hancur dan tidak berbentuk lagi. Debu bertebaran dimana-mana.
Sireo tidak peduli dengan runtuhan itu, dia memaksa masuk ke dalam.
Dia mencari-cari sosok Ao di dalamnya dan dia menemukannya, seseorang yang berdiri dengan tatapan kosong dan penuh dengan luka dan darah dan tertawa pahit dan sakit.


"AO!"
Teriak sireo menghampirinya.
"Aku bukan.. Aku bukan.."
Ucap Ao dalam kekosonganya, sireo mengguncang tubuh Ao dengan pelan.
"Ao! Sadarlah! Ao!"
Teriak sireo, Ao sedikit mengangkat kepalanya untuk menatap sireo.


"Aku bukan bayi tabung kan Sireo ? Aku bukan hasil eksperimen kan?"
Tanya nya dengan air mata berurai. Mata biru itu menjadi kosong dan gelap, tidak terlihat titik cahaya di dalamnya. Tidak ada apa-apa dalam pandanganya, hanya kegelapan. Kegelapan menyelimutinya.


Sireo memeluknya erat. Dan dia tidak bisa melihatnya seperti itu, hatinya tercabik-cabik oleh seribu pedang melihat keadaan Ao saat ini. Sakit yang tidak bisa dikatakan atau diekspresikan olehnya saat ini.
"Kau tidak perlu tahu hal ini, Ao."
Ucapnya tapi Ao tidak bergeming.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang