Psycology Might 44

665 61 0
                                    


"Ao! kau tidak menghabiskan makananmu lagi?"

Marah Aki yang selalu mengantarkan makanan untuk Ao, tapi makanannya tidak pernah dihabiskan Ao.

"Aku tidak lapar neesan."

Ucapnya tidak berpaling dari berkas-berkas di meja kerjanya. Aki hanya menghela napas dan berjalan pergi.

"Ao tidak menghabiskan makanannya lagi?"

"Um.. Dia memang sudah baikan dan tidak terpuruk, tapi dia jadi workaholic begini. Tidak siang, tidak malam kerjanya hanya mencari informasi pembunuh tersebut. Dia tidak lagi mengenal waktu dan bekerja keras."

Ucap Aki yang khawatir.

"Biarkan Ao begini daripada melihatnya menangis. Dia akan baik-baik saja setelahnya, dia akan melupakannya."

Tiba-tiba pintu terbuka dan tampak Ao berjalan keluar dengan pakaian training. Ao menatap keduanya yang sedang berdiskusi.

"Ada perlu apa Ao?"

"Aku mau keluar sebentar."

"Kemana?"

"..."

Dia tidak menjawabnya dan berjalan pergi. Aki dan Mao hanya menghela napas.

Ao pun berjalan keluar, rambutnya dia ikat biasa dan melihat sekitar play group yang pernah dia kunjungi. Dia pun masuk ke dalam, walau gelap tidak mempupuskan tekadnya. Tempat yang dulunya hidup penuh canda tawa anak-anak kini lenyap tertinggal kehampaan dan kegelapan.

Ao hanya duduk dan termenung. Dia bisa merasakan kehadiran beberapa makhluk halus tapi dia berharap itu adalah anak-anak itu. Kemudian sebuah bola menggelinding tanpa ada yang memainkannya, angin pun tidak dapat dirasakan di ruangan tertutup ini. Ao menatap bola menggelinding itu dan berhenti pada sebuah plat besi. Bolanya tidak lagi bergerak. Ao pun mengambil bola itu dan plat besi bekas drone yang dihancurkan Ao. kemudian dia berpaling pada bola yang tertulis Itou dan kakak cantik di kulit bola yang biasa dimainkan Itou sewaktu dia masih hidup. Ao melihat sekelilingnya.

"Itou! Itou! Dimana kau Itou!!"

Panggil Ao tentu tidak mendapat jawaban.

"Itou! Maafkan kakak yang tidak bisa menyelamatkanmu! Maafkan aku.."

Sambungnya lagi yang tidak mendapatkan jawaban.

"Maaafkanku semuanya.. Maafkanku.."

Ucapnya sedih. Dia pun berjalan keluar dengan lesu. Dia menatap plat besi itu yang bertuliskan beberapa kata yang sudah terpotong.

Dia langsung berlari pulang dan masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dia pun dengan cepat mengetik apa yang ingin dia carinya tapi tidak mendapatkan apa-apa.

Tapi dia tidak berhenti sampai di sana. Dia terus mencarinya, mengambil berkas-berkas yang berkaitan dengan drone. Pembuatnya, pemiliknya, perusahaan yang memproduksi atau pun distributornya. Dia mencari semuanya semalaman tanpa beristirahat.

Pagi-pagi Sireo yang baru pulang dari patrolinya mencari sang pembunuh langsung menemui Ao. Sireo begitu kaget melihat kamar Ao yang seperti kapal pecah. Kertas berserakan dimana-mana. Buku-buku yang terbuang dan komputernya yang masih menyala. Ao masih sibuk dengan mencari informasi yang belum dia dapatkan. Sireo pun menghampirinya.

"Kenapa kamarmu seperti kapal pecah?!"

Ucap Sireo memalingkan wajah Ao padanya. Ao mengerjap-ngerjapkan matanya melihat Sireo yang berada di atasnya.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang