Psycology Might 80

463 46 0
                                    


"Hey! Jika kalian berminat mau kah datang ke festival sekolah kami."

"Sekolah?"

"Sekolahmu Sireo?"

"Iya!"

"Aku akan pergi."

"Aku juga,"

"Aku akan pergi juga."

Semuanya setuju dan tinggal Ao yang masih belum bersuara. Tapi walau dia tidak bersuara, dia sudah pasti akan ikut.

Mereka beramai-ramai ke sekolah Sireo.

Sireo sudah berangkat dulu karena dia punya urusan di sekolahnya.

Sireo segera menyambut kedatangan mereka saat mereka ke kelasnya.

"Kalian sudah datang?!"

"Sireo! apa yang kau kenakan?!"

"Ah kelas kami mengadakan pentas drama. Jadi aku menjadi salah satu pemerannya."

"Tapi kau tidak terlihat bagus dalam balutan seperti orang hutan."

"Ini karena salah ambil undian, aku jadi kurcaci!"

Jeritnya sedih.

"Tapi bagus juga jadi kurcaci. Aku tidak perlu banyak bicara cukup lakukan sesuai scene."

"Pentas drama apa yang kalian ambil?"

"Putri salju dan 7 kurcaci."

"Waw dongeng yang bagus."

"Sireo! sudah waktunya!"

Teriak ketua kelas pada Sireo. lalu dia melihat Ao.

"Ao chan!!! Kami merindukanmu!"

Pekiknya senang dan akan memeluk Ao tapi segera ditahan Sireo.

"Jangan memelukknya!"

"Ih kenapa sih Sireo! kau terlalu overprotectif pada adikmu!"

"Adik? Ao?"

Tanya Ryu kaget.

"Ceritanya panjang Ryu. Nanti saja dijelaskan, kalian pergilah ke ruang auditorium. Di sana akan diadakan pentasnya. Tolong bawa mereka ke sana."

Ucap Sireo pada mereka dan meminta teman kelasnya membawa mereka ke tempat pertunjukkan. Tapi Ao masih ditahan ketua kelas dan sedikit mengobrol.

"Ketua kelas!!"

Teriak salah seorang menghampiri mereka.

"Ada apa?"

"Gawat!!"

"Gawat apa?!"

"Yang memerankan putri saljunya sakit! Dan dia tidak bisa datang karena dibawa ke rumah sakit!"

"Apa?!! Kau serius?! Tidak sedang bercanda?!"

"Aku serius! Orang tuanya mengabari wali kelas kita! Dan wali kelas kita memberitahukan padaku!"

"Gawat!! Ini gawat!!"

Jerit mereka panik. Sireo tidak merasa apapun dan hanya diam melihat mereka panik.

"Ao, kau juga kembalilah ke ruangan."

Pesannya pada Ao yang diangguk tanda mengerti, saat Ao hendak melangkah pergi. sebuah tarikan tangan membuatnya terhenti.

"Tunggu dulu!"

"Ada apa ketua?!"

Jerit Sireo merasa curiga dengan dihentikan Ao oleh ketua kelasnya.

"Jangan meminta Ao melakukannya!"

"Hanya dia yang kita punya! Semuanya sudah melakukan role masing-masing!"

"Tapi Ao tidak bisa!"

"Ao tidak perlu melakukan apapun! Cukup tidur di peti mati! Lalu pangeran akan datang dan membangunkannya dengan ciuman sejati!"

"Tidak mau!! Tidak boleh ada yang menciumnya!!"

"Aku tahu kau protektif! Tapi itu tidak akan terjadi! mereka hanya akan berpura-pura!"

"Tetap saja tidak!"

Balas Sireo. Ao hanya diam melihat perdebatan mereka.

"Ao harus melakukannya! Kalau tidak semua usaha kita sia-sia! Tidak ada lagi yang bisa menggantikannya!"

Pekik ketua kelas frustasi. Sireo terdiam, memang semua sudah berusaha melakukan semua ini. Tapi kalau Ao terlibat, dia menatap Ao yang masih diam.

"Ao kumohon! Hanya kau satu-satunya yang kami punya sekarang! Kita tidak punya waktu lagi untuk mencari yang lain!"

Mohon ketua kelas.

"Aku akan melakukannya, jadi berhentilah memohon."

Setuju Ao pada akhirnya.

"Baiklah! Terima kasih!"

Pekik ketua kelas senang dan menarik Ao pergi untuk didandani.

Sireo hanya menepuk jidat.

"Ini gawat!"

Pekiknya frustasi.

Ao pun selesai mengganti pakaiannya dengan baju ala barat seperti seorang putri dalam dongeng, dia tidak perlu memakai wig karena rambutnya sudah bisa ditata dengan rapi.

Semuanya merona melihat Ao, sayang wajahnya datar.

"Dengar Ao, kau sudah membaca naskahnya kan? Kau bisa melakukannya?"

Tanya ketua kelas dan dia menangguk mengerti. Jangan remehkan Ao si jenius.

Dia pun dengan serius mendengarkan arahan cerita mereka, role masing-masing dan apa scene yang Ao perlu lakukan.

Sireo melihatnya tanpa berpaling.

"Sireo! waktunya pertunjukkan!"

Teriak ketua kelas membuatnya berpaling. Dia menatap kesal ketua kelasnya yang tersenyum puas.

"Wanita licik!"

Semua sudah berkumpul dan narator sudah mulai membacakan naskahnya.

Mao dan yang lain menikmatinya pertunjukkan kecil tersebut.

"Ao, kau bisa melakukannya?"

Tanya Sireo yang mulai deg-degan melihatnya. Ao mengangguk mengerti.

Lalu tibalah gilirannya saat dirinya dibuang ke dalam hutan oleh pembunuh yang dibayar ibu tirinya.

Dengan property ringan yang menjukkan hutan, Ao berjalan keluar dengan pelan. Dia terdiam sejenak karena melihat keramaiaan orang yang menatapnya.

Mao dan yang lain langsung membulatkan matanya melihat sosok putri itu adalah orang yang mereka kenal dengan baik. Mereka bahkan berpikir bahwa mereka salah melihat orang dan segera mereka mencari Ao disekitar memastikan bahwa Ao di sana, tapi tidak ada jejak yang mereka temukan. Sudah pasti yang berdiri di atas panggung adalah Ao sendiri.

Ao berjalan kecil tapi tiba-tiba dia menginjak gaun dalamnya dan membuatnya terjatuh ke lantai dengan keras.

Semua mengernyitkan dahi, teman sekelas Sireo menepuk jidat karena kesalahan tersebut.


Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang