Psycology Might 18

1K 95 3
                                    


"AHHHHHHH!"

"Kawaru! Kawaru! Apa yang terjadi ? Kawaru!"


Tuutt... Tuutt...
Telepon pun terputus sebelum Ao bertanya.
"Ada apa Ao ?"
Tanya Mao yang melihat perubahan Ao.
"Kawaru diserang. Aku harus pergi."
Jawab Ao segera berlari keluar tetapi dihalangi Sireo.
"Mau kemana buru-buru begitu ?"
"Minggir Sireo, Kawaru membutuhkan bantuan."
"Mau kau cari kemana kawaru mu itu ?"
"..."
"Lihat, kau saja tidak tahu dimana dia. Kenapa gegabah sekali ? Dimana Ao yang tenang seperti biasanya ?"
"..."
Ao tidak berkata apa-apa. Dia terlalu khawatir hingga tidak berpikir apa-apa.
"Aku harus pergi Sireo, kawaru membutuhkanku."
"Kas, lakukan tugasmu."
"Baik."
Sireo menyuruh kas untuk melacak keberadan kawaru. Setelah mendapatkannya sireo dan Ao segera ke tempat tujuan, Ryu dan kas berlawanan arah karena memiliki tugas lain.

Mao mengendarai mobilnya dengan cepat, hingga hanya beberapa saat mereka sudah tiba.


Tetapi yang terlihat hanya darah dan beberapa tim medis sedang membawa beberapa polisi yang salah satunya Kawaru. Ao menatap tubuh kaku kawaru dengan mata nanar tapi tidak menangis. Ao tidak bersuara sekali pun, dia menggigit bibirnya dengan keras dan menggenggam tangannya dengan erat disaku hoodienya. Ao tidak bergeming hingga tubuh kawaru dibawa pergi oleh mobil Ambulance.

Kawaru yang tadinya masih tersenyum padanya, yang masih bercanda ria dengannya, yang menggodanya dengan kata-kata yang membuat Ao berubah jadi orang lain, yang masih hangat tetapi sekarang hanya tersisa kawaru yang dingin dan kaku terbujur di lantai. Bagaimana perasaan Ao saat ini?


"Ao.."
Panggil sireo lirih dan prihatin dengan teman baik Ao, tetapi tidak ditanggapi Ao sendiri. Dia hanya diam seperti patung.

Sireo terdiam membiarkan Ao melayang dalam pikirannya. Dia berharap Ao marah atau kesal atau menangis. Tetapi Ao tidak, dia hanya berdiam diri tak bersuara layaknya seorang patung. Teman-temannya telah pergi meninggalkannya. Meninggalkan Ao sendiri..


Kemudian sireo melihat bayangan hitam di depannya. Dia berlari mengejar bayangan itu.
"Ketua, tolong jaga Ao."
pesannya sebelum melesat pergi.
"Ao, apa kau marah ?"
Tanya Mao yang memuat Ao tersadar. Dia pun berbalik melihat kearah Mao.

Dia tampak sedih dan hendak menangis, sahabatnya kembali pergi meninggalkannya hanya dalam waktu sehari sama seperti Oichii. Ao berjalan pergi dengan tatapan kosong meninggalkan Mao di belakang. Mao hendak mengejarnya tetapi seorang polisi meminta bantuannya hingga dia tidak bisa mengejar Ao yang mulai menghilang dalam kegelapan.

Ao berjalan dengan lunglai tanpa tujuan. Dia membiarkan langkah kakinya membawanya kemana saja. Dan saat dia sadari dia sudah berada di depan gereja yang pernah dia datangi bersama Kawaru. Wajahnya semakin sedih mengingat hal ini. Baru tadi mereka bertemu, tapi kawaru harus pergi meninggalkannya untuk selamanya. Dia bahkan belum sempat membalas perkataan kawaru tadi. Ao pun berjalan masuk gereja hendak memberitahukan kematian Kawaru pada Antonie yang merupakan temannya. Ao tidak melihat Antonie dalam ruangan yang terang benderang itu. Kemudian pintu tiba-tiba tertutup dan terlihat Antonie berjalan mendekatinya.


"Ao ?"
Tanya Antonie sambil membenarkan kacamata minusnya.
"..."
Ao tidak menjawabnya.
"Ada apa Ao ?"
"Kawaru tewas. Dia dibunuh."
Ucap Ao, Antonie terlihat sedih mendengar hal itu.
"Semoga jiwanya diterima oleh Tuhan. Amin."
Doa Antonie. Ao pun berjalan pergi setelah memberitahukan hal ini. Tapi
"Ao, kau bau."
Ucapnya yang dibelakangi Ao,Ao pun berbalik hendak membalas katanya.

Tapi Antonie sudah ada di depan matanya dan Antonie dengan paksa menarik tangan Ao keluar dari saku bajunya. Tangan Ao berlumuran darah karena terlalu erat dia menggenggam jemarinya dan kuku-kuku tajamnya melukai jari-jari kecil.


"Apa kau marah Ao ? Menyesal tidak bisa melindungi kawaru ?"
Tanya Antonie sedari menjilati tangan Ao yang berdarah. Ao menarik tangan nya dengan keras dan cepat.
"Darahmu lezat sekali, Ao?"
Ucap Antonie melepas kaca matanya sambil menjilati tangannya yang sempat memegang tangan Ao yang berdarah.
"Kau! Antonie kau setan penghisap darah itu?! kau yang membunuh kawaru ?!"
pikir Ao cepat dengan pikirannya yang masih kacau, Antonie tersenyum mendengar pertanyaan Ao.
"Dia terlalu banyak mencampuri urusanku. jadi aku harus memusnahkannya."
Jawabnya sambil tertawa kecil.


"ANTONIE!!"
Teriak Ao marah dan mulai menyerang Antonie dengan kedua kipas besinya.

Antonie dengan mudah menghindari serangan Ao, dia berhasil menangkap tangan Ao dan kembali menjilati darah ditangannya.
"Sepertinya aku harus menghisap darahmu hingga habis. Aku tidak bisa membiarkan darah lezatmu ini terbuang sedikitpun."
ucapnya sambil menatap Ao dan tersenyum licik.

Psycology MightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang