Psycology Might 34

823 68 2
                                    


"Sireo..."

"...."

"Sireoo.."

Panggil Mao menganggu meditasi Sireo.

"Ketua berisik!!"

Pekik Sireo kesal.

"Sstt! Ao sedang tidur."

Ucapnya pada Sireo. Sireo melihat Ao yang terlelap di bangkunya.

"Ao sepertinya kelelahan."

"Iya, masalah kali ini lebih sulit dari yang dibayangkan."

"Pembunuhnya selalu bisa menghindari kedatangan kami. Dan lagi yang dibunuh semuanya gadis cantik. Biadab sekali! Akan kubunuh dia!"

"Polisi tidak dapat menangani kasus ini dan meminta kita memecahkannya. Sebenarnya aku kurang menyukai ini, aku merasa firasat buruk akan kasus ini. Dan lagi Ryu sudah lama tidak datang ke markas dengan alasan masalah keluarga."

"Ada masalah apa dengan Ryu?"

"Sepertinya ini tentang masa depan Ryu. Ryu akan menikah."

"Menikah??! Ketua serius?"

"Itu informasi yang ku dapatkan. Dia dijodohkan oleh orang tuanya. Gadis terhormat dari keluarga terpandang. Itu cocok dengan Ryu yang tuan muda."

"Tapi apakah Ryu menyetujuinya?"

"Setuju atau tidak, itu adalah kewajibannya agar tidak mempermalukan keluarganya."

"Tapi kalau dia tidak mau bisa menolaknya. Lagipula yang disukai Ryu kan Ao!"

Jerit Sireo tiba-tiba yang langsung mendapat tatapan mematikan dari Mao.

"Ao tidak kuserahkan pada siapapun!"

"Aku Cuma bercanda ketua, jangan marah. Tapi ketua, kalau Ryu menikah maka dia akan keluar dari organisasi supranatural. Apa ketua tidak keberatan?"

Tanya Sireo serius membuat Mao tertegun.

"Benar juga, kalau dia menikah maka dia akan keluar dari sini. Kita harus bagaimana untuk menghentikannya berhenti dari sini??"

"Hanya dengan satu cara! Hentikan perjodohan sepihak ini! Maka Ryu akan kembali ke sini."

Usul Sireo pada Mao. Mao berpikir sejenak.

"Tapi Sireo kalau kita menghentikan perjodohan ini apa yang akan terjadi pada Ryu? Dia akan dapat masalah nanti."

"Lagipula Ryu tidak menyukainya bukan, kenapa harus memaksakan hal penting seperti ini. Mungkin saja dia membutuhkan bantuan kita."

"Lalu apa rencanamu?"

"Kita culik Ryu!"

"Itu gila! Kau tahu kan bodyguard Ryu seberapa banyaknya."

"Benar juga."

"Tidak adakah cara yang mudah, tidak mengeluarkan banyak tenaga, praktis dan cepat selesai!"

"Ketua hanya mau simpel saja!"

"Kalian sedang apa?"

Tanya Ao yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka membuat mereka kaget.

"Hawa keberadaanmu sepertinya berkurang, mengagetkan saja."

Ucap Sireo memandangnya. Ao malah menatapnya tanpa ekspresi. Sireo pun memandang Ao dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah. Dia mulai berpikir cepat.

"Ketua! Aku punya ide!"

Jeritnya tiba-tiba membuat Mao kaget. Sireo kemudian berbisik pada Mao, dia melihat Ao sejenak sebelum berpaling ke arah Sireo.

"Apa kau yakin? Masalah ini akan cepat selesai?"

"Kenapa tidak? secara dia sempurna, tidak ada yang akan mengenalinya."

"Benar juga. Dia sudah sangat sempurna!"

Balasnya menatap Ao. Ao hanya menatap mereka tanpa ekspresi.

Disisi lain Ryu yang sudah berdandan rapi dengan kimono resminya duduk dengan tegap di ruang pertemuan menunggu kedatangan calon tunangannya. Dia mengeluarkan hpnya dan melihat wallpapernya.

Dia ingin sekali bertemu dengan Ao. Dia juga ingin sekali melakukan misi. Dia sangat kesal karena pembunuh berantai masih berkeliaran di luar sana. Dan dia pasti sedang menargetkan gadis baru lagi. Dia ingin sekali menyelamatkan mereka. Ryu yang kesal hampir saja mematahkan hp nya jika tidak mengingat foto Ao di dalamnya.

"Tuan muda, nona Miyako dan keluarga sudah tiba."

Ucap pelayan di luar ruangan. Ryu segera memasukkan hpnya ke dalam saku. Merapikan pakaiannya dan duduk dengan tegap.

"Persilahkan mereka masuk."

"Baik."

Tidak lama setelah itu pintu terbuka dan muncul seorang gadis berpakaian sexy dengan rok mininya dan berjalan masuk ruangan. Kemudian muncul seorang pria lagi yang bertubuh besar dan tinggi di belakang Miyako. Pria itu merupakan kakak laki-laki Miyako. Ryu yang mellihatnya tidak tertarik sama sekali. Kedua mata Ryu dan Kakak Miyako bertemu, dari tatapannya dia seperti mengejek Ryu. Ryu tidak menyukainya.

"Selamat datang nona Miyako dan tuan Murano."

Keduanya duduk di tatami yang dialasi bantal.

"Ryu tempat tinggalmu terlihat kuno sekali."

Ucap Miyako setelah melihat sekelilingnya. Nona besar ini terlihat angkuh.

"Maaf kalau desainnya tidak sesuai keinginan nona. Tapi bagi kami ini tempat yang nyaman dan sangat berharga dan tidak terlihat kuno sama sekali. Hanya saja mata nona tidak dapat melihat filosofinya."

Ucap Ryu pada Miyako membuatnya sangat kesal.

Tidak lama setelahnya orang tua mereka datang. Ibu Ryu menatap sejenak calon mertuanya sebelum berpaling ke arah ibu Miyako. Sedangkan orang tua Miyako hanya acuh tak acuh tidak peduli dengan pakaian anaknya.

Mereka pun tersenyum satu sama lain. Mereka duduk sambil sedikit berbincang tentang kebiasaan anak masing-masing. Ryu hanya terdiam di belakang orang tuanya, sedangkan Miyako asyik dengan hpnya. Sedangkan Murano menatap mereka tidak tertarik sama sekali.

Disaat mereka sudah selesai berbincang dan akan menentukan hari pertunangan mereka. pintu terbuka dengan tiba-tiba dan muncul seorang gadis memakai Kimono biru bermotif bunga dan sebuah bunga disematkan di rambutnya yang disanggul rapi terlihat sangat sempurna, semua mata menatapnya tanpa berpaling dan terpesona.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang