Psicology Might 4

2K 165 2
                                    


Lalu tiba-tiba sebuah tangan memukul wajahnya.
"Be..ri..sik.. !"
Ucapnya. Sireo langsung membuka lebar matanya dan melihat mayat di depannya.


"Ao ? Ao ? AO !!!"
Teriaknya senang sambil memeluk Ao.
"Syukurlah.. Syukurlah.."
"Ao ! Sireo !!"
Teriak seseorang. Sireo pun berbalik.
"Ketua ! Kami sudah memecahkan misterinya!"
"Itu tidak penting. Bawa Ao pulang. Dia harus segera diobati."
"Baik."
Ucap Sireo langsung menggendong Ao.
"Aku bisa jalan sendiri.."
Gumam Ao lemah.
"Apanya yang jalan sendiri ? Lihat keadaanmu. Untuk bicara saja sudah sulit. Diam dan tidur saja.."
"...."
Tidak ada respon.
"Dia sudah tidur sebelum diperintah. Aku benar-benar tidak menyukaimu Ao !"
Ucapnya membawa Ao masuk ke dalam mobil..

Mao mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, sesampainya di markas mereka disambut oleh dua orang yang tidak dikenal Sireo. Tapi Sireo tidak bertanya. Mao segera menuntunnya ke ruang perawatan agar luka-luka Ao dapat diobati sesegera mungkin.

Sireo dan kedua orang itu menunggu di ruang Mao. Seseorang menatap Sireo marah. Tapi Sireo tidak peduli, toh dia tidak kenal. Kemudian pintu terbuka dan terlihat Mao berjalan masuk dengan lesu. Ketiganya langsung menghampiri Mao.
"Bagaimana keadaan Ao !!"
Teriak mereka bersamaan. Mao terkejut dengan kekompakan mereka.

"Ao sudah tidak apa-apa. Dia Cuma kehilangan banyak darah, tapi tenang saja. Sudah ada seseorang yang menyumbangkan darahnya. Jadi dia baik-baik saja."
Jelas Mao. Semuanya menghela napas lega.

"Kau partnernya Ao kan ? Kenapa kau biarkan Ao sendiri ? Dasar tidak berguna. Seandainya terjadi sesuatu pada Ao, aku yang akan membunuhmu."
Marah seseorang itu.


"Ryu !"
Panggil seseorang lagi yang berperakan tubuh pendek dan imut sambil memeluk tangan Ryu yang berotot.
"Hentikan. Ini bukan salahnya juga."
sambungnya. Sireo hanya diam.

"Sireo. Jangan terlalu dipikirkan kata-kata Ryu. Ao sudah tidak apa-apa. Dia sudah ku pindahkan keruangannya. Kau bisa menemuinya di sana. Sebelum itu, kenalkan dia sireo dan sireo dia Ryu dan Kas."
Ucap Mao sambil memperkenalkan diri pada masing-masing anggotanya.


"Salam kenal Sireo. Aku Kas.."
Ucapnya sambil tersenyum.
"Salam kenal. Mohon bantuannya Kas san."
"Jangan pakai 'san' Kas saja."
"Baik."
"..."
Ryu hanya diam kemudian berjalan pergi tanpa pamitan.


"Haha.. Ryu pemalu."
"Siapa yang pemalu !!"
Balas Ryu dari luar setelah mendengar suara Kas.
"Ahahahaha.. Kau lihat. Jadi jangan dipedulikan kata-katanya. Dia orangnya baik kok."

Jelasnya pada Sireo agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kas paling mengerti partnernya ini.
"Iya. Aku mengerti."
"Juga jangan terlalu formal padaku, aku lebih kecil darimu loh, Niisan.."
Ucapnya sambil tersenyum.


"Eh iya. Maaf."
"kalau begitu aku permisi ketua, Sireo chan."
Ucapnya berlalu pergi.
"Chan-?"
"Jangan dipedulikan. Mereka juga memiliki kekuatan sepertimu Sireo. Kas memilki kekuatan spesial navigasi atau pelacak, kenapa aku bisa menemukanmu di sana karena Kas yang melacak keberadaan Ao. Dan Ryu jangan macam-macam dengannya atau kau akan hancur oleh tangannya."
"Maksudmu tangannya bisa mengeluarkan laser seperti film Iron Man ?"
"Itu robot Sireo. Ryu bukan robot. Dia memiliki kekuatan melebihi kekuatan gorilla. Jadi jangan macam-macam dengannya."
"Gorilla ?"
Ucapnya sambil membayangi gorilla yang memakai baju besi seperti film Iron Man.
"Mengerikan."
"Benar. Ryu mengerikan."
Sambung Mao yang tidak tahu apa maksud Sireo sebenarnya.

Sireo pergi setelah selesai membayangi gorilla yang memakai baju besi.
Dia diam diri sambil memandang Ao yang tertidur pulas.
"Mm.. kalau lama-lama kupandang dia kok semakin cantik ya ? Ahh Apa yang kupikirkan !! Apa aku bodoh ? Dia seorang Pria ! Benar ! Dia pria.."
Ucapnya kalang kabut.


"Tapi... kuakui dia adalah tipeku kalau dia seorang wanita. Bertubuh kecil, berambut panjang, tatapan yang tajam dan sangat menusuk juga ekspresi wajahnya yang tenang. Dia benar-benar tipeku sekali. Kok ! Apa yang kubicarakan sih ??!"
Ucapnya marah pada diri sendiri. sambil memukul kepalanya sendiri.

"Mm.. Oichii... Oichii... Jangan pergi.. Oichii.. Jangan pergi.."
Gumam Ao dalam tidurnya. Sireo mendengar jelas suara Ao.


"Oichii ? Partner Ao sebelumnya ??"
Gumam Sireo. Dia pun berpikir keras dan dia langsung berbaring di samping Ao.
"Hey Ao. Apa Oichii itu penting sekali untukmu ?"
Gumamnya di telinga Ao. Yang tentunya tidak akan mendapatkan jawaban dari Ao. Sireo pun terlelap di samping Ao.

Keesokan paginya Ao pun terbangun dan melihat Sireo yang terlelap di sampingnya, sebuah tendangan membuat Sireo tersungkur ke lantai.
"Ow.. Oww.."
Jeritnya sambil memegang hidungnya yang menyentuh lantai pertama kalinya saat ditendang Ao.

"Ao !! Kenapa kau menendangku !!!"
Kesal Sireo tapi tidak dipedulikan Ao.
"AO !!"
Teriaknya lagi.
"Berisik ! Pergi dari ruanganku !"
Balas Ao akhirnya memandang Sireo dengan mata lesu dan lelah.

"Mm.. Kau tidak apa-apa ?"
Tanya Sireo setelah diam beberapa saat. Ao hanya diam dan memandang tangannya yang dibalut perban.
"Aku minta maaf karena sudah meninggalkanmu Ao. Aku benar-benar menyesalinya.."
Sambung Sireo yang merasa bersalah. Ao masih tidak bergeming. Sireo terdiam lagi.
"Apa aku memang tidak pantas jadi partnermu ?"
Tanya Sireo hati-hati, Ao tetap tidak bergeming. Sireo hanya menghela napas.

Ternyata aku memang tidak baik
pikir Sireo.

Mereka hanya diam. Kemudian Mao masuk keruangan dan memecahkan keheningan.
"Ao !"
Teriaknya hendak memeluk Ao, tapi sebuah kaki mendarat di wajahnya.
"Jangan menyentuhku !"
Ancamnya menatap dingin Mao.
"Ao ! Kenapa kau begitu keras kepala !!"
Balas Mao sambil membersihkan bajunya yang tersungkur ke lantai barusan. Ao kembali diam.

"Semalam kau banyak menghabiskan darah. Aku takut sekali. Untung saja ada dia.."
"Dia siapa ?"
Tanya Ao membuat Mao tertegun.

Aku keceplosan
pikirnya


"Ahh tidak ada apa-apa. Oh aku mau bertemu dengan Sireo hari ini, kau istirahat saja, dadah.."
Ucapnya mengalihkan pembicaraan dan menarik Sireo pergi dengan paksa.

Sireo yang tidak tahu apa-apa itu ditarik pergi sebelum mendapatkan jawaban dari Ao. Ao hanya melihat kepergian mereka berdua tanpa ekspresi.
"Dia ?"
Ao bergumam dan berpikir tentang seseorang yang dibicarakan Mao sebelumnya.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang